Analisis Data ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Perhitungan Target dan Realisasi Tahun Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2009-2012 2. Rasio Efektifitas dan Efisiensi a. Rasio Efektivitas 1 Rasio Efektivitas Tahun Anggaran 2009 Keterangan Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Target Penerimaan PAD 36.236.874.500,80 40.963.061.130,00 47.953.224.512,30 68.065.973.303,33 Realisasi Penerimaan PAD 38.455.406.172,11 42.542.031.388,61 54.462.418.772,18 67.050.781.893,09 Biaya Pemungutan PAD 876.667.923,00 953.922.253,50 1.221.055.089,00 1.916.862.871,00 106,122 2 Rasio Efektivitas Tahun Anggaran 2010 103,854 3 Rasio Efektivitas Tahun Anggaran 2011 113,57 4 Rasio Efektivitas Tahun Anggaran 2012 98,51 Semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. Guna memperoleh ukuran yang lebih baik rasio efektivitas tersebut perlu disandingkan dengan rasio efisiensi. b. Rasio Efisiensi Nilai efesiensi yang diperoleh dari perbandingan tersebut diatas, kemudian diukur dengan kriteria kinerjanya, kemudian dibandingkan dari tahun ke tahun. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik. Halim 2011 1 Rasio Efisiensi Tahun 2009 2,279 2 Rasio Efisiensi Tahun 2010 2,242 3 Rasio Efisiensi Tahun 2011 2,242 4 Rasio Efisiensi Tahun 2012 2,858 3. Rasio Aktivitas a. Rasio belanja Rutin tidak Langsung adalah : 1 Rasio Belanja Rutin Tahun 2009 80,28 2 Rasio Belanja Rutin Tahun 2010 88,16 3 Rasio Belanja Rutin Tahun 2011 83,29 4 Rasio Belanja Rutin Tahun 2012 80,08 b. Rasio belanja Pembangunan Langsung adalah : 1 Rasio Belanja Pembangunan Tahun 2009 14,45 2 Rasio Belanja Pembangunan Tahun 2010 6,14 3 Rasio Belanja Pembangunan Tahun 2011 11,82 4 Rasio Belanja Pembangunan Tahun 2012 15,31 Menurut Halim, 2008:236 semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutintidak langsung berarti persentase belanja investasi belanja pembangunanlangsung yang digunakan untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil Halim, 2008:235. Karena pemerintah harus membelanjakan kegiatan rutinnya untuk pelayanan dan gaji pegawai, maka alokasi belanja pembangunan dan belanja rutin harus disesuaikan dengan total pendapatannya berdasarkan kebutuhan dan potensi yang dimiliki.

4. Rasio Pertumbuhan

Keterangan : Xt = Data variabel X pada tahun t Xt-1 = Data variabel X pada tahun t-1 Untuk mengukur rasio pertumbuhan suatu daerah dapat dilihat dari : - Pendapatan Asli Daerah PAD - Total Pendapatan Daerah - Belanja Rutin Daerah - Belanja Pembangunan Daerah Pertumbuhan sumber pendapatan dan pengeluaran tahun berjalan dikurangi dengan tahun sebelumnya dan dibandingkan dengan pendapatan dan pengeluaran tahun sebelumnya agar diketahui seberapa besar pertumbuhannya. Dengan diketahuinya tingkat pertumbuhan sumber pendapatan dan pengeluaran suatu daerah selama beberapa periode tahun anggaran, maka data tersebut dapat digunakan untuk mengetahui bagian-bagian atau potensi-potensi mana yang perlu mendapat perhatian khusus bagi pemerintah daerah. Sehingga pemerintah daerah tersebut dapat memperbaiki kinerjanya menjadi lebih baik untuk kedepanya Halim, 2008:241. a. Rasio Pertumbuhan Tahun 2009-2010 1 10,626 2 12,12 3 21,037 4 -49,917 b. Rasio Pertumbuhan Tahun 2010-2011 1 28,02 2 20,993 3 15,19 4 136,21 c. Analisis Rasio Pertumbuhan Tahun 2011-2012 1 23,113 2 11,459 3 9,899 4 48,04 Tabel 2. Ringkasan Hasil Perhitungan Rasio Keuangan Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2009-2012 Keterangan Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Rasio Kemandirian 5,869 5,882 6,162 6.733 Rasio Efektivitas 106,122 103,854 113,57 98,51 Rasio Efisiensi 2,279 2,242 2,242 2,858 Rasio Belanja Rutin 80,28 88,16 83,29 80,08 Rasio Belanja Pembangunan 14,45 6,14 11,82 15,31 Tabel 3. Hasil Perhitungan Rasio Pertumbuhan PAD, Total PAD, Belanja Rutin dan Belanja Pembangunan Daerah Tahun 2009-2012 Keterangan Tahun 2009-2010 Tahun 2010-2011 Tahun 2011-2012 Rasio Pertumbuhan PAD 10,626 28,02 23,113 Rasio Pertumbuhan Total PAD 12,12 20,993 11,459 Rasio Pertumbuhan Belanja Rutin Daerah 21,037 15,19 9,899 Rasio Pertumbuhan Belanja Pembangunan Daerah -49,917 136,210 48,044

B. Evaluasi Kinerja Keuangan Dearah Kabupaten Gunungkidul 1.

Rasio Kemandirian Daerah Tabel 4. Hasil Perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2009-2012 No Uraian 2009 2010 2011 2012 1. Rasio Kemandirian Daerah 5,869 5,882 6,162 6,733 Sumber: Data diolah Dari tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa hasil perhitungan rasio kemandirian keuangan daerah Kabupaten Gunungkidul setiap tahunnya mengalami peningkatan. Diawali tahun anggaran 2009 dimana jumlah presentasenya 5,869 yang kemudian tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 5,882 dan kemudian pada tahun anggaran 2011 naik lagi sebesar 0,28 menjadi 6,162 hingga pada tahun 2012 juga mengalami kenaikan menjadi 6,733. Berdasarkan pengertian kemandirian keuangan daerah bahwa semakin tinggi rasio kemandirian berarti tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern terutama pemerintah pusat dan pemerintah provinsi semakin rendah begitupun sebaliknya. Menurut Mahmudi 2011, apabila presentase rasio setiap tahunnya 0,00-10,00 maka tingkat kemampuan kemandirian keuangan daerah masih sangat kurang, 10,01-20,00 tingkat kemandirin masih kurang, 20,01-30,00 tingkat kemandirian sedang, 30,01-40,00 tingkat kemandirian cukup, 40,01- 50,00 tingkat kemandirian baik dan untuk presentasi lebih dari 50 tingkat kemandirian sangat baik. Dari kriteria penilaian tersebut, rata-rata presentase rasio kemandirian keuangan kabupaten Gunungkidul selama tahun 2009-2012 masih bearada di bawah 10, ini berarti tingkat kemandirian keuangan daerah dalam mencukupi kebutuhan pembiayaan untuk melakukan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat masih sangat kurang. Oleh karena itu, perlu adanya usaha untuk mengurangi ketergantungan terhadap bantuan pihak ekstern terutama pemerintahan pusat dan provinsi, baik melalui pengoptimalan sumber pendapatan asli daerah khusunya pada pendapatan lain-lain PAD yang sah. Selain itu, rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen pendapatan asli daerah. Semakin tinggi kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan tingkat kesejahteraan juga semakin tinggi. 2.Rasio Efektifitas dan Efisiensi Tabel 5. Hasil Perhitungan Rasio Evektifitas dan Efisiensi Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2009-2012 No. Uraian 2009 2010 2011 2012 1. Rasio Efektifitas 106,122 103,854 113,57 98,51 2 Rasio Efisiensi 2,279 2,242 2,42 2,858 Sumber: Data diolah Berdasarkan hasil perhitungan rasio efektivitas dan efisiensi pada tabel 5 diatas dapat dilihat presentase rasio efektifitas Pemerintah Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2009 sebesar 106,122 kemudian pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 103,854 lalu pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 113,57 dan kemudian pada tahun 2012 mengalami penurunan drastis dibawah 100 yaitu menjadi 98,51. Menurut Mahmudi 2011 kriteria penilaian tingkat efektifitas PAD diatas 100 maka tingkat efektifitasnya sangat efektif, 100 tingkat efektifitasnya sudah efektif, 90-99 cukup efektif, 75-89 kurang efektif dan kurang dari 75 tidak efektif. Dilihat dari analisis data diatas, rata-rata presentase rasio efektifitas kabupaten Gunungkidul berada pada tingkat diatas 100. Angka ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah sudah sangat efektif dalam melaksanakan tugasnya untuk merealisasikan sumber pendapatan asli daerah khususnya dalam melakukan pemungutan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Hanya saja, pada tahun 2012 rasio efektivitas memang mengalami penurunan yang begitu terlihat dibawah 100 yaitu 98,51. Berarti di tahun 2012, jumlah anggaran PADlebih besar dibandingkan realisasi PAD. Hal ini disebabkan karena jumlah realisasi pendapatan pajak daerah, pendapatan retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah masih lebih rendah dibandingkan dengan jumlah anggarannya. Kriteria penilaian tingkat efisiensi menurut Mahmudi 2011 apabila presentase efisien kurang dari 5 maka tingkat efisiensi sudah sangat efisien, 5- 10 efisien, 11-20 cukup efisien, 21-30 kurang efisien dan lebih dari

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bulungan

1 17 19

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE 2012-2014 Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Periode 2012-2014.

1 5 15

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE 2012-2014 Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Periode 2012-2014.

0 2 17

PENDAHULUAN Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Periode 2012-2014.

0 2 10

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten Dilihat Dari Pendapatan Daerah Pada APBD 2010-2012.

0 1 14

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten Dilihat Dari Pendapatan Daerah Pada APBD 2010-2012.

0 1 16

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO PERIODE 2005-2007.

0 0 8

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali Apbd 2008-2010.

0 1 14

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali Apbd 2008-2010.

0 2 21

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2007-2009 Binder1

0 0 63