Mengoptimalkan Tol Laut Dengan Rumah Kita

Mengoptimalkan Tol Laut Dengan Rumah Kita

Penyelenggaraan program tol laut sudah memasuki tahun ketiga. Sejak dioperasikan pada4 November

2015 lalu, program unggulan Kementerian Perhubungan ini menunjukkan sejumlah catatan. Sebagian daerah telah merasakan manfaat dari pengoperasian kapal yang mengangkut barang untuk mengurangi disparitas harga itu, meski di beberapa wilayah lain masih perlu pembenahan.

C atatan Kementerian Perhubungan menyebutkan peningkatan pelayanan kapal tol laut

terbukti mampu menurunkan harga barang-barang kebutuhan pokok di beberapa daerah yang dilewati rute tol laut. Salah satunya penurunan harga Sembako di Larantuka, Nusa Tenggara Timur.

Harga beras di Larantuka yang sebelumnya Rp 12 ribu per kg kini menjadi Rp 10 ribu per kg. Harga gula pasir dari Rp 18 ribu menjadi 15 ribu perkg. Harga minyak goreng kemasan dari Rp 17 ribu menjadi Rp 15 ribu perkg. Harga tepung terigu dari 10 ribu menjadi Rp 8 ribu perkg. Harga tripleks 3mm turun -3% dari Rp 55 ribu menjadi Rp 53 ribu perkg. Penurunan harga juga terjadi di Fakfak, Dobo dan Anambas. Data

Kementerian Perdagangan pada Oktober 2017 menyebutkan penurunan harga beras di Fakfak Papua Barat sebesar -13 % dari Rp 11.500 perkg menjadi Rp 10 ribu perkg. Harga gula pasir Rp 16 ribu turun menjadi Rp 15 ribu perkg. Harga gula pasir di Dobo Maluku dari Rp 18.750 perkg turun menjadi Rp 15.200 perkg. Harga tepung terigu dari Rp 12 ribu turun menjadi Rp 11.200 perkg. Harga beras di Anambas dari Rp 14 ribu turun menjadi Rp 12 ribu perkg. Harga gula pasir di sanajuga mengalami penurunan - 6 % dari Rp 16 ribu per kg menjadi Rp 15 ribu perkg.

Penurunan harga beras juga tejadi di Ternate, Tobelo, Sorong, Bontang dan Biak. Harga beras di Tobelo turun-23 % dari Rp 13 ribu perkg menjadi Rp

10 ribu per kg. Sedangkan harga beras di Sorong dari Rp 13 ribu perkg turun -20 % menjadi Rp 10.500 per kg. Bontang juga mengalami penurunan harga beras dari Rp 12 ribu perkg turun -13,5 % menjadi Rp 10.500 perkg. Harga beras di Ternate yang semula Rp 13 ribu perkg, juga turun 019 % menjadi Rp 10.500 perkg. Biak juga mengalami penurunan harga beras sebesar -29 % dari Rp 14 ribu perkg menjadi Rp 10 ribu perkg.

Begitu pula dengan harga semen, terjadi penurunan di Wamena, Puncak Jaya, Jayapura dan Nabire. Data PT Pelindo IV menyebutkan harga semen di Wamena yang semula Rp 500 ribu per sak kini turun -40 % menjadi Rp 300 ribu per sak. Harga semen di Puncak Jaya turun dari Rp 2,5 juta per sak menjadi Rp 1,8

24 TRANSMEDIA / EDISI 04 / 2017 24 TRANSMEDIA / EDISI 04 / 2017

Keberhasilan pemerintah menekan harga di daerah-daerah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal) melalui tol laut, salah satunya karena didukung oleh pembentukan “Rumah Kita”. Program Rumah Kita ialah penyediaan area pergudangan untuk menunjang program tol laut yang bertujuan sebagai tempat penyimpanan dan pemasaran produk-produk komoditas tol laut juga daerah setempat untuk dipasarkan ke luar daerah. Keberadaan gudang ini akan menentukan stok komoditas kebutuhan pokok masyarakat agar harga di pasaran bisa dipertahankan secara konstan.

Implementasi “Rumah Kita”

Hingga kini pemerintah telah menetapkan

19 lokasi yang menjadi tempat “Rumah Kita” dengan melibatkan peran Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian,Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta. Keberhasilan penyelenggaraan tol laut didukung pula dengan adanya sinergi antara Kementerian Perhubungan dengan Pemerintah Daerah agar pendistribusian logistik di daerah-daerah tersebut bisa berjalan lancar dan memberi dampak positif bagi masyarakat setempat.

“Rumah Kita berada di 19 lokasi dengan penanggung jawab yang berbeda - beda untuk memaksimalkan peranannya sebagai tempat untuk menampung barang- barang yang dibawa kapal tol laut dan dari daerah yang disinggahi tol laut,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (Menhub).

BUMN memiliki peran sebagai penanggungjawab “Rumah Kita” dimasing- masing daerah yang berbeda. Menurutnya, PT Pelindo I bertanggung jawab untuk Rumah Kita yang berada di Nias dan Mentawai dan PT Pelindo II di Natuna dan Tahuna.PT. Pelindo III bertanggung jawab di Dompu, Waingapu, Rote dan Kalabahi. Sedangkan PT Pelindo IV bertanggung jawab untuk Nabire, Tobelo, Sebatik, Tidore dan Sangatta/Lhoktuan. PT Pelni akan bertanggung jawab untuk Rumah Kita di Morotai, Saumlaki, Manokwari dan Timika. Selain itu PT ASDP juga akan bertanggung jawab untuk Rumah Kita di Merauke dan Namlea. Dengan melibatkan BUMN untuk membantu mendistribusikan logistik yang dimuat tol laut, maka diharapkan pengoperasian kapal tol laut yang didukung Rumah

Auriga Leader,

merupakan nama sebuah kapal kargo yang merapat di Pelabuhan Long Beach di California. Baru-baru ini, kapal kargo tersebut telah meluncurkan jajaran 328 panel surya yang akan dijadikan sebagai jaringan listrik utama kapal. Sehingga kapal kargo ini menjadi kapal laut pertama yang sebagian daya dorongnya menggunakan sinar matahari.

1 Aktivitas kapal Tol Laut di Pelabuhan 2

TRANSMEDIA / EDISI 04 / 2017 25

Kita ini bisa menekan disparitas harga antardaerah di Nusantara. Penyediaan angkutan kapal yang tetap dan terjadwal lewat tol laut ini juga telah terbukti membuahkan hasil yang nyata di wilayah 3T.

Menhub menambahkan, saat ini jumlah trayek tol laut semakin bertambah. Sepanjang tahun ini, pemerintah telah menambah setidaknya enam perlintasan tol laut.Sejak awal dicanangkan, proyek yang menjadi cita-cita Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini semakin menunjukkan peningkatan. Dari sebelumnya hanya sekitar tujuh trayek, kini sudah bertambah enam trayek sehingga berjumlah 13 trayek. (lihat peta)

Program tol laut diprioritaskan untuk wilayah Indonesia bagian Timur. Namun, terdapat beberapa wilayah di barat, di antaranya Sumatera dan Natuna.

Menurut Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut sekaligus Pelaksana Tugas Dirjen Perhubungan Laut, Bay M Hasani, secara umum pelaksanaan program tol laut telah berjalan dengan baik dan terus mengalami peningkatan baik dari sisi regulasi sebagai payung hukum maupun realisasi muatannya.Dari sisi regulasi, saat ini telah dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik untuk Angkutan Barang Dari dan Ke Daerah T3. “Kemenhub telah menindaklanjuti dengan diterbitkannya beberapa peraturan pelaksanaannya di lapangan,” imbuhnya.

Meski demikian, pelaksanaan program tol laut masih menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya masih belum optimalnya muatan kapal khususnya muatan balik dari Indonesia Bagian Timur ke Indonesia

Bagian Barat. Sejumlah BUMN yang seharusnya memanfaatkan kapal tol laut, juga belum berjalan optimal. “Untuk itu, ke depan pemerintah terus mendorong optimalisasi muatan balik dari daerah, melalui sinergi dan koordinasi yang baik antara Pemerintah Daerah, BUMN, dan masyarakat setempat. Pemerintah juga akan mengoptimalkan peran BUMN untuk mengangkut barang-barang komoditas masyarakat tersebut secara lebih besar. Selama ini pelaku usaha swasta yang mendominasi pemanfaatan kapal tol laut ini,” jelas Bay.