Sinus Frontalis Sinus Etmoidalis

Gambar 8. Sinus Paranasal url : http:natomi.med

2.3.1 Sinus Frontalis

Tulang frontal membentuk dahi dan atap orbita dan mengalami pneumatisasi berbagai derajat, juga membentuk atap sinus etmoid dan dikenal sebagai fovea etmoidalis ossiis frontalis, di daerah ini tulang relatif tabel dan lebih tipis di atap orbita Kalvaria anterior mengalami penebalan dari 4 mm saat baru lahir menjadi 16 mm pada waktu dewasa. Epitel respiratorius dari dinus frontalis mempunyai sedikit sel goblet 5900mm2 dan beberapa kelenjar seromusinus 0.08mm2. Sinus frontalis mendapat suplai darah dari A. supraorbitalis dan A. etmoidalis anterior. Drainase sistim vena mengalir ke sinus sagitalis dan sinus Universitas Sumatera Utara sfenoparietal, serta anastomosis vena pada takik supraorbita yang menghubungkan pembuluh darah oftalmikus superior dan supraorbitalis. Inervasi dan sinus frontalis adalah dari n. surpraorbitalis, dan aliran limfe menuju kelenjar submandibula.

2.3.2 Sinus Etmoidalis

Tulang yang membentuk terdiri dari 5 bagian yaitu : dua labirin etmoidalis, menutupi etmmoidalis sisi lain dari lamina perpendikularis bagian atas dari tulang septum nasi. Tulang lain lamina cribiformmis, perluasan garis tengah superior krista gali. Lamina kribifoormis membagi rongga hidung dari rongga kranial anterior. Penetrasi pada lamina ini diberi nama sesuai dengan asalnya, seperti serabut olgakrorius, pembuluh darah dan saraf etmoidalis. Dua buah ala anterior melengkapi foramen saekum yang sering meneruskan cabang vena sinus sagitalis superior. Atap labirin etmmoid teruma menempati os frontal. Titik pertemuan os frontal dan os etmoid yaitu diatas ceruk kribiformis pada ketinggian bervariasi 1- 7 mm dan atap-atap etmooid disebut sering asimetris 10 Dessi et al, 1994 dengan atap sebelah kanansering lebih rendah dari kiri. Sepertiga anterior konka media melekat secara vertikal pada basis kranii di sisi lateral cerk kribiformis dengan os frontal membentuk atap os etmmoid. Sepertiga posterior melekat secara horizontal pada lamina papiracea dan dinding Universitas Sumatera Utara medial maksila. Antara 2 bagian konka ini terdapat lempeng oblik dari tulang lamella basalis yang membagi labirin etmmoid menjadi sel anterior dan posterior. Labirin etmoid merupakan hasil pengumpulan dan pembelahan dari sel- sel. Dinding lateralnya membentuk lamina orbitalis atau lamina papiracea. Lamina orbitalis ini sangat tipis dan akan membelah terutama pada orang sangat muda atau sangat tua. Sel-sel anterior umumnya lebih kecil dan banyak 2-8 sel dari pada sel posterior 1-5. Sel etmoidalis posterior dapat meluas ke lateral os sphenoid sampai 1,5 cm dari dinding posterior dari dinding anterior sfenoid. Sel etmid melakukan pneumatisasi dinding orbita, membentuk sel haller yang dapat mengganggu infundibuloetmoidalis Haller, 1996. Proses pneumatisasi terjadi pada sistim anterior + 75 dan sel posterior sebanyak 30. Sinus etmoidalis dilapisi oleh sel epitel respiratori kolumnar brsilia yang tipis. Ketebalan sel goblet rendah dibandingkan dengan sinus maksilaris, dengan rata-rata 6500mm2. Kelenjar seromusin tuboalveolaris ditemukan sepanjang mukosa lebih banyak dietmoid bila dibandingkan sinus lain. Perdarahan didapat dari A. sfenopalatina dan etmoidalis anterior dan posterior serta melalui vena yang sama. Persarafannya oleh N. etmmoidalis anterior dan posterior serta cabang-cabang orbita dari ganglion pterygopalatina. Aliran limfe menuju nodus submandibuler dan posterior menuju nodus retrafaringeal. Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Sinus Maksilaris