11. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang berlangsung pada lembaga pendidikan sekolah BS
12. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang berlangsung dalam lembaga kursus atau yang berlangsung dalam masyarakat BS
13. Jalur pendidikan meliputi pendidikan formal, nonformal, dan informal BS 14. Jenjang pendidikan meliputi SD, SMP, SMA BS
15. Jenis pendidikan meliputi pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi BS 16. Satuan pendidikan meliputi pendidikan umum, pendidikan kejuruan, dan
pendidikan kedinasan BS 17. Pendidikan merupakan proses transmission of social and cultural values and
norms BS 18. Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang berlangsung dalam
keluarga BS 19. Pendidikan sama dengan pengajaran BS
20. Pengajaran merupakan proses transfer of knowledge and skills BS 21. Pengertian pengajaran jauh lebih luas dibandingkan dengan pengertian
pendidikan BS 22. Pendidikan informal dikenal dengan pendidikan sekolah BS
23. Pendidikan merupakan proses transformasi budaya BS 24. Makna pengajaran jauh lebih luas dari makna pendidikan BS
25. Kebudayaan adalah produk masyarakat BS
Bentuk Short Essay Test atau Uraian Singkat 1.
Sebut dan jelaskan empat pilar pendidikan menurut UNESCO.
2. Sebut dan jelaslah empat era sejarah peradaban manusia.
Pertemuan IX: Teori Pendidikan: Nativisme
Telah cukup banyak dibicarakan hal-ihwal tentang pendidikan, baik kaitannya dengan hekikat kehidupan manusia, maupun kaitannya dengan kebudayaan sebagai
produk dari proses pendidikan.
Pada saat manusia mengalami tahap perkembangan, baik secara fisik maupun rohaninya dalam proses pendidikan, muncullah pertanyaan mendasar tentang faktor
yang paling berpengaruh terhadap perkembangan itu. Apakah faktor bakat dan kemampuan diri manusia itu sendiri, atau faktor dari luar diri manusia, ataukah
kedua faktor itu secara bersama-sama. Dari faktor yang pertama timbullah teori yang disebut sebagai teori nativisme. Nativisme berasal dari kata ”nativus” artinya
pembawaan.
Teori nativisme dikenal juga dikenal dengan teori naturalisme atau teori pesimisme. Teori ini berpendapat bahwa manusia itu mengalami
pertumbuhkembangan bukan karena faktor pendidikan dan intervensi lain di luar manusia itu, melainkan ditentukan oleh bakat dan pembawaannya. Teori ini
berpendapat bahwa upaya pendidikan itu tidak ada gunanya dan tidak ada hasilnya. Bahkan menurut teori ini pendidikan itu upaya itu justru akan dapat merusak
perkembangan anak. Pertumbuhkembangan anak tidak perlu diintervensi dengan
18
upaya pendidikan, agar pertumbuhkembangan anak terjadi secara wajar, alamiah, sesuai dengan kodratnya.
Teori ini dipelopori oleh Schopenhauer, nama lengkapnya Arthur Schopenhauer
February 22 ,
1788 –
September 21 ,
1860 , seorang ahli filsafat bangsa Jerman.
Dalam salah satu tulisannya Schopenhauer menjelaskan bahwa kebanyakan pembelajaran adalah bersifat superfisial.
Of human knowledge as a whole and in every branch of it, by far the largest part exists nowhere but on paper -- I mean, in books, that paper memory of mankind.
Only a small part of it is at any given period really active in the minds of particular persons. This is due, in the main, to the brevity and uncertainty of life;
but it also comes from the fact that men are lazy and bent on pleasure. Every generation attains, on its hasty passage through existence, just so much of human
knowledge as it needs, and then soon disappears. Most men of learning are very superficial. Then follows a new generation, full of hope, but ignorant, and with
everything to learn from the beginning. It seizes, in its turn, just so much as it can grasp or find useful on its brief journey and then too goes its way. How badly it
would fare with human knowledge if it were not for the art of writing and printing This it is that makes libraries the only sure and lasting memory of the human race,
for its individual members have all of them but a very limited and imperfect one. Hence most men of learning as are loth to have their knowledge examined as
merchants to lay bare their books.
Pandangan Schopenhauer didukung oleh Prof. Heymans dan sejalan pula dengan pandangan J.J. Rousseau, penganut teori naturalisme.
Jean-Jacques Rousseau, June 28
, 1712
– July 2
, 1778
, lahir di Geneva, Switzerland, seorang ahli filsafat politik.
19 Schopenhauer
Wikipedia.com J.J. Rousseau
Wikippedia.com
Rousseau set out his views on education in Émile
, a semi-fictitious work detailing the growth of a young boy of that name, presided over by Rousseau himself. He
brings him up in the countryside, where, he believes, humans are most naturally suited, rather than in a city, where we only learn bad habits, both physical and
intellectual. The aim of education, Rousseau says, is to learn how to live righteously. This is accomplished by following a guardian who can guide his pupil
through various contrived learning experiences.
The growth of a child is divided into three sections, first to the age of about 12, when calculating and complex thinking is not possible, and children, according to
his deepest conviction, live like animals. Second, from 12 to about 16, when reason starts to develop, and finally from the age of 16 onwards, when the child develops
into an adult. During this stage, the young adult should learn a skill, such as carpentry. This trade is offered because it requires creativity and thought, but
would not compromise ones morals. It is at this age that Emile finds a young woman to complement him.
The book is based on Rousseaus ideals of healthy living. The boy must work out how to follow his social instincts and be protected from the vices of urban
individualism and self-consciousness.
Rousseaus account of the education of Emile is, however, not an account of education of a gender-neutral child. The education he proposes for Sophie, the
young woman Emile is destined to marry, is importantly different to that of Emile. Sophie as a representative of ideal womanhood is educated to be governed by
her husband while Emile as a representative of the ideal man is educated to be self-governing. This is not an accidental feature of Rousseaus educational and
political philosophy; it is essential to his account of the distinction between private, personal relations and the public world of political relations. The private
sphere as Rousseau imagines it depends on the naturalized subordination of women in order for both it and the public political sphere upon which it depends
to function as Rousseau imagines it could and should.
The education proposed in Émile
has been criticized for being impractical, and the topic itself the education of children has led the text to be ignored by many
studying Rousseau’s more “political” works. However, of particular interest to anyone interested in Rousseau’s intentions in
Émile is a letter he wrote to his friend
Cramer on October 13, 1764. In the letter, Rousseau answers the criticism of impracticability: “You say quite correctly that it is impossible to produce an Emile.
But I cannot believe that you take the book that carries this name for a true treatise on education. It is rather a philosophical work on this principle advanced by the
author in other writings that man is naturally good”.
Pertemuan X: Teori Pendidikan: Empirisme
Teori empirisme berlawanan dengan teori nativisme. Teori empirisme dikenal juga sebagai teori optimisme. Teori ini juga dikenal sebagai teori tabula rasa, yang
menyatakan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan sebagai kertas putih. Dalam
20
perjalanan kehidupannya, kertas putih itu akan akan ”dipenuhi dengan lukisan” dari semua pengalam dan pengaruh dari luar yang akan mempengaruhi
pertumbuhkembangan manusia. Dengan demikian, teori empirisme berpandangan bahwa pertumbuhkembangan manusia ditentukan oleh faktor pengalaman yang
diperoleh melalui pendidikan.
Tokoh yang mendukung teori empirisme antara lain adalah John Locke dan David Hume. Dalam hal ini, David Hume amat dikenal dengan teori tabula rasa. Teori ini
memperoleh dukungan dari teori stimulus-respon atau teori behaviorisme yang dipelopori oleh Pavlov Rusia dan Watson Amerika Serikat. Teori ini
mengabaikan sama sekali aspek bakat dan pembawaan yang dimiliki peserta didik, potensi kecerdasan peserta didik.
Teori ini menyarankan kepada pemerintah dan masyarakat agar menyediakan lingkungan belajar yang kondusif untuk peserta didik. Penyediaan fasilitas belajar
yang lengkap dan memadai akan memberikan sebanyak mungkin pengalaman belajar peserta didik.
Pertemuan XI: Teori Pendidikan: Konvergensi
Kedua teori tersebut kemudian digabungkan menjadi satu kesatuan, yang kemudian dikenal dengan teori konvergensi.
Penggagas teori ini antara lain adalah William Stern.Teori ini berpendapat bahwa selain manusia itu memang telah dibekali potensi dasar berupa bakat dan
kemampuan, tetapi bakat dan kemampuan itu akan dipengaruhi oleh ruang space dan waktu time. Dalam hal ini, William Stern percaya bahwa sejak lahir manusia
telah memiliki potensi. Jika potensi ini diibaratkan dengan bibit unggul, maka bibit unggul itu akan akan tumbuh secara optimal jika bibit unggul itu ditanam di tempat
persemaian yang subur, dan memperoleh rawatan secara intensif. Teori ini meyakini bahwa bakat dan pembawaan yang bagus akan berkembang secara
optimal apabila diberikan rangsangan faktor dari luar berupa pemberian pengalaman belajar melalui proses pendidikan, pelatihan, dan pembimbingan.
Teori “dasar” dan “ajar” menurut Ki Hajar Dewantara pada hakikatnya sama dengan teori konvergensi. Makna dasar tidak lain adalah bakat dan kemampuan.
Sementara ajar pada hakikatnya adalah proses mempengaruhi peserta didik, baik dari lingkungan maupun proses pembelajaran dan pengajaran di lembaga
pendidikan, baik pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Proses pendidikan menurut teori ini
Pertemuan XII: Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan dikenal juga sebagai miliu pendidikan. Dalam teori empirisme, miliu pendidikan dipercaya mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap keberhasilan proses pendidikan. Sementara teori nativisme menafikan pengaruh lingkungan pendidikan, karena bakat dan pembawaan peserta didik
dinilai mempunyai pengaruh lebih dominan terhadap proses pertumbuhkembangan manusia. Bagaimana pun juga, teori konvergensi sangat mengakui pengaruh bakat
21
dan pembawaan seseorang. Namun bukan satu-satunya. Pengaruh bakat dan kemampuan akan bertemu denga pengaruh dari lingkungan belajar, intervensi
berupa pendidikan, pelatiha, pembimbingan. Pendek kata pertumuhkembangan manusia dipengaruhi secara bersama-sama antara keduanya, yakni bakat dan
pembawaan serta pengaruh lingkungan pendidikan.
Lingkungan pendidikan antara lain berupa: 1 keadaan alam, misalnya pinggir pantai, daerah pedalaman, pegunungan; 2 kondisi sosial ekonomi masyarakat,
misanya keadaan sosial ekonomi yang rendah, mata pencaharian penduduk dalam bidang pertanian, perkebunan, industri, perdagangan, jasa, dan sebagainya.
Lingkungan pendidikan pada hakikatnya dapat menjadi sumber pembelajaran. Teori pembelajaran konstruktivisme mengajarkan kepada kita bahwa peserta didik
harus dapat membangun pemahaman sendiri tentang konsep yang diambil dari sumber-sumber pembelajaran yang berasal dari lingkungan sekitar siswa.
Proses pendidikan seharusnya dapat menjadi agen pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, misalnya dalam pengembangan sosial ekonomi
masyarakat agar warga masyarakatnya lebih hemat, gemar menabung, memiliki jiwa demokratis, dan menghormati hak azasi manusia, cinta damai dan menjunjung
nilai-nilai kebersamaan, menanamkan semangat kerja keras, semangat antikorupsi, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Pertemuan XIII: Nilai-nilai Sosial Budaya
Di dunia ini terdapat negara yang maju, di samping negara yang miskin. Pertanyaan mendasar yang muncul kemudian adalah faktor apa yang menyebabkan
negara itu telah berkembang menjadi negara yang maju, sementara yang lain tidak? Apakah karena faktor 1 umur negara itu, 2 sumber daya alamnya, atau 3
faktor rasnya.
Ternyata, masyarakat negara yang maju memiliki nilai-nilai sosial budaya yang dijunjung tinggi dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai sosial
budaya masyarakat itu adalah sebagai berikut.
1. Etika, sebagai prinsip dasar dalam kehidupan sehari-hari