didasar perairan. Gas hidrogen sulfida H
2
S dapat cepat larut dalam air. Gas ini menyebabkan bau busuk yang cukup tajam dan sangat beracun bagi ikan. H
2
S merupakan hasil penguraian bahan organik, terutama protein dalam keadaan
anaerob tidak ada oksigen. Gas ini jarang terdapat dalam akuarium atau bak yang teraerasi penuh Hawks, 1978.
Menurut Wardoyo 1983 banyak dari bau yang tidak sedap itu disebabkan karena adanya campuran dari nitrogen, sulfur dan fosfor dan juga berasal dari
pembusukan protein serta bahan organik yang terdapat di dalam air. Bau yang paling menyengat adalah bau yang berasal dari hidrogen sulfida. Bau merupakan
faktor yang penting dalam penentuan kondisi air diperkuat pula oleh kenyataan bahwa konsentrasi yang sangat kecil daripada sesuatu zat tertentu dapat ditelusuri
dari baunya
E. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat di perairan. Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air setelah semua karbonat
dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida telah digantikan oleh klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas dinyatakan dalam
satuan gramkg atau promil
o oo
Effendi, 2003. Salinitas dinyatakan sebagai konsentrasi total dari semua ion yang
terlarut dalam air. Semakin besar jumlah ion yang terkonsentrasi di dalam air, maka tingkat salinitas dan kepekatan osmolar larutan semakin tinggi, sehingga
tekanan osmotik media semakin besar. Ion-ion yang dominan dalam menentukan tekanan osmotik air laut adalah Na
+
dan Cl
-
dengan masing- masing sebesar 30,61 dan 55,04 dari total konsentrasi ion-ion terlarut. Hal
ini mempengaruhi efek osmotik yang ditimbulkan, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap proses penetasan telur dan perkembangan
larva ikan Anggoro, 1992. Nilai salinitas perairan tawar biasanya 0,5 promil, perairan payau 0,5
– 30 promil dan perairan laut 30 – 40 promil. Salinitas perairan hipersaline bisa mencapai kisaran 40 – 80 promil. Nilai salinitas pada perairan pesisir
sangat dipengaruhi oleh masukan air tawar dari sungai Effendi, 2003.
F. Muatan padat tersuspensi
Padatan total residu adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu. Residu dianggap
sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Selama penentuan residu ini, sebagian besar bikarbonat yang merupakan anion utama
di perairan telah mengalami transformasi menjadi karbondioksida, sehingga karbondioksida dan gas-gas lain menghilang pada saat pemanasan tidak
tercakup dalam nilai padatan total Effendi, 2003. Menurut Effendi 2003, padatan tersuspensi total Total Suspended
Solid atau TSS adalah bahan-bahan tersuspensi diameter 1µm yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri
atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air.
Settleable solid adalah jumlah padatan tersuspensi yang dapat diendapkan selama periode waktu tertentu dalam wadah yang berbentuk kerucut terbalik
imhoff cone. Padatan terlarut total Total Dissolved Solid atau TDS adalah
bahan-bahan terlarut diameter 10
-6
mm dan koloid diameter 10
-6
mm - 10
-3
mm yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 µm Effendi, 2003.
2.1.2. Parameter kimia A. Derajat keasaman pH
Menurut Ghufron 2007, derajat keasaman lebih dikenal dengan istilah pH. pH singkatan dari puissance negative deH, yaitu logaritma dari kepekatan
ion-ion H hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan. Derajat keasaman atau pH air menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan
sebagai konsentrasi ion hidrogen dalam moll pada suhu tertentu atau dapat ditulis : pH = - log H
+
. Ekosistem perairan, fluktuasi pH sangat dipengaruhi oleh respirasi, karena
berhubungan dengan karbondioksida yang dihasilkannya. Kolam yang banyak dijumpai algae dan tumbuhan lain pH air pada pagi hari mencapai 6,5, sedangkan
pada sore hari mencapai 8,9. Hubungan antara karbondioksida dengan pH bersifat berbanding terbalik, pada karbondioksida tinggi, maka pH akan cenderung
rendah. Kolam dengan sistem resirkulasi, air cenderung menjadi asam karena proses nitrifikasi dari bahan organik akan mengahasilkan karbondioksida dan ion
hidrogen. Sebagian ikan dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan perairan yang mempunyai derajat keasaman pH antara 5 – 9 Cholik, 1986.
Nilai derajat keasaman pH perairan yang cocok untuk budidaya Ikan Karper Cyprinus carpio blecker berkisar 7,5-8,5. Walaupun pH 6,5-9 masih
dikategorikan baik untuk memelihara ikan, tetapi pH = 4 sudah terlalu asam bagi ikan sehingga dapat membunuh ikan. Sementara pH = 11 pun demikian, air sudah
terlalu basa dan dapat membunuh ikan. Untuk mengambil pH air, bisa diukur dengan beragam alat misalnya kertas lakmus atau sekarang banyak diproduksi alat
baru yang disebut pH meter yang berguna untuk mengukur pH air dan tanah Susanto, 1986.
B. Oksigen terlarut
Menurut Rejeki 2001, oksigen merupakan parameter kualitas air yang diperlukan bagi semua organisme hidup untuk pernafasan, memproduksi
organisme yang diperlukan, untuk proses pencernaan dan asimilasi makanan, menjaga keseimbangan osmotik serta untuk aktifitasnya. Oksigen terlarut
merupakan salah satu faktor pembatas dalam lingkungan perairan. Ditinjau dari segi ekosistem, kadar oksigen terlarut sangat menentukan kecepatan metabolisme
dan respirasi serta sangat penting bagi kelangsungan dan pertumbuhan biota air. Menurut Rejeki 2001, kandungan DO akan berkurang dengan naiknya
suhu dan salinitas. Perairan dengan suhu yang sama konsentrasi oksigen terlarut sama dengan jumlah kelarutan oksigen yang ada diperairan, maka air tersebut
dapat dikatakan sudah jenuh dengan oksigen terlarut. Oksigen terlarut di perairan diperoleh dari difusi gas oksigen oleh atmosfer dan fotosintesa tumbuhan hijau.
Kadar oksigen jenuh akan tercapai jika kadar oksigen yang terlarut di perairan sama dengan kadar oksigen yang terlarut. Kadar oksigen tidak jenuh
terjadi jika kadar oksigen yang terlarut lebih kecil dari pada kadar oksigen secara teoritis. Kadar oksigen yang melebihi nilai jenuh disebut lewat jenuh super
saturasi. Kejenuhan untuk menyatakan oksigen diperairan dinyatakan dengan persen saturasi Poernomo, 1989.
Faktor utama yang mempengaruhi kandungan oksigen dalam air adalah komunitas alga planktonik. Pada siang hari, produksi oksigen meningkat karena
adanya proses fotosintesis dan pada malam hari terjadi penurunan karena oksigen digunakan untuk respirasi, jika populasi alga meningkat, maka terjadi super-
saturasi oksigen di siang hari dan terjadi sub-saturasi di malam hari yang dapat mengakibatkan stres pada ikan. Kolam yang produktif kisaran DO bisa mencapai
7 – 8 ppt Boyd, 1988.
C. Karbondioksida CO