Karbondioksida CO Alkalinitas Kualitas Air 1. Parameter fisika

Faktor utama yang mempengaruhi kandungan oksigen dalam air adalah komunitas alga planktonik. Pada siang hari, produksi oksigen meningkat karena adanya proses fotosintesis dan pada malam hari terjadi penurunan karena oksigen digunakan untuk respirasi, jika populasi alga meningkat, maka terjadi super- saturasi oksigen di siang hari dan terjadi sub-saturasi di malam hari yang dapat mengakibatkan stres pada ikan. Kolam yang produktif kisaran DO bisa mencapai 7 – 8 ppt Boyd, 1988.

C. Karbondioksida CO

2 Menurut Cholik 1986, karbondioksida merupakan salah satu komponen udara yang dihasilkan oleh proses respirasi maupun penguraian bahan organik. Meningkatnya konsentrasi gas karbondioksida bebas CO 2 pada wadah tertutup sebelum pengangkutan ikan merupakan masalah utama di daerah tropis. Pengaruh CO 2 terhadap ikan sangat dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen terlarut di perairan tersebut. Konsentrasi oksigen berada pada tingkat maksimal, pengaruh gas karbondioksida dapat diabaikan. Menurut Susanto 1991, meskipun karbondioksida ini tidak secara langsung tidak dibutuhkan oleh ikan, namun diperlukan pada proses fotosintesa media hidup di kolam. Karbondioksida ini dipergunakan sebagai bahan bakar untuk membuat zat pati dalam butir hijau daun tumbuhan air. Kenyataannya, karbondioksida ini nantinya merupakan hasil buangan dari ikan dan biota air lainnya, oleh karena itu kandungan karbondioksida dalam air untuk pemeliharaan ikan di air tenang di butuhkan lebih banyak daripada oksigen. Kandungan karbondioksida maksimal dalam air yang masih dianggap tidak membahayakan bagi ikan adalah sekitar 25 ppm.

D. Alkalinitas

Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam, atau dikenal dengan sebutan acid-neutralizing capacity ANC atau kuantitas anion dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen.Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga buffer capacity terhadap perubahan pH perairan.Penyusun alkalinitas adalah anion bikarbonat HCO 3 - , karbonat CO 3 2- dan hidroksida OH - . Borat H 2 BO 3 - , silikat HSiO 3 - , fosfat HPO 4 2- dan H 2 PO 4 - , sulfida HS - , dan ammonia NH 3 juga memberikan kontribusi terhadap alkalinitas, namun pembentuk alkalinitas yang utama adalah bikarbonat, karbonat dan hidroksida. Diantara ketiga ion tersebut, ion bikarbonat merupakan ion paling banyak terdapat pada perairan alami Effendi, 2003. Sebagai media hidup ikan, kondisi alkalinitas air kolam perlu diketahui, karena alkalinitas merupakan salah satu parameter kimia yang dapat dipakai untuk mengetahui kebasaan air. Kisaran pH suatu perairan kadang mengalami fluktuasi atau perubahan cukup drastis. Hal ini kurang menguntungkan, sebab akan mempengaruhi kehidupan ikan yang dipelihara. Fluktuasi atau perubahan nilai pH yang drastis disuatu perairan dapat dicegah apabila perairan tersebut mempunyai sistem buffer yang memadai, apabila suatu perairan mengandung mineral karbonat, bikarbonat, borat, dan silikat, maka pada perairan tersebut akan memiliki pH diatas netral bersifat basa dan sekaligus dapat mencegah terjadinya penurunan pH secara drastis Cholik, 1986. Menurut Afrianto dan Liviawaty 1988, perairan dengan total alkalinitas kurang dari 15 atau 20 mgl biasanya mengandung sedikit CO 2 sedangkan total alkalinitas 20 – 150 mgl mengandung CO 2 yang cukup untuk produksi plankton. Perairan dengan alkalinitas rendah mempunyai daya tangkap yang kurang atau rendah terhadap perubahan pH.

E. Kesadahan