Dimensi penyesuaian diri di perguruan tinggi

tantangan pada kehidupan sehari-hari. Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan, peneliti mengambil kesimpulan bahwa penyesuaian diri adalah respon individu dalam mengatasi berbagai tuntutan terkait dengan perubahan yang terjadi di lingkungan guna mencapai keselarasan. Pada konteks yang lebih spesifik, Baker dan Siryk 1986 menjelaskan penyesuaian diri di perguruan tinggi terdiri dari beberapa dimensi, melibatkan tuntutan- tuntutan yang bervariasi dalam hal jenis dan tingkatannya, serta membutuhkan beragam respon koping yang akan berbeda keefektivitasannya pada tiap individu. Dalam penelitian ini, peneliti mendefinisikan penyesuaian diri di perguruan tinggi sebagai respon individu dalam mengatasi berbagai tuntutan yang ada seiring dengan perubahan dari masa sekolah menengah atas ke perguruan tinggi, yang meliputi berbagai dimensi guna mencapai keselarasan antara individu dan lingkungan perguruan tinggi.

2. Dimensi penyesuaian diri di perguruan tinggi

Baker dan Siryk 1986 membagi penyesuaian diri di perguruan tinggi ke dalam empat dimensi, yaitu: 2.1 Penyesuaian diri akademik academic adjustment Penyesuaian diri akademik merupakan kemampuan mahasiswa dalam mengatur dan mengatasi berbagai tuntutan akademik yang ada di lingkungan perguruan tinggi. Indikator penyesuaian diri akademik adalah mampu mengaplikasikan motivasi akademik, memiliki prestasi akademik yang baik, dan mampu mengatasi tuntutan akademik. 2.2 Penyesuaian diri sosial social adjustment Dimensi penyesuaian diri sosial merupakan kemampuan individu untuk mengelola dan mengatasi tuntutan sosial-interpersonal terkait dengan pengalaman di perguruan tinggi. Indikator dari dimensi ini yaitu terlibat dalam kegiatan yang ada di perguruan tinggi, mampu menjalin hubungan dengan orang lain di perguruan tinggi, serta mampu mengatasi perubahan lingkungan sosial. 2.3 Penyesuaian personal-emosional personal-emotional adjustment Penyesuaian personal-emosional berkaitan dengan respon fisik dan psikologis individu terhadap tuntutan di perguruan tinggi Credé Niehorster, 2012. Dimensi ini memiliki tiga indikator, yaitu mampu mengontrol emosi dengan baik, memiliki persepsi yang positif terhadap tuntutan di perguruan tinggi, dan memiliki kondisi fisik yang baik. 2.4 Kelekatan pada institusi institutional attachment Dimensi ini menunjukkan perasaan individu mengenai keberadaannya di institusi perguruan tinggi, terutama pada kualitas hubungan atau ikatan yang terbentuk antara individu dan institusi. Indikator kelekatan pada institusi meliputi kepuasan terhadap fakultas atau program studi, kepuasan terhadap universitas, dan kepuasan terhadap status mahasiswa. Penelitian mengenai penyesuaian diri di perguruan tinggi selama ini masih mengalami pro-kontra. Meskipun menggunakan dasar teori yang sama, yaitu teori Baker dan Siryk 1986, namun beberapa penelitian menganggap sebagai multidimensional dan beberapa penelitian lain menganggap unidimensional. Penelitian yang menganggap penyesuaian diri di perguruan tinggi sebagai multidimensional, mengukur penyesuaian diri di perguruan tinggi pada masing-masing dimensi secara terpisah Aspelmeier, Love, McGill, Elliott, Pierce, 2012; Bernier, Larose, Boivin, Soucy, 2004; Salmain, Azar, Salmani, 2014. Berbeda halnya dengan penelitian yang menganggap penyesuaian diri di perguruan tinggi sebagai unidimensional. Beberapa diantara peneliti tersebut mengatakan bahwa penyesuaian diri di perguruan tingi terdiri dari 4 aspek sehingga menghitungnya sebagai satu keutuhan penyesuaian diri di perguruan tinggi Beyers Goossens, 2003; Choi, 2002; Marmarosh, 2007. Selain itu, Caplan, Henderson, Henderson, dan Flaminge 2002 serta Ramos- Sánchez dan Nichols 2007 juga menghitung penyesuaian diri di perguruan tinggi sebagai satu kesatuan namun tidak mengatakan dimensi penyesuaian diri di perguruan tinggi sebagai aspek. Pada penelitian ini, peneliti mengukur penyesuaian diri di perguruan tinggi sebagai unidimensi karena keempat dimensi tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Di lingkungan perguruan tinggi, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mahasiswa tidak hanya dituntut dalam hal akademik saja, melainkan juga mampu berbaur dengan lingkungan sosial yang baru dan mengembangkan soft skill yang dimiliki. Oleh karena itu, mahasiswa perlu untuk melakukan kontak sosial dengan orang lain, terlebih karena budaya yang ada juga merupakan budaya kolektivis bukan individualis. Individu dikatakan mampu menyesuaikan diri juga tidak terlepas dari kesejahteraan fisik dan psikologisnya. Ketika individu mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan akademik dan sosialnya tentu ia akan memiliki kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik. Pada akhirnya, individu yang mampu menyesuaikan diri dengan perguruan tinggi memiliki kepuasan terhadap statusnya sebagai mahasiswa, memiliki kelekatan terhadap insitusi di mana ia menuntut ilmu dan tidak berpikir untuk pindah ke tempat lain.

3. Faktor yang memengaruhi penyesuaian diri di perguruan tinggi