Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

(1)

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

FARMASI RUMAH SAKIT

di

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik

Medan

Disusun Oleh:

Masliana Br Siregar, S.Farm. NIM 133202246

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI

Di RSUP H. ADAM MALIK

Studi Kasus Spondilitis Tuberculosis

Disusun oleh:

Masliana Br Siregar, S.Farm. NIM 133202246

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. karena atas berkah dan rahmat-Nya dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi (PKP) Apoteker di RSUP. H. Adam Malik Medan. Laporan ini ditulis berdasarkan teori dan hasil pengamatan selama melakukan PKP di RSUP. H. Adam Malik Medan.

Ucapan terima kasih tidak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, Ayahanda S. Siregar dan Ibunda R. Togatorop serta abang dan adik atas doa, dukungan dan memberikan semangat kepada penulis.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Drs. Saiful Bahri. M. S., Apt. dan Ibu Dra. Ellia Puspawati, Apt., selaku Pembimbing Praktik Kerja Profesi, yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab selama praktik kerja profesi hingga selesainya penulisan laporan ini.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. dr. Yusirwan, SpB(K), MARS., selaku Direktur Utama RSUP. H. Adam Malik. Bapak dr. Mardianto, Sp.P.D, selaku Direktur Medik dan Keperawatan RSUP. H. Adam Malik. Ibu dr. Purnamawati, MARS., selaku Direktur SDM dan Pendidikan RSUP. H. Adam Malik. Bapak Syamsuddin Angkat, S.H., S.E., selaku Direktur Umum dan Operasional RSUP. H. Adam Malik. Bapak Dr. Welly Refnealdi, M. Kes., selaku Direktur Keuangan RSUP. H. Adam Malik. Ibu Dra. Hj. Isma Sani Pane, M.Si., Apt., selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUP. H. Adam Malik. Ibu Dra. Helena Gultom, Apt., selaku Kepala Instalasi CSSD RSUP. H. Adam Malik. Ibu Dra.


(5)

Nurminda Silalahi, M.Si., Apt., selaku kepala Pokja Farmasi Klinis dan Instruktur Klinis RSUP. H. Adam Malik. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU. Bapak Drs. Wiryanto, M.S., Apt., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU. Seluruh Apoteker, Asisten Apoteker, Staf Instalasi Farmasi, Dokter serta Perawat yang telah banyak membantu penulis selama melakukan Praktik Kerja Profesi di RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis berharap semoga laporan Praktik Kerja Profesi ini dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang farmasi, khususnya farmasi rumah sakit dan dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Januari 2015


(6)

RINGKASAN

Telah selesai dilakukan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Farmasi Rumah Sakit di RSUP H. Adam Malik. Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini bertujuan agar apoteker mampu mengelola farmasi rumah sakit sesuai dengan etik dan ketentuan yang berlaku di dalam sistem pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober sampai Desember 2014 dengan jumlah jam efektif 7 jam per hari. Kegiatan PKPA di Rumah Sakit meliputi melihat fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat, melihat peran Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dalam menunjang pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, mengetahui peran apoteker dalam mengelola perbekalan farmasi mulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, produksi, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, administrasi/pelaporan dan evaluasi obat kepada pasien serta pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien, melakukan peninjauan ke depo farmasi/pokja farmasi untuk melihat sistem distribusi obat dan perbekalan kesehatan kepada pasien di Rumah Sakit, melakukan visite ke ruang rawat inap terpadu B(Rindu B2b) untuk memberikan informasi obat dan edukasi obat kepada pasien. Melaksanakan pelayanan informasi obat (PIO) dan konseling pada pasien rawat jalan di Apotek II serta melakukan peninjauan ke Instalasi Central Sterilized Supply Departement (CSSD) untuk melihat sistem sterilisasi di RSUP H. Adam Malik.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RINGKASAN ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan ... 3

1.3Pelaksanaan Kegiatan ... 3

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT... 4

2.1Rumah Sakit ... 4

2.1.1 Defini Rumah Sakit ... 4

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ... 4

a. Tugas rumah sakit ... 4

b. Fungsi rumah sakit ... 4

2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit ... 5

2.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit ... 7

2.2Tim Farmasi dan Terapi ... 7


(8)

2.3.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit ... 9

2.3.2 Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai ... 12

2.3.3 Pelayanan Farmasi Klinik ... 23

a. Pengkajian dan pelayanan resep ... 23

b. Penelusuran riwayat penggunaan Obat ... 24

c. Rekonsiliasi Obat ... 26

d. Pelayanan Informasi Obat ... 26

e. Konseling ... 27

f. Visite ... 28

g. Pemantauan Terapi Obat ... 28

h. Monitoring Efek Samping Obat ... 29

i. Evaluasi Penggunaan Obat ... 29

j. Dispensing Sediaan steril ... 30

k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)... 30

2.4 Mutu dan Keselamatan Pasien Dalam pelayanan Farmasi ... 30

2.4.1 Mutu Pelayanan ... 30

2.4.2 Keselamatan Pasien ... 31

BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUP H. ADAM MALIK ... 36

3.1Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik ... 36

3.1.1 Pendahuluan ... 36

3.1.2 Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik ... 37

3.1.3 Tugas dan Fungsi RSUP H. Adam Malik ... 37

3.1.4 Falsafah dan Motto RSUP H. Adam Malik ... 38


(9)

3.1.6 Struktur Organisasi RSUP H. Adam Malik ... 39

a. Direktur utama ... 40

b. Direktorat Medik dan Keperawatan ... 40

c. Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan ... 40

d. Direktorat Keuangan ... 41

e. Direktorat Umum dan Operasional ... 42

f. Unit-unit non struktural ... 42

3.2Panitia Farmasi dan Terapi ... 43

3.3Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik ... 44

3.3.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H.Adam Malik ... 44

3.3.2 Fungsi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik ... 45

3.3.3 Tugas Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik ... 46

a. Kepala instalasi farmasi ... 46

b. Wakil kepala instalasi farmasi ... 46

c. Tata usaha farmasi ... 47

d. Kelompok kerja ... 47

3.3.4 Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai ... 51

a. Pemilihan ... 51

b. Perencanaan ... 52

c. Pengadaan ... 53

d. Penerimaan ... 53

e. Penyimpanan ... 54


(10)

g. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan

dan Bahan Medis Habis Pakai... 58

h. Pengendalian ... 58

i. Administrasi ... 59

3.3.5 Pelayanan Farmasi Klinis ... 55

a. Pengkajian dan pelayanan resep ... 60

b. Penelusuran riwayat penggunaan Obat ... 60

c. Rekonsiliasi Obat ... 60

d. Pelayanan Imformasi Obat (PIO) ... 61

e. Konseling ... 61

f. Visite ... 62

g. Pemantauan Terapi Obat ... 62

h. Monitoring Efek Samping Obat ... 62

i. Evaluasi Penggunaan Obat ... 63

j. Dispensing sediaan steril ... 63

k. Pemantauan kadar obat dalam darah ... 63

3.4 Instalasi Central Sterile Supply Department (CSSD) ... 64

BAB IV PEMBAHASAN ... 69

4.1Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik ... 69

4.2Peran Apoteker di RSUP H. Adam Malik ... 69

4.3Panitia Farmasi dan Terapi... 70

4.4Instalasi Farmasi Rumah Sakit ... 71

4.4.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi ... 71

4.4.2 Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai ... 72


(11)

a. Pemilihan ... 72

b. Perencanaan ... 72

c. Pengadaan ... 72

d. Penerimaan ... 73

e. Penyimpanan ... 73

f. Pendistribusian ... 74

g. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai... 75

h. Pengendalian ... 75

4.4.3 Pelayanan Farmasi Klinis ... 76

a. Pengkajian dan Pelayanan resep ... 76

b. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat ... 76

c. Rekonsiliasi Obat ... 76

d. Pelayanan Imformasi Obat (PIO) ... 77

e. Konseling ... 77

f. Visite ... 78

g. Pemantauan Terapi Obat ... 78

h. Monitoring Efek Samping Obat ... 78

i. Evaluasi Penggunaan Obat ... 79

j. Dispensing sediaan steril ... 79

k. Pemantauan kadar obat dalam darah ... 80

4.5 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) / CSSD ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

5.1Kesimpulan ... 81


(12)

DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN ... 84


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H.Adam

Malik ... 45 Gambar 3.2 Struktur Organisasi Instalasi Central Sterile Supply


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1.Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat H.

Adam Malik Medan ... 84 Lampiran 2.Blanko Pelaporan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) .. 85 Lampiran 3. Format Lembar Pelayanan Informasi Obat ... 87


(15)

RINGKASAN

Telah selesai dilakukan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Farmasi Rumah Sakit di RSUP H. Adam Malik. Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini bertujuan agar apoteker mampu mengelola farmasi rumah sakit sesuai dengan etik dan ketentuan yang berlaku di dalam sistem pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober sampai Desember 2014 dengan jumlah jam efektif 7 jam per hari. Kegiatan PKPA di Rumah Sakit meliputi melihat fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat, melihat peran Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dalam menunjang pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, mengetahui peran apoteker dalam mengelola perbekalan farmasi mulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, produksi, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, administrasi/pelaporan dan evaluasi obat kepada pasien serta pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien, melakukan peninjauan ke depo farmasi/pokja farmasi untuk melihat sistem distribusi obat dan perbekalan kesehatan kepada pasien di Rumah Sakit, melakukan visite ke ruang rawat inap terpadu B(Rindu B2b) untuk memberikan informasi obat dan edukasi obat kepada pasien. Melaksanakan pelayanan informasi obat (PIO) dan konseling pada pasien rawat jalan di Apotek II serta melakukan peninjauan ke Instalasi Central Sterilized Supply Departement (CSSD) untuk melihat sistem sterilisasi di RSUP H. Adam Malik.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Depkes RI, 2009).

Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian

(Pharmaceutical Care) (Menkes RI, 2014).

Hal tersebut diperjelas dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik (Menkes RI., 2014).

Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk merealisasikan perluasan paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien. Kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan secara terus menerus agar perubahan paradigma tersebut dapat diimplementasikan (Menkes RI, 2014).


(17)

Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan resiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin. Pelayanan Farmasi Klinik yang dilakukan meliputi pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsilisasi obat, pelayan informasi obat (PIO), konseling, visite, pemantauan terapi obat (PTO), monitoring efek samping obat (MESO), evaluasi penggunaan obat (EPO), dispensing sediaan steril dan pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD) (Menkes RI, 2014).

Standarisasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menggerakan kegiatan organisasi guna meningkatkan produktivitas dan mutu jasa sehingga dapat meningkatkan daya saing, melindungi konsumen dan tenaga kerja baik keselamatan maupun kesehatan. Perlunya peningkatan mutu pelayanan kesehatan melalui akreditas rumah sakit dengan membuat standar akreditas baru yaitu JCI (Joint Commission Internasional) yang berbasis pada kelompok standar keselamatan berfokus pada pasien yang dikenal dengan IPSG (International Patient Safety Goals) yang meliputi identifikasi pasien dengan benar, meningkatkan komunikasi yang efektif, meningkatkan keselamatan penggunaan obat high alert, menerapkan keselamatan operasi dan menjamin sisi operasi yang tepat, prosedur yang tepat, pasien yang tepat dan lokasi yang tepat, menurunkan resiko infeksi nosokomial akibat pelayanan kesehatan dengan hand hygiene dan menurunkan resiko cidera karena pasien jatuh.


(18)

Dalam rangka menerapkan praktik farmasi klinis di Rumah Sakit, maka mahasiswa calon Apoteker perlu diberi pembekalan dalam bentuk Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit. Sebagai tenaga kesehatan profesional, maka calon Apoteker perlu memahami dan mengenal peranan Apoteker di Rumah Sakit, khususnya pada instalasi farmasi. Hal ini penting sebagai bekal bagi lulusan Program Pendidikan Profesi Apoteker (PKPA) apabila bekerja di Rumah Sakit. Dengan pertimbangan ini, Fakultas Farmasi USU Medan bekerjasama dengan Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik mengadakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).

1.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit adalah untuk memahami peran Apoteker di Rumah Sakit dalam menunjang pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Rumah Sakit.

1.3 Pelaksanaan Kegiatan

Praktik Kerja Profesi (PKP) di Rumah Sakit dilaksanakan mulai tanggal 17 Oktober sampai 17 Desember 2014.


(19)

BAB II

TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Definisi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit a. Tugas rumah sakit

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 4 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.

b. Fungsi rumah sakit

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 5 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit mempunyai beberapa fungsi yaitu:

1. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit;

2. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis; 3. penyelanggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam


(20)

4. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, Rumah Sakit Umum diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit (pasal 4).

1. Rumah Sakit Umum Kelas A

Menurut Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 pasal 6, Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis.

Pada pasal 8 dijelaskan sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh menteri. Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh menteri. Jumlah tempat tidur minimal 400 (empat ratus) buah.

2. Rumah Sakit Umum Kelas B

Menurut Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 pasal 10, Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)


(21)

Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 2 (dua) Pelayanan Medik Sub Spesialis Dasar.

Pada pasal 12 dijelaskan sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh menteri. Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh menteri. Jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah.

3. Rumah Sakit Umum Kelas C

Menurut Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 pasal 14, Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.

Pada pasal 16 dijelaskan sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh menteri. Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh menteri. Jumlah tempat tidur minimal 100 (seratus) buah.

4. Rumah Sakit Umum Kelas D

Menurut Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 pasal 18, Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar

Pada pasal 20 dijelaskan sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh menteri. Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus


(22)

memenuhi standar yang ditetapkan oleh menteri. Jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah.

2.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 33 tentang Rumah Sakit, setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien dan akuntabel. Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal serta administrasi umum dan keuangan.

2.2 Tim Farmasi dan Terapi

Menurut Permenkes RI Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, dalam pengorganisasian Rumah Sakit dibentuk Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan Obat di Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, Apoteker Instalasi Farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan. TFT harus dapat membina hubungan kerja dengan komite lain di dalam Rumah Sakit yang berhubungan/berkaitan dengan penggunaan Obat.

Ketua TFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang Apoteker, apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah Apoteker, namun apabila diketuai oleh Apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter. TFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan untuk Rumah Sakit besar rapat diadakan sekali dalam satu bulan. Rapat TFT dapat mengundang pakar dari


(23)

dalam maupun dari luar Rumah Sakit yang dapat memberikan masukan, memiliki pengetahuan khusus, keahlian-keahlian atau pendapat tertentu yang bermanfaat bagi TFT.

TFT mempunyai tugas:

1. mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah Sakit;

2. melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam formularium Rumah Sakit;

3. mengembangkan standar terapi;

4. mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat;

5. melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang rasional; 6. mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki; 7. mengkoordinir penatalaksanaan medication error;

8. menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan Obat di Rumah Sakit.

2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Menurut Permenkes RI Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. Pengorganisasian Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mencakup penyelenggaraan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu dan bersifat dinamis dapat direvisi sesuai kebutuhan dengan tetap menjaga mutu.


(24)

2.3.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi :

1. menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai prosedur dan etik profesi;

2. melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien;

3. melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko;

4. melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien;

5. berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi;

6. melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan Kefarmasian;

7. memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium Rumah Sakit;

Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi:

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai a. memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit;

b. merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis pakai secara efektif, efisien dan optimal;


(25)

c. mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku;

d. memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit; e. menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku;

f. menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian;

g. mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit;

h. melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu;

i. melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari;

j. melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah memungkinkan); k. mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai;

l. melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan;

m. mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai;

n. melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.


(26)

2. Pelayanan farmasi klinik

a. mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau permintaan Obat; b. melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat;

c. melaksanakan rekonsiliasi Obat;

d. memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik berdasarkan Resep maupun Obat non Resep kepada pasien/keluarga pasien;

e. mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai;

f. melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain; g. memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya;

h. melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO) 1) pemantauan efek terapi Obat;

2) pemantauan efek samping Obat;

3) pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD); i. melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO); j. melaksanakan dispensing sediaan steril

1) melakukan pencampuran Obat suntik; 2) menyiapkan nutrisi parenteral;

3) melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik;

4) melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil; k. melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga kesehatan

lain, pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar Rumah Sakit; l. melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).


(27)

2.3.2 Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat dan keamanannya. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian.

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan dan stent.

Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah


(28)

Sakit merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit, sehingga tidak ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi sebagai satu-satunya penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga Rumah Sakit akan mendapatkan manfaat dalam hal:

1. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai;

2. standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai; 3. penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai;

4. pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai;

5. pemantauan terapi Obat;

6. penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);

7. kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang akurat;

8. peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan

9. peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan pegawai. Rumah Sakit harus menyusun kebijakan terkait manajemen pengunaan Obat yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang-kurangnya sekali setahun. Peninjauan ulang sangat membantu Rumah Sakit memahami kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan penggunaan Obat yang berkelanjutan.


(29)

Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan Obat untuk meningkatkan keamanan, khususnya Obat yang perlu diwaspadai (high-alert medication). High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD). Kelompok Obat high-alert diantaranya:

a. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM atau Look Alike Sound Alike/LASA).

b. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9% dan magnesium sulfat.

c. Obat-obat sitostatika.

Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

1. Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan:

a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi

b. Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang telah ditetapkan

c. Pola penyakit

d. Efektifitas dan keamanan e. Pengobatan berbasis bukti


(30)

f. Mutu g. Harga

h. Ketersediaan di pasaran 2. Perencanaan Kebutuhan

Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.

Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:

a. anggaran yang tersedia; b. penetapan prioritas; c. sisa persediaan;

d. data pemakaian periode yang lalu; e. waktu tunggu pemesanan;

f. rencana pengembangan. 3. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari


(31)

pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan dan pembayaran.

Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan tenaga kefarmasian.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:

a. bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Safety Analisa;

b. bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS); c. sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai harus

mempunyai Nomor Izin Edar; dan

d. expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain).

Pengadaan dapat dilakukan melalui: a. Pembelian.

b. Produksi sediaan farmasi. c. Sumbangan/Dropping/Hibah. 4. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.


(32)

5. Penyimpanan

Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.

Komponen yang harus diperhatikan antara lain:

a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluarsa dan peringatan khusus;

b. elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk kebutuhan klinis yang penting;

c. elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati; dan

d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu:

a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus bahan berbahaya


(33)

b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat dan diberi penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out

(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat.

Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat emergensi untuk kondisi gawat darurat. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.

Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin:

a. tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk kebutuhan lain; b. jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah

ditetapkan;

c. bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti; d. dicek secara berkala apakah ada yang kadaluarsa; dan e. dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.


(34)

6. Pendistribusian

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.

Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara: a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)

1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi Farmasi.

2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.

3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan.

4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.

5) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.


(35)

b. Sistem Resep Perorangan

Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.

c. Sistem Unit Dosis

Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.

d. Sistem Kombinasi

Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a + c.

Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat dapat diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor stock atau Resep individu yang mencapai 18%.

Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan:

a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada. b. Metode sentralisasi atau desentralisasi.


(36)

7. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai bila:

a. produk tidak memenuhi persyaratan mutu; b. telah kadaluwarsa;

c. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan

d. dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari:

a. membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan;

b. menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;

c. mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait;

d. menyiapkan tempat pemusnahan; dan

e. melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.

Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan


(37)

Medis Habis Pakai dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah Sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan penarikan.

8. Pengendalian

Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit.

Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk:

a. penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit; b. penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi;

c. memastikan persediaan efektif dan efisisen atau tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluarsa dan kehilangan serta pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.

Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:

a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving); b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga

bulan berturut-turut (death stock);


(38)

9. Administrasi

Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan administrasi terdiri dari : pencatatan dan pelaporan, administrasi keuangan dan administrasi penghapusan.

2.3.3 Pelayanan Farmasi Klinik

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 58/Menkes/SK/X/2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.

a. Pengkajian dan pelayanan resep

Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian Resep, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error).

Kegiatan ini untuk menganalisa adanya masalah terkait Obat, bila ditemukan masalah terkait Obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis Resep. Apoteker harus melakukan pengkajian Resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.


(39)

1. Persyaratan administrasi meliputi:

a. nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien; b. nama, nomor izin, alamat dan paraf dokter;

c. tanggal resep; dan d. ruangan/unit asal resep. 2. Persyaratan farmasetis meliputi:

a. nama, obat, bentuk dan kekuatan sediaan; b. dosis dan jumlah Obat;

c. stabilitas; dan

d. aturan dan cara penggunaan. 3. Persyaratan klinis meliputi:

a. ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat; b. duplikasi pengobata;

c. alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD); d. kontraindikasi; dan

e. interaksi Obat.

b. Penelusuran riwayat penggunaan Obat

Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat pasien.

Tahapan penelusuran riwayat penggunaan Obat:

1. membandingkan riwayat penggunaan Obat dengan data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat untuk mengetahui perbedaan informasi penggunaan Obat;


(40)

2. melakukan verifikasi riwayat penggunaan Obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan;

3. mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);

4. mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi Obat;

5. melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan Obat; 6. melakukan penilaian rasionalitas Obat yang diresepkan;

7. melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap Obat yang digunakan;

8. melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan Obat; 9. melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan Obat;

10.memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap Obat dan alat bantu kepatuhan minum Obat (concordance aids);

11.mendokumentasikan Obat yang digunakan pasien sendiri tanpa sepengetahuan dokter;

12.mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan alternatif yang mungkin digunakan oleh pasien.

Kegiatan:

1. penelusuran riwayat penggunaan Obat kepada pasien/keluarganya; dan 2. melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan Obat pasien.

Informasi yang harus didapatkan:

1. nama Obat (termasuk Obat non Resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi penggunaan, indikasi dan lama penggunaan Obat;


(41)

3. kepatuhan terhadap regimen penggunaan Obat (jumlah Obat yang tersisa). c. Rekonsiliasi Obat

Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi

pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication error) seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi Obat. Kesalahan Obat

(medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.

Tujuan dilakukan rekonsiliasi Obat adalah:

1. memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien; 2. mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi

dokter; dan

3. mengidentifikasi ketidaksesuain akibat tidak terbacanya instruksi dokter. d. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit.

PIO bertujuan untuk:

1. menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit;

2. menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai, terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi; dan

3. menunjang penggunaan Obat yang rasional. e. Konseling


(42)

Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker.

Pemberian konseling Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ROTD) dan meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient safety).

Kegiatan dalam konseling Obat meliputi:

1. membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien;

2. mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui

Three Prime Questions;

3. menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan Obat;

4. melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien; dan 5. dokumentasi.

f. Visite

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung dan mengkaji masalah terkait Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan


(43)

terapi Obat yang rasional dan menyajikan informasi Obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.

Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah Sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program Rumah Sakit yang biasa disebut dengan Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care).

Sebelum melakukan kegiatan visite Apoteker harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi Obat dari rekam medik atau sumber lain.

g. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).

Kegiatan dalam PTO meliputi:

a. pengkajian pemilihan Obat, dosis, cara pemberian Obat, respons terapi, Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);

b. pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat; dan c. pemantauan efektivitas dan efek samping terapi Obat.

h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek


(44)

Samping Obat adalah reaksi Obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi. Tujuan MESO adalah:

1. menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang;

2. menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan;

3. mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO;

4. meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki; dan 5. mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki.

i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan Obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.

Tujuan EPO yaitu:

1. mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan Obat; 2. membandingkan pola penggunaan Obat pada periode waktu tertentu; 3. memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat;

4. menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat.

j. Dispensing Sediaan Steril

Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan


(45)

melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.

Dispensing sediaan steril bertujuan:

1. menjamin agar pasien menerima Obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan; 2. menjamin sterilitas dan stabilitas produk;

3. melindungi petugas dari paparan zat berbahaya; 4. menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat.

k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)

Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan interpretasi hasil pemeriksaan kadar Obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari Apoteker kepada dokter. Tujuan PKOD adalah mengetahui Kadar Obat dalam Darah dan memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat.

2.4 Mutu dan Keselamatan Pasien dalam Pelayanan Farmasi 2.4.1 Mutu Pelayanan

Mutu adalah suatu program yang disusun secara objektif dan sistematik untuk memantau dan menilai kewajaran asuhan terhadap pasien, menggunakan peluang untuk meningkatkan asuhan pasien dan memecahkan masalah yang terungkap.

2.4.2 Keselamatan Pasien

Keselamatan pasien disyaratkan untuk diimplementasikan mulai tanggal 1 januari 2011 di semua rumah sakit yang terakreditasi oleh Joint Commission


(46)

International (JCI) dibawah Standar Internasional untuk rumah sakit. Tujuan IPSG adalah untuk menggiatkan perbaikan-perbaikan tertentu dalam soal keselamatan pasien.

Berikut adalah daftar IPSG berdasarkan Joint Commission International, 2011: a. Mengidentifikasi pasien dengan benar

i. Pasien diidentifikasi dengan menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.

ii. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah.

iii. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis.

iv. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.

v. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan lokasi.

b. Meningkatkan komunikasi yang efektif

i. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah. ii. Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan

dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima perintah.

iii. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan.

iv. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.


(47)

c. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai (High Alert)

Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Soun Alike/LASA). Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi.

d. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar

i. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.

ii. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.

iii. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu


(48)

iv. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.

e. Mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan

i. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (WHO Patient Safety).

ii. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif. iii. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan

pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.


(49)

Pelaksanaan five moment :

f.Mengurangi resiko cedera pasien akibat jatuh.

Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah


(50)

terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan rumah sakit.


(51)

BAB III

TINJAUAN KHUSUS RSUP H. ADAM MALIK

3.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan 3.1.1 Pendahuluan

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes Nomor 335/Menkes/SK/VII/1990 yang berlokasi di Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Kota Medan Propinsi Sumatera Utara. RSUP H. Adam Malik ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes Nomor 502/Menkes/SK/IX/1991. RSUP H. Adam Malik juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 244/MenKes/PER/III/2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, telah terjadi perubahan bentuk pola pengelolaan dari Badan Pelayanan Kesehatan menjadi Badan Layanan Umum (BLU) bertahap dengan tetap mengikuti pengarahan-pengarahan yang diberikan oleh Ditjen Yanmed dan Departemen Keuangan untuk perubahan status menjadi BLU penuh.

Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

Berdasarkan PP No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, tujuan BLU adalah meningkatkan pelayanan kepada masyarakat


(52)

dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan fleksibilitas dan pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan penerapan praktek bisnis yang sehat. Praktek bisnis yang sehat adalah berdasarkan kaidah manajemen yang baik mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pertanggungjawaban.

3.1.2 Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik

Visi RSUP H. Adam Malik adalah menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian yang mandiri dan unggul di Sumatera tahun 2015.

Misi RSUP H. Adam Malik adalah:

1. Melaksanakan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu dan terjangkau.

2. Melaksanakan pendidikan, pelatihan serta penelitian kesehatan yang profesional.

3. Melaksanakan kegiatan pelayanan dengan prinsip efektif, efisien, akuntabel dan mandiri.

3.1.3 Tugas dan Fungsi RSUP H. Adam Malik

Berdasarkan Permenkes RI No.244/Menkes/PER/III/2008 tanggal 11 Maret pasal 2, RSUP. H. Adam Malik Medan mempunyai tugas menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan secara paripurna, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan lainnya serta melaksanakan upaya rujukan.


(53)

Berdasarkan Permenkes RI No.244/Menkes/PER/III/2008 pasal 3, dalam melaksanakan tugasnya, RSUP H. Adam Malik Medan menyelenggarakan fungsi antara lain:

1. pelayanan medis;

2. pelayanan dan asuhan keperawatan; 3. penunjang medis dan non medis; 4. pengelolaan sumber daya manusia;

5. pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang profesi kedokteran dan pendidikan kedokteran berkelanjutan;

6. pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan lainnya; 7. penelitian dan pengembangan;

8. pelayanan rujukan;

9. administrasi umum dan keuangan.

3.1.4 Falsafah dan Motto RSUP H. Adam Malik

Falsafah RSUP H. Adam Malik adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat secara profesional, efisien dan efektif sesuai standar pelayanan yang bermutu.

Motto RSUP H. Adam Malik adalah mengutamakan keselamatan pasien dengan pelayanan

P : Pelayanan cepat A : Akurat

T : Terjangkau E : Efisien N : Nyaman


(54)

3.1.5 Klasifikasi RSUP H. Adam Malik

Berdasarkan SK MenKes Nomor 335/MenKes/SK/VII/1990 RSUP H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit Kelas A. RSUP H. Adam Malik sudah sesuai dengan Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 pasal 6 bahwa Rumah Sakit Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis. Jumlah tempat tidur minimal 400 (empat ratus) buah dan RSUP H. Adam Malik sudah mempunyai tempat tidur besar dari 400 (empat ratus) buah.

3.1.6 Struktur Organisasi RSUP H. Adam Malik

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 244/Menkes/Per/III/2008 pasal 4 tentang Struktur Organisasi RSUP H. Adam Malik Medan terdiri dari:

1. Direktur Utama;

2. Direktorat Medik dan Keperawatan;

3. Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan; 4. Direktorat Keuangan;

5. Direktorat Umum dan Operasional; dan

6. Unit-Unit non Struktural : Dewan Pengawas, Komite (Medik, Etik dan Hukum), Satuan Pemeriksaan Intern dan Instalasi.


(55)

a. Direktur Utama

Direktur Utama RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas memimpin, merumuskan kebijaksanaan pelaksanaan, membina pelaksanaan, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas Rumah Sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Direktorat Medik dan Keperawatan

Menurut Permenkes RI. No. 244/MENKES/PER/III/2008 pasal 6, Direktorat Medik dan Keperawatan dipimpin oleh seorang Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Direktorat Medik dan Keperawatan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan pelayanan medis, keperawatan dan penunjang. Pelayanan keperawatan dilakukan pada instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap terpadu (Rindu) A, instalasi rindu B, instalasi gawat darurat (IGD), instalasi perawatan intensif dan instalasi bedah pusat.

Guna menyelenggarakan tugas tersebut, Direktorat Medik dan Keperawatan menyelenggarakan fungsi:

1. penyusunan rencana pelayanan medis, keperawatan dan penunjang; 2. koordinasi pelaksanaan pelayanan medis, keperawatan dan penunjang; dan 3. pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelayanan medis, keperawatan dan

penunjang.

c. Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan

Menurut Permenkes RI. No. 244/MENKES/PER/III/2008 pasal 22, Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan dipimpin oleh seorang Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan


(56)

pengelolaan sumber daya manusia serta pendidikan dan penelitian, dengan cara menyelenggarakan fungsi:

1. penyusunan rencana kebutuhan sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan;

2. koordinasi dan pelaksanaan pengelolaan sumber daya manusia;

3. koordinasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan;

4. pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan.

d. Direktorat Keuangan

Menurut Permenkes RI. No. 244/MENKES/PER/III/2008 pasal 34, Direktorat Keuangan dipimpin oleh seorang Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Direktorat Keuangan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan program dan anggaran, pengelolaan pembendaharaan, mobilisasi dana, akuntansi dan verifikasi, untuk melaksanakan tugas tersebut Direktorat Keuangan menyelenggarakan fungsi:

1. penyusunan rencana program dan anggaran;

2. koordinasi dan pelaksanaan urusan perbendaharaan dan mobilisasi dana dan akuntansi serta verifikasi;

3. pengendalian, pengawasan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pengelolaan program dan anggaran, perbendaharaan dan mobilisasi dana serta akuntansi dan verifikasi.


(57)

e. Direktorat Umum dan Operasional

Menurut Permenkes RI. No. 244/MENKES/PER/III/2008 pasal 50, Direktorat Umum dan Operasional dipimpin oleh seorang Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Direktorat Umum dan Operasional mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan data dan informasi, hukum, organisasi dan hubungan masyarakat serta administrasi umum. Fungsi dari Direktorat Umum dan Operasional adalah:

1. pengelolaan data dan informasi;

2. pelaksanaan urusan hukum, organisasi dan hubungan masyarakat; 3. pelaksanaan urusan administrasi umum.

f. Unit-unit non struktural

Unit-unit non struktural RSUP H. Adam Malik terdiri dari dewan pengawas, komite, satuan pemeriksaan intern dan instalasi.

1. Dewan pengawas

Pembentukan tugas, fungsi, tata kerja dan keanggotaan dewan pengawas ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku (pasal 66). 2. Komite

Komite adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi yang dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada Direktur Utama dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan Rumah Sakit. Komite Medik mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam hal menyusun standar pelayanan medis, pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan medis, hak klinis khusus kepada Staf Medis Fungsional, program pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penilitian dan


(58)

pengembangan. Komite Etik dan Hukum mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam hal menyusun dan merumuskan etik pelayanan Rumah Sakit serta penyelesaian pelanggaran terhadap kode etik pelayanan Rumah Sakit dan menangani masalah hukum di Rumah Sakit.

3. Satuan pemeriksaan intern (SPI)

SPI adalah satuan kerja fungsional yang bertugas melaksanakan pemeriksaan intern Rumah Sakit. Satuan Pemeriksaan intern berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama (pasal 71).

4. Instalasi

Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan penelitian Rumah Sakit. Instalasi berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur yang dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama. Kepala instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga-tenaga fungsional/non medis. Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis instalasi dilaporkan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik (pasal 72).

3.2 Panitia Farmasi dan Terapi

Menurut Surat Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik tanggal 02 Januari 2014 Nomor OT.10.0/IV.2.1/44/2014 tentang Pembentukan Panitia Farmasi dan Terapi RSUP H. Adam Malik, Panitia Farmasi dan Terapi di RSUP H. Adam Malik memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut: 9. mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah Sakit; 10.mengembangkan standar terapi;


(59)

11.melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium Rumah Sakit;

12.mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat;

13.melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang rasional; 14.mengkoordinir penatalaksanaan reaksi Obat yang tidak dikehendaki;

15.mengkoordinir penatalaksanaan medication error;

16.menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan Obat di Rumah Sakit.

Panitia farmasi dan terapi bertanggung jawab kepada Direktur Utama melalui Direktur Umum dan Operasional.

3.3 Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik

Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik dipimpin oleh seorang Apoteker yang bertanggungjawab langsung kepada Direktur Umum dan Operasional. 3.3.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik

Berdasarkan surat keputusan Direktur RSUP H. Adam Malik Nomor. OT.01.01./IV.2.1./10281/2011 tanggal 27 Desember 2011. Struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik ditunjukkan pada Gambar. 3.1.


(60)

Gambar. 3. 1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP. H. Adam Malik 3.3.2 Fungsi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik

Fungsi instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik adalah:

1. melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang kegiatan Instalasi Farmasi dan melaporkan seluruh kegiatan Pelayanan Kefarmasian;

2. melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (SIRS Instalasi Farmasi);

3. melaksanakan pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan, mengendalikan, melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai;

4. melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan di bidang farmasi. 5. melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu;

6. melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari;

Direktur Utama

Direktur Umum dan Operasional

Ka. Instalasi Farmasi

Wa.Ka. Instalasi Farmasi

Ka. Tata Usaha

Ka.Pokja ApotekII Ka.Pokja Apotek I Ka. Pokja Farmasi Klinis Ka. Pokja Perbekalan Ka. Pokja Perencanaan & Evaluasi Ka. Depo Farmasi Rindu B Ka. Depo

Farmasi Rindu A Ka. Depo

Farmasi IGD

Ka. Depo Farmasi Instalasi Anestesi dan

Terapi Intensif

Ka. Depo Farmasi Instalasi Bedah


(61)

7. mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai;

8. melaksanakan fungsi pelayanan farmasi klinis yang meliputi pengkajian dan pelayanan Resep, penelusuran riwayat penggunaan Obat, rekonsiliasi Obat, informasi dan edukasi penggunaan Obat, mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai, melaksanakan visite, konseling, Pemantauan Terapi Obat (PTO), Evaluasi Penggunaan Obat (EPO), dispensing sediaan steril, melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga kesehatan lain, pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar Rumah Sakit dan melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

3.3.3 Tugas Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik a. Kepala instalasi farmasi

Kepala Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas memimpin, menyelenggarakan, mengkoordinasi, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan di bidang kefarmasian di RSUP H. Adam Malik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepala Instalasi Farmasi yang bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Umum dan Operasional.

b. Wakil kepala instalasi farmasi

Wakil kepala Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan Pelayanan Kefarmasian terhadap pasien, instalasi pelayanan dan instalasi


(62)

penunjang lainnya di RSUP H. Adam Malik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, menggantikan tugas Kepala Instalasi Farmasi apabila berhalangan hadir.

c. Tata usaha farmasi

Tata usaha farmasi berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi yang mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan kegiatan ketatausahaan, kerumahtanggaan yang berhubungan dengan keperluan tata usaha, berhubungan dengan surat menyurat dan mengarsipkan surat masuk dan keluar, urusan kepegawaian yang berhubungan dengan permintaan cuti, kenaikan gaji berkala dan kenaikan pangkat seluruh pegawai Instalasi Farmasi.

d. Kelompok kerja

1. Pokja Perencanaan, Pelaporan dan Evaluasi

Pokja perencanaan, pelaporan dan evaluasi sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi Farmasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan serta melaksanakan pemilihan, perencanaan, pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai untuk kebutuhan Rumah Sakit, melakukan evaluasi PDAC (Plan, Do, Action, Check) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dan melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi.


(63)

2. Pokja Perbekalan

Pokja perbekalan sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap penerimaan, pencatatan, pelaporan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai, peracikan, pembuatan, pengemasan kembali Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai, mengusulkan pelaksanaan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak layak pakai.

3. Pokja Apotek I

Pokja Apotek I sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi Farmasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai pasien bpjs pns dan pasien umum pada jam kerja (jam 08.00 – 15.00 WIB) serta melaksanakan SIRS instalasi farmasi.

4. Pokja Apotek II

Pokja Apotek II sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai untuk pasien bpjs bukan pns, pasien umum, pasien bpjs mandiri jam (jam 08.00 – 15.00 WIB) serta melaksanakan SIRS instalasi farmasi.


(64)

5. Pokja Farmasi Klinis

Pokja farmasi klinis sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi Farmasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan pelayanan Farmasi Klinis secara professional pada pasien rawat inap dan pasien rawat jalan sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian Rumah Sakit.

6. Depo Farmasi

a. Depo Farmasi Rindu A

Depo farmasi Rindu A sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai serta melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai untuk pasien BPJS dan pasien umum rawat inap terpadu A secara sistem One Day Dose Dispensing (ODDD). Selain itu juga melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi Rindu A.

b. Depo Farmasi Rindu B

Depo farmasi Rindu B sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai serta melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai untuk pasien BPJS dan pasien umum rawat inap terpadu B secara sistem One Day Dose


(65)

Dispensing (ODDD). Selain itu juga melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi Rindu B.

c. Depo IGD

Depo farmasi IGD sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai serta melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai untuk pasien IGD. Selain itu juga melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo IGD.

d. Depo Farmasi Instalasi pelayanan Anestesi dan Terapi Intensif

Depo farmasi Instalasi pelayanan Anestesi dan Terapi Intensif sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai serta melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai untuk pasien Instalasi pelayanan Anestesi dan Terapi Intensif. Selain itu juga melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi Instalasi pelayanan Anestesi dan Terapi Intensif.


(66)

e. Depo Farmasi Instalasi Bedah Pusat

Depo farmasi Instalasi Bedah Pusat sebagai salah satu unsur pelaksana utama Kepala Instalasi Farmasi, bertugas membantu Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap perencanaan pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai serta melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai untuk pasien Instalasi Bedah Pusat. Selain itu juga melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi Instalasi Bedah Pusat.

3.3.4 Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu siklus kegiatan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian.

a. Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan : 1. formularium;

2. standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang telah ditetapkan;


(1)

9. Ruangan CSSD di RSUP H. Adam Malik masih belum sesuai dengan standar yang ditetapkan, dimana ruangan masih memiliki sudut dinding, lift kotor dan lift bersih masih diletakkan berdampingan serta tempat penyerahan alat kotor dan yang sudah steril melalui pintu yang sama sehingga memungkinkan untuk terkontaminasi.

5.2 Saran

1. Pintu masuk antara ruangan konseling dan apotek II sebaiknya dibedakan sehingga konseling dapat berjalan dengan optimal. Konseling di Apotek I sebaiknya disediakan ruangan khusus untuk konseling.

2. Meningkatkan lagi kegiatan pelayanan farmasi klinik sehingga dapat meningkatkan mutu kehidupan pasien.

3. Sebaiknya dilakukan pendokumentasian untuk pencampuran Obat suntik KCl.

4. Sebaiknya ruangan CSSD di RSUP H. Adam Malik menggunakan sistem satu alur sehingga penyerahan barang kotor dan barang steril terpisah agar kemungkinan terjadinya kontaminasi antara barang yang telah disterilkan dan yang belum disterilkan lebih kecil.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2009). Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (Central Sterile Supply Department/CSSD) di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Repoblik Indnesia.

Menkes RI. (1990). Keputusan Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 tentang Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Sebagai Rumah Sakit Kelas A.

Menkes RI. (1991). Keputusan Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991 tentang RSUP H. Adam Malik sebagai RS Pendidikan.

Menkes RI. (2002). Keputusan Menkes RI No. 1439/MENKES/SK/XI/2002 tentang Penggunaan Gas Medis pada Sarana Pelayanan Kesehatan. Menkes RI. (2008). Peraturan Menkes RI No. 244/MENKES/PER/III/2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

Pemerintah RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Repoblik Indnesia.

Menkes RI. (2010) Peraturan MenKes Republik Indonesia No. 340/MenKes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.

Menkes RI. (2014). Keputusan Menkes RI No. 58/MENKES/2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

Surat Keputusan Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan No. OT.01.01/IV.2.1/10281/2011 tentang Revisi Struktur Organisasi dan Tata Kerja Instalasi Farmasi RSUP. H. Adam Malik Medan.

Surat Keputusan Direktur RSUP H. Adam Malik Medan No. OT. 01. 01. 11. 7934 tentang Penetapan Falsafah dan Tujuan Pelayanan farmasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Medan.

Surat Keputusan Direktur RSUP H. Adam Malik Medan No. OT. 01. 01. 11. 173 tahun 2011 tentang Instalasi Gas Medik RSUP H. Adam Malik Medan Surat Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Tahun 2013. Nomor:


(3)

(4)

Lampiran 2.Blanko Pelaporan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) a. Bagian Depan


(5)

(6)

Lampiran 3. Format Lembar Pelayanan Informasi Obat

LEMBAR PELAYANAN INFORMASI OBAT

1. Identitas Penanya

Nama : Status :

No Telp : 2. Data Pasien:

3. Pertanyaan : Uraian permohonan

... ... Jenis Permohonan

o Identifikasi Obat o Antiseptik o Stabilitas o Kontra Indikasi o Ketersediaan o Harga Obat

o ESO

o Dosis o Interaksi Obat

o Farmakokinetik/Farmakodinamik o Keracunan

o Penggunaan Terapeutik o Cara Pemakaian o Lain – Lain

4. Jawaban : ... ...

5. Referensi : ...

6. Penyampaian Jawaban Segera dalam waktu 24 jam, > 24 jam

Apoteker yang menjawab : ...

NO :……….Tgl : …………Waktu : ………….Metode lisan/pertelp/tertulis

Umur :……. Berat :…….Kg Jenis Kelamin : L/K

Kehamilan : Ya / Tidak………Minggu Menyusui : Ya/ Tidak Umur bayi :………