Hubungan antara perfeksionisme dan penyesuaian diri di Perguruan Tinggi pada mahasiswa tahun pertama

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DAN PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA

TAHUN PERTAMA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memeroleh gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh: Nona Chierelda Tutkey

NIM: 129114169

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA


(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DAN PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA

Disusun oleh: Nona Chierelda Tutkey

NIM: 129114169

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing Skripsi,


(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DAN PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA

Dipersiapkan dan disusun oleh: Nona Chierelda Tutkey

129114169

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 13 Juni 2017

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Penguji 1 : Dr. Y. Titik Kristiyani, M. Psi. ……… Penguji 2 : Dr. A. Priyono Marwan, SJ. ……… Penguji 3 : P. Eddy Suhartanto, M.Si. ………

Yogyakarta,

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Dekan


(4)

iv

HALAMAN MOTO

“Kuatkanlah dan

teguhkanlah hatimu, hai

semua yang berharap

kepada Tuhan!”

(Mazmur 31: 24)

“Trust yourself. You

know more than you

do.” -Benjamin Spock

“Serahkanlah segala kekuatiran kepada-Nya

sebab Ia yang memelihara kamu.”


(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas akhir ini aku persembahkan untuk kedua orangtuaku yang terkasih,

Papa Marthin dan Mama Ana. Terimakasih untuk segala pengorbanan

dan kasih sayang yang tidak henti kalian berikan padaku. Tidak lupa untuk

seluruh keluarga besar Tutkey, Van David dan Gaffar untuk support yang


(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebegaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Juli 2017

Penulis,


(7)

vii

HUBUNGAN ANTARA PERFEKSIONISME DAN PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA

Nona Chierelda Tutkey

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan negatif yang signifikan antara perfeksionisme dan penyesuaian diri pada mahasiswa tahun pertama. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjumlah 126 responden dan dipilih dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan skala perfeksionisme dan penyesuaian diri yang dibuat oleh peneliti. Skala perfeksionisme terdiri dari 32 item dengan reliabilitas sebesar 0,719 dan rix terendah 0,307. Skala penyesuaian diri terdiri dari 36

item dengan reliabilitas sebesar 0,860 dan rix sebesar 0,304. Analisis data menggunakan teknik

korelasi product momen Pearson padaSPSS 16 for Windows. Hasil ini analisis data menunjukkan bahwa hipotesis peneliti diterima, yaitu terdapat hubungan negatif yang signifikan antara perfeksionisme dan penyesuaian diri pada mahasiswa tahun pertama (r=-0,236, p= 0,04).


(8)

viii

THE RELATIONSHIP BETWEEN PERFECTIONISM AND COLLEGE ADJUSTMENT AMONG FRESHMAN

Nona Chierelda Tutkey

ABSTRACT

This research aimed to examine the relation between perfectionism and college adjustment among freshman. Respondents in this research were 126 Sanata Dharma University freshman and selected using purposive sampling technique. Data collection was done by using self-perfectionism scale and college adjustment scale made by researcher. Reliability of perfectionism scale with 32 items is 0.719 with the lowest rix is 0.307. Reliability of college adjustment scale with 36 items is 0.860 with the lowest rix is 0.304. The data analyzed by using correlation product moment Pearson with SPSS 16 for Windows. The data analysis result showed hypothesis is accepted, there was negative significant correlation between perfectionism and college adjustment (r=-0.236,p=0.04).


(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Nona Chierelda Tutkey

Nomor Mahasiswa : 129114169

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Hubungan antara Perfeksionisme dengan Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi pada Mahasiswa Tahun Pertama

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 28 Juli 2017

Yang menyatakan,


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena telah memberikan kasih sayang dan hikmat yang tiada terbatas sehingga penulis telah berhasil menyelesaikan karya tulis ini sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma. Pada proses penulisan karya tulis ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak, oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat, hikmat, kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 2. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta khususnya Fakultas Psikologi

yang sudah mau menerima dan memberikan banyak materi perkuliahan maupun bekal untuk melanjutkan perjalanan hidup. Semoga apa yang didapatkan bisa penulis gunakan pada tahap hidup selanjutnya.

3. Bapak T. Priyo Widiyanto, M.Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang selalu memberikan semangat kepada seluruh mahasiswa Psikologi yang ada untuk terus berjuang.

4. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si., selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

5. Suster Th. Galang Dewi Irianty Gallang, FCJ S.Psi., Psi., M.M. selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memperhatikan perkembangan akademik dan diri saya.

6. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi selaku pembimbing skripsi dan ibunda bagi semua anak bimbingannya. Terimakasih karena telah membimbing dengan sangat sabar, dan atas semua nasihat agar diri penulis semakin menjadi pribadi yang baik.

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu pengetahuan mengenai psikologi dan juga tidak lupa kepada seluruh staff Fakultas Psikologi sebagai keluarga besar Psikologi Sanata Dharma yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.


(11)

xi

8. Papa Marthin dan Mama Ana yang selalu mendoakan, memberikan motivasi, kasih sayang, pengorbanan, dan semua yang kalian lakukan untuk penulis. Tuhan selalu memberkati Papa Mama!

9. Para cabe (Putri, Gung Is, Bincik, Mitha, Dira, Anggi, Igan, Itha, Olive), terimakasih atas persahabatan layaknya saudara yang telah penulis rasakan, atas kekonyolan dan kebahagiaan yang kalian berikan pada penulis dari pertama bertemu hingga saat ini. Tidak ada cerita bahagia di Yogyakarta bagi penulis sebagai anak rantau tanpa kehadiran kalian. 10.Mantan anak kelas D (Wilda, Monic, Nata, Edo, Om Incent, Uak)

terimakasih atas semua perhatian, kasih sayang yang kalian berikan pada penulis. Jangan pernah melupakan satu sama lain!

11.Teman pejuang S.Psi yang tangguh (Clara, Jeje, Rere, Rio) terimakasih atas semua pengalaman berharga, dan bantuan yang selalu kalian berikan. Ini hasil kita guys, kalian the best!

12.Nikolaus Kusumasmara dan Valentinus Krishna, para pawang yang selalu berhasil memawangi jika penulis sedang panik, marah, galau, alay. Terimakasih bosku.

13.Mas Bayu Ashariyanto, terimakasih atas perhatian dan semangat yang luar biasa yang diberikan pada penulis.

14.Seluruh sahabat psikologi angkatan 2012, terimakasih atas kebersamaan selama beberapa tahun ini. Jangan pernah lupa kita pernah berkembang bersama, see you on top guys!

15.Semua pihak yang membantu dan mendukung penulisan karya tulis ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Tuhan selalu memberkati kalian semua!

Yogyakarta, 15 Mei 2017 Penulis


(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Dosen Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Moto ... iv

Halaman Persembahan ... v

Halaman Pernyataan Keaslian Karya ... vi

Abstrak ... vii

Abstract ... vii

Halaman Pesetujuan Publikasi Karya Ilmiah ... ix

Kata Pengantar ... x

Daftar Isi... xii

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Lampiran ... xvii

Daftar Bagan ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumuasan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi ... 8

1. Pengertian Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi ... 8

2. Dimensi Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi... 9


(13)

xiii

B. Perfeksionisme ... 16

1. Pengertian Perfeksionisme ... 16

2. Tipe Perfeksionisme ... 18

3. Dimensi Perfeksionisme... 20

C. Mahasiswa Tahun Pertama ... 22

D. Dinamika Hubungan Perfeksionisme dan Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi ... 26

E. Hipotesis Peneitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Identifikasi Variabel ... 32

C. Definisi Operasional... 32

1. Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi ... 33

2. Perfeksionisme ... 33

D. Responden Penelitian ... 34

E. Metode Pengumpulan Data ... 35

1. Penyusunan Blue print ... 35

2. Focus Group Discussion ... 37

2.1. Perfeksionisme... 38

2.2. Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi... 39

3. Penulisan Item ... 41

4. Review dan Revisi Item ... 42

5. Pengujian Validitas Isi ... 42

5.1. Perfeksionisme... 43

5.2. Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi... 44

6. Uji Coba Alat Ukur ... 45

F. Pemeriksaan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ... 47

G. Metode Analisis Data ... 50

1. Uji Hipotesis... 50

2. Uji Asumsi ... 51

2.1 Uji Normalitas ... 51

2.2 Uji Linearitas ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 52

A. Hasil Penelitian ... 52

1. Pelaksanaan Penelitian ... 52

2. Deskripsi Responden Penelitian ... 52

3. Data Penelitian ... 53


(14)

xiv

3.2 Kategorisasi Skala ... 54

4. Reliabilitas Data Penelitian ... 56

5. Hasil Uji Asumsi ... 57

5.1. Uji Normalitas ... 57

5.2. Uji Linearitas ... 58

6. Hasil Uji Hipotesis ... 58

7. Analisis Tambahan ... 60

B. Pembahasan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Keterbatasan Penelitian ………...………..…… 68

C. Saran ... 69

Daftar Pustaka ... 70


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sebaran Item Skala Perfeksionisme Sebelum Uji Coba ... 36

Table 2. Sebaran Item Penyesuaian Diri Sebelum Uji Coba ... 37

Tabel 3. Skor Kategori Pemilihan Jawaban ... 42

Tabel 4. Sebaran Item Skala Perfeksionisme ... 44

Tabel 5. Sebaran Item Skala Penyesuaian Diri ... 45

Tabel 6. Sebaran Item Uji Coba Skala Perfeksionisme Sebelum Uji Coba ... 46

Tabel 7. Sebaran Item Skala Penyesuaian Diri Sebelum Uji Coba ... 47

Tabel 8. Reliabilitas Skala Perfeksionisme ... 48

Tabel 9. Sebaran Item Skala Perfeksionisme Setelah Uji Coba ... 49

Tabel 10. Reliabilitas Skala Penyesuaian Diri ... 50

Tabel 11. Sebaran Item Skala Penyesuaian Diri Setelah Uji Coba ... 50

Tabel 12. Tabel Deskripsi Subjek Penelitian ... 52

Tabel 13. Analisis Deskriptif Data Perfeksionisme dan Penyesuaian Diri ... 54

Tabel 14. Norma Kategorisasi Skor Skala ... 55

Tabel 15. Kategorisasi Skala Perfeksionisme dan Penyesuaian Diri ... 56

Tabel 16. Hasil Reliabilitas Variabel Perfeksionisme ... 56

Tabel 17. Hasil Uji Normalitas ... 57

Tabel 18. Hasil Uji Linearitas ... 58


(16)

xvi

Tabel 20. Kategori Tingkat Korelasi ... 60 Tabel 21. Uji Korelasi Dimensi Perfeksionisme dengan Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi ... 62


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pertanyaan Variabel Perfeksionisme pada FGD ... 78

Lampiran 2. Pertanyaan Variabel Penyesuaian Diri pada FGD ... 80

Lampiran 3. Form Penilaian dan Inform Consent Validitas Isi Perfeksionisme 84 Lampiran 4. Form Penilaian dan Inform Consent Validitas Isi Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi ... 98

Lampiran 5. Hasil Perhitungan IVI-I dan IVI-S Variabel Perfeksionisme ... 110

Lampiran 6. Hasil Perhitungan IVI-I dan IVI-S Variabel Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi ... 116

Lampiran 7. Skala Kehidupan Perkuliahan Uji Coba ... 119

Lampiran 8. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Skala Perfeksionisme ... 120

Lampiran 9. Hasil Uji Reliablilitas dan Validitas Skala Penyesuaian Diri ... 125

Lampiran 10. Skala Kehidupan Perkuliahan ... 133

Lampiran 11. Hasil Uji Reliabilitas Skala Kehidupan Perkuliahan ... 134

Lampiran 12. Uji Normalitas ... 135

Lampiran 13. Uji Linearitas ... 135

Lampiran 14. Uji Hipotesis ... 136

Lampiran 15 Hasil Uji One Sample T-Test Variabel Perfeksionisme ... 136

Lampiran 16 Hasil Uji One Sample T-Test Variabel Penyesuaian Diri ... 137


(18)

xviii

DAFTAR BAGAN


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat memiliki kesadaran tentang pendidikan yang semakin meningkat setiap tahun. Kesadaran tentang pendidikan tersebut tampak pada jumlah peserta ujian masuk ke perguruan tinggi. Data Mahasiswa Universitas Sanata Dharma menunjukkan bahwa jumlah peserta ujian masuk dari tahun 2012 sampai dengan 2015 mengalami peningkatan. Peserta ujian masuk pada tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 7414 orang. Peserta ujian masuk pada tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 8125. Peserta ujian masuk pada tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 8173, sedangkan peserta ujian masuk pada tahun ajaran 2015/2016 berjumlah 9713 orang.

Individu yang lolos ke perguruan tinggi mengalami transisi atau perubahan dalam kehidupannya. Individu mengalami transisi yang berbeda dibandingkan ketika masih duduk dibangku sekolah menengah atas (Peterson, 2000). Transisi di lingkungan perguruan tinggi seperti perubahan tempat tinggal, lingkungan akademik, dan lingkungan pertemanan yang baru (Pittman & Richmond, 2010). Hasil wawancara terhadap mahasiswa angkatan 2015 dan 2016 di Universitas Sanata Dharma mengungkapkan bahwa perbedaan masa sekolah dan di perguruan tinggi menjadi kesulitan tersendiri bagi mereka. Kesulitan pada mahasiswa angkatan 2015 dan 2016 seperti kesulitan mendapatkan teman yang cocok, kesulitan menyesuaikan proses belajar, dan


(20)

kesulitan beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal baru.

Para mahasiswa tahun pertama berusaha melakukan penyesuaian diri pada masa transisi agar diterima di lingkungan institusi (Peterson, 2000). Penyesuaian diri di perguruan tinggi adalah respon individu dalam mengelola dan mengatasi berbagai tuntutan pada masa transisi dari sekolah menengah atas menuju perguruan tinggi yang meliputi dimensi akademik, sosial, personal-emosi, dan kelekatan pada institusi (Baker & Siryk, 1984 & 1986). Penyesuaian diri di perguruan tinggi memiliki empat dimensi yaitu penyesuaian akademik, penyesuaian sosial, penyesuaian personal-emosi dan penyesuaian pada institusi (Baker & Siryk dalam Crede & Niechorster, 2012). Mahasiswa tahun pertama yang mampu menyesuaikan diri dengan baik mendapatkan hasil akademik yang baik dan mampu menyelesaikan studi tepat waktu (Credé & Niehorster, 2012). Tidak semua mahasiswa tahun pertama mampu menyesuaikan diri dengan baik atau di lingkungan perguruan tinggi. Mahasiswa yang tidak mampu menyesuaikan diri tersebut mengalami drop out

karena tidak dapat menyelesaikan masa studinya tepat waktu. Tidak sedikit pula dari para mahasiswa yang tidak mampu menyesuaikan diri memutuskan untuk pindah ke perguruan tinggi lain ditengah masa studinya. Beberapa mahasiswa juga mengalami burnout. Burnout adalah suatu perasaan putus asa dan tidak berdaya akibat dari stres akan tuntutan yang ia alami di peguruan tinggi (Santrock, 2002; Beyer & Goosens, 2003; Peterson, 2000).

Mengingat pentingnya penyesuaian diri yang berkaitan dengan keberhasilan individu untuk dapat lulus dari perguruan tinggi, maka peneliti


(21)

merasa perlu untuk meneliti lebih jauh mengenai faktor-faktor yang memengaruhi dengan penyesuaian diri. Faktor-Faktor yang memengaruhi penyesuaian diri di perguruan tinggi dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah karakteristik demografi (Schneider & Ward, 2003; Hertel, 2002), core self-evaluation (Aspelmeier, Love, McGill, Elliot, & Pierce, 2012; Friendlandr, Reid, & Cribbie, 2007; Irfan, & Suprapti, 2014; Mooney, Sharman, & Presto, 1991; Ramos-Sanchez, & Nichols, 2007),

traits (Aspinwall & Taylor, 1992; Credé & Niehorster, 2012; Rice, Vergara, & Aldea, 2006; Schnuck & Handal, 2011), kecerdasan emosi (Parker, Summerfeklt, Hogan, & Majeski, 2004), persepsi hubungan dengan orangtua (Marmarosh & Markin, 2007), dan persepsi dukungan sosial (Friendlander, Reid, Shupak, Cribbie, 2007).

Faktor eksternal adalah pola asuh (Hickman, Bartholomae, & McKenry, 2000) dan keterpisahan psikologis (Beyers & Goossens, 2003). Schneiders (1960) mengungkapkan bahwa dasar penting dalam terbentuknya penyesuaian diri adalah karakteristik kepribadian. Pernyataan dari Schneiders (1960) mendukung peneliti untuk menguji salah satu faktor dari penyesuaian diri yaitu traits. Traits adalah salah satu dari faktor internal yang termasuk dalam karaktersitik kepribadian. Individu lebih mengendalikan faktor internal dibandingkan faktor eksternal karena faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan atau orang di sekitarnya. Faktor traits terdiri dari keramahan, keterbukaan, ektraversi dan perfeksionisme. Penelitian ini memilih untuk menguji perfeksionisme dan penyesuaian diri di perguruan tinggi.


(22)

Perfeksionisme adalah perilaku menetapkan dan berjuang memenuhi standar yang tinggi terhadap diri sendiri, orang lain, serta memenuhi ekspektasi dari orang lain untuk mencapai kesempurnaan (Frost et al., 1990; Hewitt & Flett, 1991; Hamachek dalam Sirois & Molnar, 2016; Slaney, Rice, Mobley, Trippi, & Ashby, 2001). Perfeksionisme lebih berhubungan dengan keseluruhan dimensi dari penyesuaian diri dibandingkan dengan faktor traits

yang lain. Hasil penelitian lain mendukung pernyataan ini. Penelitian tersebut antara lain yang dilakukan oleh Pritchard, Wilson dan Yamnitz (2007) yang menunjukkan bahwa sifat kepribadian memprediksikan penyesuaian diri di perguruan tinggi.

Perfeksionisme terbagi menjadi perfeksionisme adaptif atau normal dan perfeksionisme yang maladaptif atau neurotik (Hamachek dalam Sirois & Molnar, 2016). Perfeksionisme adaptif berkaitan dengan dampak yang positif pada individu, sedangkan perfeksionisme maladaptif berkaitan dengan dampak negatif pada diri individu. Individu perfeksionis maladaptif cenderung menuntut dan memaksakan diri sendiri meskipun menjadi masalah bagi diri mereka. Individu perfeksionis juga memiliki penilaian diri berdasarkan seberapa baik standar yang ia tetapkan dapat tercapai (Shafran, Egan & Wade, 2010).

Penelitian ini berfokus pada perfeksionisme maladaptif pada mahasiswa tahun pertama karena menjadi salah satu faktor penghambat individu dalam menyesuaikan diri. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Hayward dan Arthur (1998) yang menemukan tendensi perfeksionisme yang mempersulit


(23)

penyesuaian diri pada pembelajaran pertama mahasiswa baru di jenjang perkuliahan.

Penelitian sebelumnya yang mendapatkan hasil beragam juga semakin mendukung dilakukannya penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Mann (2004) mendapatkan hasil bahwa dimensi self oriented perfectionism tidak berhubungan signifikan dengan penyesuaian diri. Sebaliknya, Chang dan Rand (2000 dalam Miquleon, 2016) mendapatkan hasil bahwa self oriented perfectionism dapat terlibat dengan penyesuaian diri dan menjadi perfeksionisme yang adaptif. Penelitian lain oleh Rice, Vergara, dan Aldea (2006) mendapatkan hasil bahwa dimensi penyesuaian diri akademik, sosial dan personal-emosi berhubungan signifikan dengan perfeksionisme. Selanjutnya, penelitian Fillion dan Gaudreau (2010) mendapatkan hasil bahwa perfeksionisme berhubungan dengan penyesuaian diri akademik pada mahasiswa.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan hasil yang beragam, namun beberapa dari penelitian tersebut tidak menguji keseluruhan dimensi perfeksionisme dan penyesuaian diri. Oleh karena itu peneliti ingin kembali menguji perfeksionisme dengan penyesuaian diri khususnya pada mahasiswa tahun pertama dengan melihat perfeksionisme dan penyesuaian diri dari keseluruhan dimensi yang ada. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama. Pemilihan mahasiswa tahun pertama sebagai responden atas dasar pertimbangan bahwa tahun pertama adalah masa yang penting bagi mahasiswa untuk dapat


(24)

menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan perguruan tinggi agar menjadi sukses pada segala bidang dalam kehidupan perkuliahannya.

B. Rumusan Masalah

Pada penjelasan latar belakang, diketahui masalah yang terkait dengan penyesuaian diri. Masalah tersebut menjadi penghambat mahasiswa tahun pertama untuk dapat menyesuaikan diri. Penting bagi mahasiswa tahun pertama untuk menyesuaikan diri agar mampu menyelesaikan masa studi di perguruan tinggi tepat waktu. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mencari solusi dalam mengatasi masalah tersebut dengan mencari faktor-faktor yang memengaruhi penyesuaian diri di perguruan tinggi.

Pada penelitian ini, ditemukan variabel perfeksionisme sebagai salah satu faktor yang memengaruhi penyesuaian diri di perguruan tinggi. Faktor yang memengaruhi penyesuaian diri menunjukkan relasi sebab-akibat. Relasi sebab-akibat tersebut membuat peneliti menyadari keterbatasan metode dan memilih untuk menganalisis hubungan antara perfeksionisme dan penyesuaian diri di perguruan tinggi. Rumusan masalah penelitian adalah “Apakah ada hubungan antara perfeksionisme dan penyesuaian diri pada mahasiswa tahun pertama?”


(25)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji hubungan antara perfeksionisme dan penyesuaian diri pada mahasiswa tahun pertama di perguruan tinggi.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai ilmu pengetahuan dalam psikologi, terutama pada psikologi perkembangan mengenai penyesuaian diri dan psikologi kepribadian mengenai perfeksionisme.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa Tingkat Pertama

Manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pengetahuan untuk dapat melakukan penyesuaian diri.

b. Bagi Instansi Pendidikan

Manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan pengetahuan dengan mempertimbangkan konsep perfeksionisme untuk membantu membimbing para mahasiswa tahun pertama dalam menyesuaikan diri di lingkungan perguruan tinggi.


(26)

8 BAB II LANDASAN TEORI

A. Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi

1. Pengertian Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi

Definisi mengenai penyesuaian diri diungkapkan oleh beberapa tokoh salah satunya Schneider (1960). Schneider (1960) mengungkapkan bahwa penyesuaian diri adalah respon individu atau kepribadian yang digunakan dalam aktivitas dan perilaku yang sesuai dengan tuntutan yang ada. Santrock (2005) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai proses psikologis mengenai adaptasi, koping dan pengelolaan tantangan dalam kehidupan sehari-hari.

Penyesuaian diri adalah respon individu terhadap perubahan-perubahan di lingkungan sekitarnya dan membantu individu tersebut mengatasi tuntuan-tuntutan dalam kehidupan sehari-hari (Eshun, 2006). Desmita (2009) mengungkapkan bahwa penyesuaian diri melibatkan respon mental dan perilaku dari individu yang berjuang untuk mengatasi kebutuhan batin, ketegangan, frustasi dan konflik, serta tingkat keselarasan antara tuntutan yang ada pada diri individu di dunia objektif di mana ia hidup.


(27)

Baker dan Siryk (1984 & 1986) mengungkapkan bahwa penyesuaian diri adalah respon individu dalam mengelola dan mengatasi berbagai tuntutan pada masa transisi dari sekolah menengah atas menuju perguruan tinggi yang meliputi dimensi akademik, sosial, personal-emosi, dan kelekatan pada institusi. Penelitian ini menggunakan pengertian penyesuaian diri di perguruan tinggi menurut Baker dan Siryk (1984 & 1986) karena paling sesuai untuk mengukur penyesuaian diri di perguruan tinggi.

2. Dimensi Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi

Baker dan Siryk (1986) membagi penyesuaian diri di perguruan tinggi menjadi empat dimensi sebagai berikut :

2.1. Penyesuaian Diri Akademik

Dimensi penyesuaian diri akademik adalah kemampuan individu dalam mengelola dan mengatasi berbagai tuntutan akademik di perguruan tinggi. Dimensi penyesuaian diri akademik terdiri dari beberapa indikator. Indikator tersebut adalah mampu mengaplikasikan motivasi akademik, memiliki prestasi akademik yang baik, dan mampu mengatasi tuntutan akademik.

2.2. Penyesuaian Diri Sosial

Dimensi penyesuaian diri sosial adalah kemampuan individu dalam mengelola dan mengatasi tuntutan yaitu berasal dari lingkungan sosial di perguruan tinggi. Dimensi penyesuaian diri


(28)

sosial terdiri dari beberapa indikator. Indikator tersebut adalah keterlibatan dalam kegiatan yang ada di perguruan tinggi, kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain di lingkungan perguruan tinggi, dan kemampuan mengatasi perubahan lingkungan sosial.

2.3. Penyesuaian Personal-Emosi

Dimensi penyesuaian personal-emosi adalah respon fisik dan psikologis individu terhadap tuntutan di lingkungan perguruan tinggi. Individu yang memiliki kondisi fisik yang baik lebih mampu menyesuaikan diri dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki kondisi fisik yang baik (Prawira, 2014). Dimensi penyesuaian personal-emosi terdiri dari beberapa indicator. Indikator tersebut adalah kemampuan mengontrol emosi dengan baik, memiliki persepsi yang positif terhadap tuntutan di perguruan tinggi, dan memiliki kondisi fisik yang baik.

2.4. Kelekatan pada Institusi

Dimensi kelekatan pada institusi terkait dengan perasaan individu mengenai keberadaannya di institusi perguruan tinggi. Perasaan individu mengenai keberadaanya tersebut khususnya pada kualitas hubungan atau ikatan yang terbentuk antara individu dan institusi. Dimensi kelekatan pada individu terdiri dari beberapa indikator. Indikator tersebut adalah kepuasan terhadap fakultas atau


(29)

program studi, kepuasan terhadap universitas, dan kepuasan terhadap status individu sebagai mahasiswa.

3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi Penyesuaian diri di perguruan tinggi memiliki beberapa faktor yang memengaruhi. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

3.1. Karakteristik demografi

Karakteristik demografi adalah ciri yang menggambarkan perbedaan manusia dengan memperhatikan berbagai faktor dan karakteristik, seperti etnis dan status generasi. Karakteristik demografi yang menjadi faktor penyesuaian diri salah satunya adalah etnis. Individu dengan etnis minoritas cenderung kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik (Schneider dan Ward,2003). Karakteristik demografi yang lain adalah status generasi. Status generasi adalah karakteristik demografi yang terkait dengan ada atau tidaknya pengalaman menempuh pendidikan di perguruan tinggi pada generasi sebelumnya dalam keluarga.

Pengalaman menempuh pendidikan pada generasi sebelumnya misalnya generasi pertama cenderung mencari teman dan pengalaman sosial di luar lingkungan perguruan tinggi, sedangkan pada generasi kedua lebih memiliki pengetahuan mengenai kehidupan perkuliahan. Generasi kedua juga lebih menerima banyak


(30)

dukungan sosial di lingkungannya dan fokus pada aktivitas perkuliahan (Hertel, 2002).

3.2. Core self-evaluation

Core self-evaluation atau evaluasi diri inti adalah penilaian mendasar individu mengenai dirinya. Penilaian mendasar individu mengenai dirinya meliputi penilaian tentang diri, kompetensi, dan kemampuan individu (Judge, Bono, & Durham, 1997 dalam Judge, Erez, Bono, & Locke, 2005). Penilaian tentang diri memengaruhi cara individu menangani masalah dan memandang lingkungan pada situasi baru. Tingkat kepercayaan diri dan optimisme juga menunjukkan penilaian mengenai diri individu. Core self-evaluation membantu individu agar lebih mudah untuk membentuk hubungan sosial (Credé & Niehorster, 2012). Core self evaluation

meliputi harga diri, efikasi diri dan locus of control.

Individu yang memiliki harga diri yang baik juga memiliki strategi efektif untuk menghadapi tuntutan akademik dan sosial di lingkungan perguruan tinggi (Friedlander, Reid, dan Cribbie, 2007). Efikasi diri menjadi sumber daya yang kuat pada individu dalam masa transisi ke perguruan tinggi (Lazarus dan Folkman dalam Schwarzer, 2014). Efikasi diri berdampak pada pemilihan tindakan, usaha, dan ketahanan menghadapi berbagai situasi, khususnya pada situasi yang sulit (Feist & Feist, 2010).


(31)

Locus of control adalah kesadaran individu bahwa dirinya memiliki kendali atas perilaku dan responnya terhadap lingkungan.

Locus of control khususnya locus of control internal berkaitan dengan kesuksesan individu untuk menyesuaikan diri pada keempat dimensi penyesuaian diri di perguruan tinggi (Aspelmeier, Love, McGill, Elliot, Pierce, 2012).

3.3. Trait

Trait adalah dimensi kepribadian yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku individu dengan cara tertentu (Carducci, 1998). Trait meliputi ekstraversi, keramahan, keterbukaan, dan perfeksionisme. Individu dengan ekstraversi, keramahan, dan keterbukaan, lebih cepat dan siap dalam menjalin

pertemanan baru serta mengeksplor lingkungan baru. Trait

membantu proses individu dalam menyesuaikan diri di perguruan tinggi (Credé & Niehorster, 2012).

Individu perfeksionis maladaptif memiliki pandangan kaku atau tidak fleksibel terhadap diri sendiri dan orang lain. Pandangan yang kaku terlihat pada cara individu menanggapi masalah. Individu perfeksionis maladaptif memiliki cara dan solusi tidak efektif dalam memahami dan mengatasi situasi (Rice, Vergara, & Aldea, 2006). Standar yang dibuat oleh individu perfeksionis berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan baik dari segi akademik maupun sosial. Individu perfeksionisme maladaptif cenderung sulit


(32)

menyesuaikan diri karena standar tinggi dan kaku yang telah ia tetapkan. Individu perfeksionis maladaptif juga kurang memiliki solusi efektif dalam mengelola dan menghadapi masalah atau tuntutan yang ada.

3.4. Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi adalah tipe kecerdasan yang meliputi kemampuan memproses informasi emosional ke dalam penalaran dan aktivitas kognitif. Kecerdasan emosi juga meliputi kemampuan mengelola diri intrapersonal yang berkaitan dengan perasaan untuk memahami dan memandu perilakunya (VandenBos, 2006).

Kecerdasan emosi pada individu melibatkan keterampilan mengelola perubahan dengan mengidentifikasi dan mengatasi masalah secara realistis dan fleksibel. Individu yang memiliki kecerdasan emosi juga mampu mengelola perubahan dengan cara yang tenang dan proaktif (Parker, Summerfeklt, Hogan, & Majeski, 2004). Mahasiswa dengan kecerdasan emosi yang mampu menangani tuntutan atau masalah memiliki tingkat stres yang lebih rendah dan mampu menyesuaikan diri dengan baik (Adeyemo, 2005).

3.5. Persepsi hubungan dengan orang tua

Persepsi hubungan dengan orang tua adalah penilaian individu mengenai hubungan mereka dengan orang tua. Persepsi hubungan dengan orang tua terdiri dari kelekatan, pola asuh, keterpisahan


(33)

psikologis. Individu dengan tipe kelekatan tidak aman, khususnya kelekatan kecemasan menyebabkan individu tersebut mengalami ketakutan pada penolakan, kurangnya keterampilan sosial, serta mengakibatkan distress (Marmarosh & Markin, 2007). Tipe kelekatan tidak aman akan membuat individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik.

Pola asuh adalah cara orang tua berinteraksi dengan anak mereka. Pola asuh terdiri dari dimensi kehangatan emosi (hangat vs dingin) dan kontrol (kontrol tinggi vs kontrol yang rendah) (VandenBoss, 2006). Salah satu pola asuh yaitu pola asuh authoritatif termasuk dalam dimensi kehangatan emosi. Pola asuh authoritatif juga berkaitan dengan penyesuaian diri akademik. Pola asuh authoritatif memiliki lingkungan yang hangat, emosional, dan komunikasi terbuka sehingga membuat individu meraih prestasi yang lebih besar dan memiliki regulasi diri yang baik (Hickman, Bartholomae, & McKenry, 2000).

Kelekatan dan pemisahan psikologis juga memengaruhi penyesuaian diri pada individu di perguruan tinggi. Individu yang berhasil melakukan pemisahan psikologis mampu menyesuaikan diri di perguruan tinggi. Keberhasilan individu dalam menyesuaikan diri tersebut karena mampu mengembangkan kebebasan dari orang tua sekaligus merasa positif mengenai


(34)

perubahan hubungan dengan orang tuanya (Beyers & Goossens, 2003).

3.6. Persepsi dukungan sosial

Persepsi dukungan sosial adalah informasi yang mengarahkan individu untuk percaya bahwa dirinya diperhatikan, dicintai dan dihargai. Individu yang memiliki persepsi dukungan sosial juga membuat dirinya merasa tertolong oleh anggota dalam kelompoknya (Cobb 1976, dalam Nurullah, 2012). Persepsi individu mengenai dukungan lingkungan sosial mampu mengurangi ketegangan yang dialami dan mempermudah individu dalam menghadapi transisi di lingkungan yang baru (Friendlander, Reid, Shupak, Cribbie, 2007).

Berdasarkan faktor-faktor yang telah dijabarkan di atas, peneliti hendak menguji salah satu faktor dari penyesuaian diri yang termasuk dalam faktor trait yaitu perfeksionisme.

B. Perfeksionisme

1. Pengertian Perfeksionisme

Teori mengenai perfeksionisme dikemukakan oleh berbagai tokoh. Frost, Marten, Lahart, dan Rosenblate (1990) mendefinisikan perfeksionisme sebagai perilaku menetapkan dan berupaya meraih standar tinggi yang tidak realistis, disertai dengan pemikiran yang terlalu fokus pada standar dan evaluasi diri yang kaku. Hewitt dan Flett (1991)


(35)

mengatakan bahwa perfeksionisme adalah keinginan individu untuk mencapai kesempurnaan dengan menetapkan standar yang tinggi bagi diri sendiri, standar bagi orang lain dan memiliki ekspektasi bahwa orang lain menetapkan standar bagi dirinya.

Slaney, Rice, Mobley, Trippi, dan Ashby (2001) mendefinisikan perfeksionisme sebagai perilaku individu yang memiliki standar kinerja yang tinggi menuntut kesempurnaan dalam performansinya. Hamachek (dalam Sirois & Molnar, 2016) mengatakan bahwa perfeksionisme adalah perilaku individu yang berupaya meraih standar namun tidak pernah merasa puas dan cukup baik di mata mereka. Perfeksionisme adalah fenomena interpersonal dan intersubjektif, termasuk pengalaman dan ekspektasi dari orang lain (Greespon, 2000). Upaya individu perfeksionis untuk meraih standar terkadang mengakibatkan masalah, selain itu individu perfeksionis juga memiliki penilaian diri berdasarkan seberapa baik standar yang telah ia tetapkan dapat tercapai (Shafran, Egan, Wade, 2010).

Penelitian ini menggunakan pengertian dari Frost et al. (1990), Hewitt dan Flett (1991), Slaney, Rice, Mobley, Trippi, dan Ashby (2001), serta Hamachek (dalam Sirois & Molnar, 2016) karena keempat pengertian tersebut lebih tepat untuk mengukur perfeksionisme. Peneliti menyimpulkan bahwa perfeksionisme adalah perilaku menetapkan dan berjuang memenuhi standar yang tinggi terhadap diri sendiri, orang lain, serta memenuhi ekspektasi dari orang lain untuk mencapai kesempurnaan.


(36)

2. Tipe Perfeksionisme

Hamachek (dalam Sirois & Molnar, 2016) membedakan perfeksionisme menjadi dua tipe yaitu perfeksionis normal dan perfeksionis neurotik. Perfeksionis normal juga sering disebut sebagai adaptif perfeksionis, sedangkan perfeksionis neurotic sering disebut sebagai maladaptif perfeksionis. Individu dengan perfeksionis normal atau perfeksionis adaptif adalah individu yang merasakan kesenangan atas usaha keras dari pekerjaan mereka (Hamachek dalam Sirois & Molnar, 2016).

Individu perfeksionis adaptif yang mengalami kegagalan menjadikan kegagalan tersebut sebagai motivasi untuk terus berusaha dan memperbaki

self-esteem (Hamachek dalam Rice, Vergara, Aldea, 2006). Individu perfeksionis adaptif juga terhindar dari perilaku menyimpang (Rice, Blair, Castro, Cohen & Hood dalam Rice, Vergara, Aldea, 2006) dan memiliki pandangan yang luas serta fleksibel terhadap kesalahan dalam pekerjaan yang mereka lakukan. Individu perfeksionis adaptif mempertahankan standar yang mereka miliki dan masih merasa puas ketika standar tersebut tidak terpenuhi (Lo & Abbott, 2013).

Individu perfeksionis maladaptif memandang bahwa mereka harus melakukan sesuatu lebih baik dari orang lain, namun tidak merasa puas atas usaha yang mereka lakukan (Hamachek, 1978 dalam Sirois & Molnar,


(37)

2016). Pandangan individu perfeksionis maladaptif terbentuk dari standar tinggi melebihi self-critism pada dirinya sehingga individu tersebut tidak mampu memperhitungkan konsekuensi perilakunya (Hamachek dalam Rice, Vergara, Aldea, 2006).

Individu perfeksionis maladaptif juga memperhatikan kesalahan kecil yang mereka lakukan secara berlebihan. Kesalahan kecil yang dilakukan oleh individu perfeksionis maladaptif membuat mereka memiliki persepsi bahwa standar yang mereka miliki belum terpenuhi dan khawatir akan mengecewakan orang lain. Individu dengan perfeksionis maladaptif juga memandang dirinya tidak pernah melakukan segala sesuatu dengan baik (Frost, Marten, Lahart, Rosenblate, 1990; Lo & Abbott, 2013). Berdasarkan uraian mengenai perfeksionis adaptif dan maladaptif tersebut, individu dengan perfeksionis adaptif memiliki korelasi positif dengan indikator penyesuaian diri yang baik, sedangkan individu dengan perfeksionis maladaptif memiliki korelasi negatif dengan penyesuaian diri. Korelasi negatif dengan penyesuaian diri menunjukkan bahwa individu memiliki penyesuaian diri yang buruk (Stoeber & Otto, 2006).

Penelitian ini berfokus pada perfeksionisme maladaptif atau neurotik. Hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya mendapatkan hasil bahwa perfeksionisme berkaitan dengan kesulitan-kesulitan yang ada pada penyesuaian diri (Hayward & Arthur, 1998; Hewitt & Flett, 1991). Hasil


(38)

penelitian tersebut mendukung bahwa perfeksionisme maladaptif memiliki hubungan dengan penyesuaian diri.

3. Dimensi Perfeksionisme

Frost et al. (1990), Hewitt dan Flett (1990,1991), dan Slaney, Rice, Mobley, Trippi, & Ashby (2001) membagi perfeksionisme menjadi beberapa dimensi. Dimensi-dimensi tersebut telah banyak digunakan untuk mengukur perfeksionisme (Sirois & Molnar, 2016). Berdasarkan ketiga alat ukur dari Frost et al. (1990), Hewitt dan Flett (1990,1991), dan Slaney, Rice, Mobley, Trippi, & Ashby (2001) maka peneliti mencoba mengelompokkan perfeksionisme menjadi empat dimensi yang akan digunakan dalam penelitian ini. Dimensi-dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

3.1. Standar tinggi personal

Dimensi standar tinggi personal adalah individu yang menetapkan standar tinggi bagi diri sendiri disertai usaha yang keras untuk mencapai standar yang telah ditetapkan. Standar tinggi tersebut berupa standar terkait pencapaian akademik maupun sosial. Dimensi ini terdiri dari beberapa indikator. Indikator tersebut adalah menetapkan standar yang tinggi bagi diri sendiri dan berusaha keras untuk mencapai standar atau target yang telah ditetapkan.


(39)

3.2. Standar Interpersonal

Individu perfeksionis tidak hanya menetapkan standar tinggi bagi dirinya sendiri, namun ia juga menetapkan standar yang bagi orang lain. Standar interpersonal adalah individu yang menetapkan standar tinggi dan tidak realistis serta menilai secara kaku performansi dari orang lain. Individu perfeksionis memiliki harapan kesempurnaan dari pekerjaan orang lain. Individu perfeksionis juga mengevaluasi pekerjaan orang lain secara kaku. Dimensi ini terdiri dari dua indikator yaitu menetapkan standar atau target tinggi bagi orang lain dan menilai kinerja atau performansi orang lain dengan kaku.

3.3. Persepsi mengenai standar dan penilaian dari orang lain

Persepsi standar tinggi dari orang lain adalah persepsi bahwa orang lain mengharapkan kesempurnaan dan mengevaluasi kinerja individu secara kritis. Individu perfeksionis memiliki persepsi bahwa orang lain memiliki harapan yang lebih pada dirinya.

Individu perfeksionis yakin bahwa orang lain menetapkan standar yang tinggi pada dirinya dan mengharapkan kinerja sempurna. Individu perfeksionis juga yakin bahwa orang lain akan memberikan penilaian terhadap dirinya. Keyakinan individu tersebut berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan. Individu merasa harus mengerjakan segala sesuatunya dengan sempurna. Dimensi ini terdiri dari dua indikator yaitu memiliki persepsi


(40)

standar tinggi yang telah ditetapkan oleh orang lain dan persepsi penilaian yang kaku dari orang lain.

3.4. Respon terhadap kesalahan

Dimensi respon atas kesalahan adalah individu yang memiliki respon dan persepsi negatif terhadap kesalahan atas kinerjanya. Individu perfeksionis memperhatikan segala sesuatu yang ia kerjakan secara berlebihan. Perhatian yang berlebihan pada segala sesuatu membuat individu memiliki kecenderungan untuk menghindari kesalahan. Individu perfeksionis berusaha untuk mengerjakan segala sesuatunya dengan sempurna agar tidak melakukan kesalahan. Individu perfeksionis merasa bahwa dirinya gagal ketika melakukan suatu kesalahan. Individu perfeksionis bahkan menganggap bahwa dirinya selalu gagal dalam pekerjaan. Dimensi respon atas kesalahan terdiri dari indikator memiliki ketidakpuasan terhadap usaha yang telah dilakukan dan indikator persepsi negatif terhadap kesalahan.

C. Mahasiswa Tahun Pertama

Mahasiswa menurut peraturan RI No. 12 tahun 2012 adalah peserta didik yang terdaftar di perguruan tinggi (http://www.jdih.kemenkeu.go.id diakses pada tanggal 5 Oktober 2016) Definisi mahasiswa menurut Sarwono (1978) adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti perkuliahan di peguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18 sampai dengan 30 tahun.


(41)

Peneliti menyimpulkan bahwa mahasiswa tahun pertama adalah peserta didik yang terdaftar secara resmi di perguruan tinggi pada tahun pertama. Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 25 tahun 2014 menyebutkan bahwa mahasiswa baru memerlukan kesiapan psikologis maupun sosial untuk dapat beradaptasi secara cepat dengan kehidupan kampus pada umumnya dan sistem pembelajaran pada khususnya.

Penelitian ini berfokus pada mahasiswa dengan usia 18 sampai dengan 21 tahun. Usia ini adalah usia mahasiswa tahun pertama pada umumnya. Arnett (2014) mengatakan bahwa individu yang termasuk dalam usia 18 sampai dengan 25 tahun termasuk dalam individu pada tahap emerging adulthood. Tahap perkembangan emerging adulthood adalah tahap individu pada akhir tahap remaja dan dewasa awal. Tahap perkembangan emerging adulthood terdiri dari lima karakteristik. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Identity exploration

Identity exploration adalah karakteristik individu yang mencoba untuk keluar dari pilihan hidup pada umumnya, terutama dalam cinta dan pekerjaan. Pada karakteristik ini, individu mencoba untuk membangun identitas diri mereka dengan cara yang berbeda dari yang biasa orang lain lakukan. Individu emerging adulthood memiliki level of intimacy yang termasuk dalam kategori rendah, namun individu belajar bahwa kualitas kebersamaan dengan orang lain adalah hal yang penting. Individu juga


(42)

mempelajari cara orang lain saat mengevaluasi diri mereka, belajar mengenai kemampuan dan ketertarikan mereka terhadap sesuatu.

Individu emerging adulthood juga memiliki pengalaman kegagalan dan kekecewaan yang menjadi pembelajaran mengenai diri mereka. Pada

Identity exploration, individu menyadari bahwa mereka memiliki kebebasan selama mereka belum mencapai usia 30 tahun. Kebebasan ini ditunjukkan oleh individu yang mengeksplor diri mereka dengan cara berbeda dan memperbanyak pengalaman agar menjadi referensi pada kehidupan dewasa yang akan mereka jalani.

2. Instability

Instabillity adalah karakteristik individu dalam cinta, pekerjaan dan tempat tinggal. Pada tahap emerging adulthood, adanya pilihan pada cinta dan pekerjaan membuat tahap ini tidak stabil. Individu emerging adulhood

memiliki kesadaran bahwa mereka harus memiliki sebuah rencana, namun rencana tersebut dapat berubah sepanjang kehidupan mereka. Perubahan rencana dalam kehidupan mereka adalah salah satu konsekuensi dari masa eksplorasi (Arnet, 2014). Perbaikan rencana kehidupan juga membuat individu belajar mengenai diri mereka dan mengambil langkah maju pada masa depan yang mereka inginkan.

3. Self-focus

Self-focus adalah karakteristik individu yang berfokus pada dirinya sendiri. Pada tahap emerging adulthood, individu beberapa ikatan untuk memenuhi kewajiban dan komitmen pada orang lain. Self-focus terjadi


(43)

pada dalam kehidupan emerging adulthood dalam kegiatan sehari-hari. Individu emerging adulhood membutuhkan nasihat atau saran dari orang lain, namun mereka mengambil keputusan yang berasal dari pikiran mereka sendiri sehingga tidak ada orang lain yang mengerti apa yang mereka inginkan.

Self-focus adalah tahap yang normal, sehat dan bersifat sementara.

Self-focus membantu individu dalam membangun pemahaman akan tujuan diri dan memulai untuk membangun fondasi untuk kehidupan dewasa. Tujuan dari self-focus adalah agar individu belajar menjadi orang yang mandiri, memiliki pemikiran untuk membangun hubungan jangka panjang dalam hal percintaan dan pekerjaan.

4. Feeling in-between

Feeling in-between adalah karakteristik individu yang merasa berada diantara tahap remaja dan dewasa. Alasan bahwa individu emerging adulthood merasa berada diantara tahap remaja dan dewasa tercermin dari kriteria individu dewasa. Kriteria individu dewasa tersebut adalah percaya bahwa mereka mampu menerima tanggung jawab untuk diri sendiri, membuat keputusan secara mandiri, dan mandiri dalam finansial. Sebagian dari individu merasa mereka sudah memenuhi kriteria dewasa ketika berusia 18 sampai dengan 19 tahun, namun sebagian individu lain merasa memenuhi kriteria dewasa ketika mereka berusia 20 tahun atau lebih. Pemenuhan kriteria dewasa dalam usia yang berbeda inilah yang membuat individu merasa berada diantara tahap remaja dan dewasa.


(44)

5. Possibilities/optimism

Possibilities/optimism adalah individu yang memiliki harapan dan kesempatan untuk mengubah hidup mereka. Individu emerging adulthood

memiliki tujuan hidup yang mereka putuskan secara pasti, namun mereka memiliki kesempatan untuk mengubahnya. Setiap individu pasti membawa pengaruh dari keluarga mereka. Pengaruh tersebut menjadi gambaran dari keluarga mereka khususnya orangtua. Kesempatan mengubah tujuan hidup membuat individu tidak hanya menjadi gambaran dari orangtua mereka, namun membantu mereka dalam membuat keputusan mandiri mengenai tujuan hidup. Individu juga memiliki pandangan yang luas untuk membuat keputusan bagi dirinya.

D. Dinamika Hubungan Perfeksionisme dan Penyesuaian Diri pada Perguruan Tinggi

Perfeksionisme adalah perilaku menetapkan dan berjuang memenuhi standar yang tinggi terhadap diri sendiri, orang lain, serta memenuhi ekspektasi dari orang lain untuk mencapai kesempurnaan (Frost et al., 1990; Hewitt & Flett, 1991; Hamachek dalam Sirois & Molnar, 2016; Slaney, Rice, Mobley, Trippi, & Ashby, 2001). Individu dengan standar tinggi personal menetapkan standar berlebihan bagi dirinya. Individu dengan standar tinggi personal juga berupaya keras agar standarnya tercapai. Tidak jarang individu


(45)

dengan standar tinggi personal memberikan punishment bagi dirinya apabila tidak mampu mencapai standar yang ia tetapkan.

Standar tinggi yang ditetapkan oleh individu berkaitan dengan performansi akademik. Individu yang memiliki standar tinggi berusaha secara keras dan memaksa dirinya agar mencapai tujuan. Individu dengan standar personal tinggi juga kurang mampu mengontrol emosi dan mengatasi tekanan. Individu yang kurang mampu mengontrol emosi dan tekanan membuat individu mudah terserang stres. Individu tersebut juga merasa tidak puas terhadap statusnya sebagai mahasiswa apabila tidak mampu memenuhi standar.

Individu perfeksionis juga memiliki standar interpersonal. Standar interpersonal adalah standar tinggi yang dibuat oleh individu terhadap pekerjaan orang lain. Individu dengan standar interpersonal juga memiliki harapan agar orang lain mampu bekerja dengan sempurna. Mee, Hazan, Baba, Talib, dan Zakaria (2015) menyatakan bahwa individu perfeksionis yang menetapkan standar tinggi bagi orang lain cenderung otoriter dan dominan. Standar interpersonal yang dimiliki individu berkaitan dengan penyesuaian sosial di perguruan tinggi. Penyesuaian diri sosial yang terkait dengan standar interpersonal seperti individu yang kurang terlibat dalam kegiatan di perguruan tinggi, kurang mampu menjalani hubungan dengan orang lain dan kurang mampu mengatasi perubahan sosial di lingkungan perguruan tinggi.

Individu perfeksionis memiliki persepsi bahwa orang lain menetapkan standar bagi dirinya (Shafran, Egan, Wade, 2010). Persepsi tersebut seperti


(46)

orang lain menuntut individu untuk bekerja dengan sempurna dan menilai pekerjaan individu. Standar yang ditetapkan oleh orang lain berkaitan dengan penyesuaian diri akademik dan sosial yang buruk pada individu. Individu dengan persepsi standar dan penilaian dari orang lain kurang memiliki motivasi akademik dan performansi yang baik dalam mengerjakan tugas. Individu tersebut juga kurang terlibat dalam lingkungan sosial diperguruan tinggi. Individu dengan standar dan penilaian dari orang lain tidak mampu menjalani hubungan dengan orang lain karena terlalu berfokus pada usaha untuk mencapai standar yang ditetapkan orang lain pada dirinya.

Individu perfeksionis memiliki respon negatif akan kesalahan. Individu tersebut memandang bahwa kesalahan adalah sebuah kegagalan dan merasa inferior atas kesalahan tersebut. Individu perfeksionis juga percaya bahwa dirinya kehilangan rasa hormat dari orang lain. Respon negatif akan kesalahan berkaitan dengan motivasi dan performansi akademik. Individu yang memiliki respon negative akan kesalahan juga kurang mampu mengontrol emosi dan mengatasi tekanan yang berasal dari dirinya dan tekanan sosial. Terkait penyesuaian diri sosial, individu yang memiliki respon negatif akan sulit berhubungan dengan orang lain karena takut tidak diterima oleh orang lain apabila melakukan kesalahan (Peterson, 2000).

Individu perfeksionis selalu merasa tidak puas atas pekerjaannya. Individu tersebut merasa ragu-ragu dan merasa pekerjaan yang ia lakukan belum selesai. Ketidakpuasan pada pekerjaan individu terkait dengan hasil dan jangka waktu bekerja. Ketidakpuasan pada pekerjaan ini juga terkait dengan


(47)

performansi akademik, kontrol emosi dan pengelolaan tekanan atau tuntutan dalam dirinya. Secara ringkas, dinamika hubungan antara perfeksionisme dengan penyesuaian diri pada mahasiswa tahun pertama dapat dilihat dari bagan I.


(48)

Bagan I

Perfeksionisme

Standar Tinggi Personal :

• Menetapkan standar

yang tinggi bagi diri sendiri

• Berusaha keras untuk

mencapai standar

atau target yang telah ditetapkan

Standar interpersonal

:

• Menetapkan standar yang tinggi bagi orang lain

• Menilai kinerja atau performansi orang lain dengan kaku

Persepsi mengenai standar dan penilaian dari orang lain :

• Persepsi standar

tinggi yang

ditetapkan oleh orang lain

• Persepsi penilaian

yang kaku dari orang lain

Respon negatif terhadap kesalahan :

• Ketidakpuasan

terhadap kinerja

atau usaha yang telah dilakukan

• Persepsi negatif

terhadap kesalahan

Penyesuaian diri akademik :

• Tidak memiliki

motivasi akademik

• Tidak memiliki

prestasi akademik

yang baik

• Tidak mampu

mengatasi tuntutan akademik

Penyesuaian diri sosial :

• Tidak terlibat dalam kegiatan yang ada di perguruan tinggi

• Tidak mampu

menjalin hubungan

dengan orang lain di lingkungan

perguruan tinggi

• Tidak mampu

mengatasi perubahan lingkungan sosial

Penyesuaian diri personal-emosi :

• Tidak mampu mengontrol emosi dengan baik

• Tidak memiliki persepsi yang positid terhadap tuntutan di perguruan tinggi

• Tidak memiliki kondisi fisik yang baik

Kelekatan pada institusi :

• Kepuasan terhadap

fakultas atau

program studi • Kepuasan terhadap

Universitas • Kepuasan terhadap

status mahasiswa


(49)

F. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini yaitu adanya hubungan negatif dan signifikan antara perfeksionisme dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.


(50)

32 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang termasuk dalam jenis penelitian korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perfeksionisme dan penyesuaian diri pada mahasiswa tahun pertama di Universitas Sanata Dharma melalui pengumpulan data pada satu waktu. Jenis penelitian ini tidak memenuhi syarat untuk melakukan uji pengaruh perfeksionisme terhadap penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu: 1. Variabel x : Perfeksionisme

2. Variabel y : Penyesuaian diri pada mahasiswa tahun pertama

C. Definisi Operasional


(51)

1. Penyesuaian diri di perguruan tinggi

Penyesuaian diri di perguruan tinggi adalah respon individu dalam mengelola dan mengatasi berbagai tuntutan pada masa transisi dari sekolah menengah atas menuju perguruan tinggi yang meliputi dimensi akademik, sosial, personal-emosi, dan kelekatan pada institusi. Penyesuaian diri pada mahasiswa diukur dengan skala kehidupan perkuliahan perkuliahan yang dibuat oleh peneliti berdasarkan empat dimensi yaitu penyesuaian diri akademik, penyesuaian diri sosial, penyesuaian diri personal-emosi dan kelekatan pada institusi. Skor penyesuaian diri diperoleh dari skor total dimensi penyesuaian diri akademik, penyesuaian diri sosial, penyesuaian diri personal-emosi, dan kelekatan pada institusi.

2. Perfeksionisme

Perfeksionisme adalah perilaku menetapkan dan berjuang memenuhi standar yang tinggi terhadap diri sendiri, orang lain, serta memenuhi ekspektasi dari orang lain untuk mencapai kesempurnaan. Perfeksionisme diukur menggunakan skala perfeksionisme yang dibuat oleh peneliti berdasarkan empat dimensi yaitu standar tinggi personal, standar interpersonal, persepsi mengenai standar dan penilaian dari orang lain dan respon negatif terhadap kesalahan. Skor perfeksionisme dapat diketahui dari skor total dimensi perfeksionisme.


(52)

D. Responden Penelitian

Penelitian menggunakan purposive sampling sebagai metode pengambilan sampel. Purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria khusus yang sesuai dengan keperluan penelitian (Morissan, 2014). Beberapa kriteria bagi responden dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Mahasiswa tahun pertama angkatan 2016.

2. Laki-laki atau perempuan dengan rentang usia 18 sampai dengan 21 tahun. 3. Lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat dan belum pernah

melanjutkan kuliah di perguruan tinggi manapun setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat.

Kriteria responden disusun berdasarkan individu pada tahap emerging adulthood. Tahap emerging adulthood adalah tahap individu yang berada pada akhir masa remaja menuju tahap dewasa awal. Individu pada tahap emerging adulthood mengalami transisi masa perkembangan menuju dewasa awal dan juga transisi dari sekolah menengah atas menuju perkuliahan. Transisi tersebut berkaitan dengan penyesuaian diri individu di lingkungan perguruan tinggi. Berdasarkan penjelasan diatas, maka kriteria responden yang telah dibuat oleh peneliti bertujuan agar responden yang dipilih dapat sesuai dengan tujuan pada penelitian ini.


(53)

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut:

1. Penyusunan blue print

Peneliti mengumpulkan data dengan cara menyebarkan skala kepada responden penelitian. Item-item pada skala penelitian perfeksionisme dibuat oleh peneliti berdasarkan item-item dari yang dibuat oleh Frost et al. (1990), Hewitt dan Flett (1991), Slaney, Rice, Mobley, Trippi, & Ashby (2001), dan Stairs, Smith, Zapolski, Combs, & Settles (2012). Item yang disusun oleh peneliti pada variabel perfeksionisme memiliki total keseluruhan item sebanyak 64 item. Perfeksionisme memiliki empat dimensi dengan masing-masing dimensi memiliki dua buah indikator. Pada masing-masing-masing-masing indikator perdimensi terdapat 8 item yang terdiri dari 4 item favorable dan 4 item

unfavorable.

Peneliti menyusun item-item skala penyesuaian diri berdasarkan teori dari Baker dan Siryk (1986). Skala penyesuaian diri memiliki total keseluruhan item sebanyak 72 item. Variabel penyesuaian diri ini terdiri dari 4 dimensi dengan masing dimensi memiliki 3 indikator. Pada masing-masing indikator terdapat 6 item yang terdiri dari 3 item favorable dan 3 item

unfavorable. Tabel 1 menunjukkan sebaran item skala perfeksionisme sebagai berikut.


(54)

Tabel 1.

Sebaran ItemSkala Perfeksionisme Sebelum Uji Coba.

Dimensi Indikator Bobot Total

Standar tinggi personal SD 12,5% 25%

BK 12,5%

Standar interpersonal SO 12,5% 25%

MO 12,5%

Persepsi mengenai standar dan penilaian dari orang lain

PS 12,5% 25%

PK 12.5%

Respon terhadap kesalahan TK 12,5% 25%

PN 12,5%

Total 100%

Keterangan:

SD : Menetapkan standar atau target yang tinggi bagi diri sendiri

BK : Berusaha keras untuk mencapai standar atau target yang telah ditetapkan

SO : Menetapkan standar yang tinggi bagi orang lain

MO : Menilai kinerja atau performansi orang lain dengan kaku PS : Persepsi standar tinggi yang ditetapkan oleh orang lain PK : Persepsi penilaian yang kaku dari orang lain

TK : Ketidakpuasan terhadap kinerja atau usaha yang telah dilakukan PN : Persepsi negatif terhadap kesalahan


(55)

Tabel 2 menyajikan sebaran item skala penyesuaian diri sebelum dilakukan uji coba, sebagai berikut.

Tabel 2.

Sebaran Item Skala Penyesuaian Diri Sebelum Uji Coba.

Dimensi Indikator Bobot Total

Penyesuaian Diri Akademik

AP 8,33%

25%

PA 8,33%

TA 8,33%

Penyesuaian Diri Sosial

TK 8,33%

25%

MH 8,33%

PS 8,33%

Penyesuaian Diri Personal-Emosi

KE 8,33%

25%

PP 8,33%

KF 8,33%

Kelekatan Pada Institusi

KFP 8,33%

25%

KU 8,33%

KM 8,33%

Total 100%

Keterangan:

AP : Mampu mengaplikasikan motivasi akademik PA : Memiliki pestasi akademik yang baik

TA : Mampu mengatasi tuntutan akademik

TK : Terlibat dalam kegiatan yang ada di perguruan tinggi MH : Mampu menjalin hubungan dengan orang lain PS : Mampu mengatasi perubahan social

KE : Mampu mengontrol emosi

PP : Memiliki persepsi positif terhadap tuntutan di perguruan tinggi KF : Memiliki kondisi fisik yang baik

KFP : Kepuasan terhadap fakultas/prodi KU : Kepuasan terhadap universitas KM : Kepuasan terhadap status mahasiswa 2. Focus Group Disscussion (FGD)

Focus Group Disscussion (FGD) adalah tahap yang dilakukan sebelum penyusunan item. FGD bertujuan untuk mengetahui konteks yang


(56)

menjadi bahan peneliti dalam penyusunan skala penelitian sesuai dengan keadaan calon responden penelitian di lingkungan Universitas Sanata Dharma. FGD dilaksanakan pada bulan November 2016 dengan total 10 responden yang merupakan mahasiswa Universitas Sanata Dharma tahun pertama angkatan 2016. Peserta FGD berasal dari beberapa program studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada pelaksanaan FGD, peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang disusun sesuai dengan dimensi dan indikator variabel perfeksionisme dan penyesuaian diri. Peran peneliti pada kegiatan ini adalah mengajukan pertanyaan kepada peserta dan mencatat jawaban dari pertanyaan yang diajukan.

2.1 Perfeksionisme

Pertanyaan variabel perfeksionisme yang dibuat oleh peneliti disesuaikan dengan dimensi dan indikator perfeksionisme. Hasil FGD variable perfeksionisme adalah perfeksionisme pada mahasiswa tahun pertama ditandai dengan membuat standar nilai akademik yang harus dicapai. Beberapa responden mengatakan bahwa standar yang mereka buat mendorong dirinya menjadi lebih bersemangat. Perfeksionisme juga ditandai dengan usaha keras dalam mencapai standar. Responden mengatakan bahwa apabila mereka tidak mampu meraih standar terhadap diri sendiri, maka responden akan merasa kecewa dan tidak bersemangat kembali dalam meraih standarnya tersebut. Standar yang tidak tercapai juga membuat responden merasa gagal. Responden mengatakan bahwa


(57)

mereka membuat standar yang harus dicapai oleh orang lain ketika bekerja sama dalam kelompok, baik ketika mereka menjadi anggota kelompok ataupun menjadi ketua dalam kelompok tersebut.

Responden mengatakan bahwa individu perfeksionisme memiliki persepsi bahwa orang lain menuntut responden untuk dapat mengerjakan tugas atau pekerjaan. Tuntutan tersebut seperti mengerjakan tugas dalam waktu yang singkat dan melakukan pekerjaan yang orang lain perintahkan dengan sempurna. Responden juga memiliki persepsi bahwa orang lain menuntut responden untuk mendapatkan hasil yang baik dari usahanya terutama dibidang akademik. Orang lain juga sering membanding-bandingkan responden dengan teman-temannya. Orang lain yang menilai pekerjaan responden dengan kaku dan tidak menyesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki responden.

2.2 Penyesuaian diri di perguruan tinggi

Pertanyaan variabel penyesuaian diri yang diajukan oleh peneliti disesuaikan dengan dimensi dan indikator penyesuaian diri. Hasil FGD penyesuaian diri pada mahasiswa tahun pertama adalah penyesuaian diri ditandai dari segi akademik yaitu mampu memahami materi perkuliahan dan rajin mempelajari materi perkuliahan, tidak hanya ketika ada kuis ataupun ujian. Individu dengan penyesuaian diri akademik yang baik juga mencari bantuan apabila mengalami kesulitan dalam memahami materi kuliah tersebut.


(58)

Penyesuaian diri dari segi sosial dapat ditandai dengan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain di lingkungan perguruan tinggi. Penyesuaian sosial juga ditandai dengan individu yang mampu menyesuaikan dan menerima orang lain yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Responden mengatakan bahwa tuntutan yang ada di perguruan tinggi menjadi bahan pembelajaran bagi responden dan menjadi hal baru yang menantang, namun tuntutan tersebut terkadang mempengaruhi keadaan fisik responden.

Penyesuaian diri personal emosi pada mahasiswa tahun pertama ditandai dengan responden yang mampu mengontrol emosi ketika merasa jenuh dalam menjalani kehidupan perkuliahan. Penyesuaian personal emosi juga ditandai dengan responden yang tidak mudah panik dan cemas saat mengerjakan tugas pada batas akhir pengumpulan tugas. Penyesuaian diri juga dapat dilihat dari kelekatan mahasiswa tahun pertama dengan institusi yaitu perguruan tinggi.

Pada dimensi kelekatan pada institusi ditunjukkan dengan responden yang merasa puas dengan pelayanan, fasilitas dan kegiatan yang disediakan prodi atau fakultas serta universitas. Kelekatan pada insititusi juga ditandai dengan kepuasan responden sebagai mahasiswa di perguruan tinggi dan tidak berpikir untuk berhenti ataupun pindah ke universitas lain.


(59)

3. Penulisan item

Item perfeksionisme memiliki total keseluruhan item sebanyak 32 item. Perfeksionisme memiliki 4 dimensi dengan masing-masing dimensi memiliki 2 buah indikator. Pada variabel penyesuaian diri memiliki total keseluruhan item sebanyak 36 item. Variabel penyesuaian diri ini terdiri dari 4 dimensi dengan masing-masing dimensi memiliki 3 indikator.

Item-item yang telah disusun oleh peneliti tersebut dibuat sebanyak 2 kali jumlah item untuk mengantisipasi terjadinya item mortality atau item yang gugur setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Skala penelitian ini menggunakan skala Likert dengan memberikan 4 pilihan jawaban. Pilihan jawaban tersebut adalah Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), atau Sangat Setuju (SS).

Kategori penilaian untuk masing-masing item favorable adalah skor 1 untuk Sangat Tidak Setuju (STS), skor 2 untuk Tidak Setuju (TS), skor 3 untuk Setuju (S), dan skor 4 untuk Sangat Setuju (SS). Kategori penilaian untuk masing-masing item unfavorable yaitu skor 4 untuk Sangat Tidak Setuju (STS), skor 3 untuk Tidak Setuju (TS), skor 2 untuk Setuju (S), dan skor 1 untuk Sangat Setuju (SS). Penggunaan 4 pilihan jawaban yang digunakan oleh peneliti dalam skala bertujuan untuk menghindari jawaban netral yang kemungkinan diberikan oleh responden. Tabel 3 menyajikan skor dalam kategori pemilihan jawaban sebagai berikut.


(60)

Tabel 3.

Skor Kategori Pemilihan Jawaban.

Jawaban Pernyataan

Favorable Unfavorable Sangat Tidak Setuju (STS)

Tidak Setuju (TS) Setuju (S)

Sangat Setuju (SS)

1 2 3 4

4 3 2 1 4. Review dan revisi item

Pada tahap review dan revisi item, peneliti mencoba menyusun item sebagai alat ukur berupa skala dengan dibantu oleh dosen pembimbing skripsi. Peneliti melakukan review dan revisi item agar item yang dibuat sesuai dengan dimensi dan indikator variabel perfeksionisme dan penyesuaian diri, sehingga layak menjadi alat ukur.

5. Pengujian validitas isi

Validitas isi adalah pemeriksaan item yang dibuat oleh peneliti oleh

professional judgement dan peer judgement. Proses ini dilakukan dengan memberikan blueprint item kepada professional judgement yaitu dosen pembimbing skripsi dan peer judgement yaitu teman sejawat peneliti yang juga sedang menyelesaikan tugas akhir. Professional judgement dan peer judgement memberikan nilai pada item untuk melihat kesesuaian dan kelayakan item tersebut. Setelah item dinilai, maka dilakukan perhitungan


(61)

validitas isi item. Hasil perhitungan validitas variable perfeksionisme dan penyesuaian diri adalah sebagai berikut:

5.1 Perfeksionisme

Skala perfeksionisme terdapat 64 item yang terdiri dari 32 item

favorable dan 32 item unfavorable. Uji validitas pada variabel perfeksionisme menunjukkan hasil indeks validitas isi item sebesar 0,92. Selain itu, dari 64 total jumlah item, 8 item memiliki nilai lebih kecil dari 0,78 yang menunjukan bahwa item tersebut tidak relevan. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti memutuskan untuk mengganti dan memperbaiki beberapa item tersebut agar menjadi relevan dalam uji validitas. Item-tem yang diganti dan diperbaiki mendapatkan nilai lebih besar dari 0,78 yang menunjukkan bahwa item tersebut sudah relevan. Hasil indeks validitas isi skala yang telah diperbaiki menunjukkan bahwa skala tersebut lolos uji validitas dengan nilai sebesar 0,98. Tabel 4 menyajikan distribusi item pada skala perfeksionisme sebagai berikut.


(62)

Tabel 4.

Sebaran Item Skala Perfeksionisme.

Dimensi Favorable Unfavorable Total Standar tinggi

personal 8 12,5% 8 12,5% 16 25%

Standar

interpersonal 8 12,5% 8 12,5% 16 25%

Persepsi

mengenai standar dan penilaian dari orang lain

8 12,5% 8 12,5% 16 25%

Respon negatif terhadap

kesalahan

8 12,5% 8 12,5% 16 25%

Total 100%

5.2 Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi

Skala penyesuaian diri di perguruan tinggi terdapat 72 item yang terdiri dari 36 item favorable dan 36 item unfavorable. Uji validitas pada variabel perfeksionisme menunjukkan hasil indeks validitas isi item sebesar 0,92. Terdapat 3 item yang memiliki nilai lebih kecil dari 0,78. Nilai yang diperoleh menunjukan bahwa item tersebut tidak relevan. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti memutuskan untuk mengganti dan memperbaiki beberapa item tersebut agar lolos dalam uji validitas. Item-item yang diganti dan diperbaiki menunjukkan bahwa Item-item tersebut relevan dengan nilai lebih besar dari 0,78. Hasil indeks validitas isi skala yang diperbaiki menunjukkan bahwa skala tersebut lolos uji validitas dengan nilai sebesar 0.97 yang. Tabel 5 menyajikan distribusi item pada skala penyesuaian diri di perguruan tinggi sebagai berikut.


(63)

Tabel 5.

Sebaran Item Skala Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi

Dimensi Favorable Unfavorable Total Penyesuaian diri

akademik

9 12.5% 9 12.5% 18 25% Penyesuaian diri sosial 9 12.5% 9 12.5% 18 25% Penyesuaian diri

personal-emosional

9 12.5% 9 12.5% 18 25%

Kelekatan pada

institusi

9 12.5% 9 12.5% 18 25%

Total Item 72 100%

6. Uji coba alat ukur

Uji coba alat ukur dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2016 sampai dengan tanggal 17 Maret 2017. Tujuan dilakukan uji coba alat ukur adalah untuk menguji kelayakan skala yang dibuat oleh peneliti sebelum dilakukan pengambilan data yang sesungguhnya. Skala uji coba terdiri dari 64 item perfeksionisme dan 72 item penyesuaian diri dengan total keseluruhan item sebanyak 132 item. Uji coba alat ukur penelitian ini melibatkan 83 mahasiswa tahun pertama Universitas Sanata Dharma yang terdiri dari beberapa fakultas dan program studi. Tabel 6 menyajikan sebaran item skala perfeksionisme sebelum uji coba sebagai berikut.


(64)

Tabel 6.

Sebaran Item Skala Perfeksionisme Sebelum Uji Coba

Dimensi Indikator Sebaran Item Total

Favorable Unfavorable Standar tinggi

personal

SD 1, 9, 17, 25, 33, 41, 49,57

49, 57 8

BK 2, 10, 18, 26, 34, 42, 50, 58

2, 10, 26 8 Standar

interpersonal

SO 3, 11, 19, 27, 35, 43, 51, 59

51, 59 8

MO 4, 12, 20, 28, 36, 44, 52, 60

4, 20 8

Persepsi mengenai standar dan penilaian dari orang lain

PS 5, 13, 21, 30, 37, 45, 53, 61

45, 53 8

PK 6, 14, 22, 29, 38, 46, 54, 62

6, 22 8

Respon terhadap kesalahan

TK 7, 15, 23, 31, 39, 47, 55, 63

47, 55 8 PN 8, 16, 24, 32,

40, 48, 56, 64

8, 16, 24 8


(65)

Tabel 7 menyajikan sebaran item skala penyesuaian diri sebelum uji coba sebagai berikut.

Tabel 7.

Sebaran Item Skala Penyesuaian Diri Sebelum Uji Coba.

Dimensi Indikator Item Total

Fav Unfav

Penyesuaian Diri Akademik

AP 1, 16, 39 21, 29, 66 6

PA 2, 26, 71 37, 55, 59 6

TA 20, 38, 67 3, 13, 69 6

Penyesuaian Diri Sosial

TK 28, 54, 60 4, 18, 44 6

MH 5, 14, 46 23, 33, 65 6

PS 22, 30, 47 6, 42, 72 6

Penyesuaian Diri

Personal-Emosional

KE 31, 51, 57 7, 27, 41 6

PP 8, 15, 63 24, 34, 49 6

KF 9, 19, 43 52, 58, 70 6

Kelekatan Pada Institusi

KFP 25, 40, 53 10, 17, 64 6

KU 11, 32, 64 45, 48, 56 6

KM 36, 50, 68 12, 35, 62 6

Total Item 72

F. Pemeriksaan Reliabilias Alat Ukur Penelitian

Pemeriksaan reliabilitas butir item ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 for Windows. Pada analisis butir item yang layak dijadikan alat ukur adalah item dengan nilai korelasi item lebih dari 0,3 jika hasil nilai korelasi item kurang dari 0,3 maka item tersebut dihilangkan atau digugurkan dari alat ukur tersebut.

1. Perfeksionisme

Pada skala perfeksionisme terdapat item-item dengan nilai korelasi item yang kurang dari 0,3. Nilai yang diperoleh menunjukkan bahwa item tersebut


(66)

tidak lolos uji coba alat ukur. Item perindikator perfeksionisme dengan nilai kurang dari 0,3 terdiri dari 4 sampai 6 item, untuk itu peneliti mencoba memilah kembali dan menyeimbangkan item perindikator skala perfeksionisme. Setelah dilakukan penyeimbangan item perindikator, total item yang digunakan sebagai alat ukur berjumlah 32 item dengan nilai reliabilitas (α) sebesar 0,921. Tabel 8 menyajikan reliabilitas skala perfeksionisme sebagai berikut.

Tabel 8.

Reliabilitas Skala Perfeksionisme

Variabel Reliabilitas Signifikansi Kesimpulan


(67)

Tabel 9 menyajikan sebaran item pada skala perfeksionisme setelah dilakukan uji coba sebagai berikut.

Tabel 9.

Sebaran Item Skala Perfeksionisme Setelah Uji Coba.

Dimensi Indikator Sebaran Item Total

Favorable Unfavorable Standar tinggi

personal

SD 9, 25 49, 57 4

BK 58 2, 10, 26 4

Standar interpersonal

SO 11, 27 51, 59 4

MO 52, 60 4, 20 4

Persepsi mengenai standar dan penilaian dari orang lain

PS 5, 21 45, 53 4

PK 29, 46 6, 22 4

Respon terhadap kesalahan

TK 7, 23 47, 55 4

PN 48 8, 16, 24 4

Total 32

2. Penyesuaian Diri

Pada skala penyesuaian diri terdapat item-item dengan nilai korelasi item lebih besar dari 0,3 (r < 0,3). Pada masing-masing indikator jumlah item yang memiliki nilai korelasi item kurang dari 0,3 (r≤ 0,3) berjumlah 3 sampai dengan 5 item, untuk itu peneliti mencoba memilah kembali dan menyeimbangkan item perindikator sehingga diperoleh 3 buah item masing-masing perindikator untuk dijadikan item pada alat ukur penelitian. Item yang lolos menjadi alat ukur penelitian berjumlah 36 item dengan nilai reliabilitas


(68)

(α) sebesar 0,876. Tabel 10 menyajikan reliabilitas skala penyesuaian diri sebagai berikut.

Tabel 10.

Reliabilitas Skala Penyesuaian Diri

Variabel Reliabilitas Signifikansi Kesimpulan

Penyesuaian diri 0,876 0,7 Reliabel

Tabel 11 menunjukkan sebaran item skala penyesuaian diri sebagai berikut. Tabel 11.

Sebaran Item Skala Penyesuaian Diri Setelah Uji Coba.

Dimensi Indikator Item Total

Fav Unfav

Penyesuaian Diri Akademik

AP 1, 6 13 3

PA 36 18, 29 3

TA 9, 19 4 3

Penyesuaian Diri Sosial

TK 12, 25 21 3

MH 5 16, 34 3

PS 14, 22 2 3

Penyesuaian Diri

Personal-Emosional

KE 27 11, 20 3

PP 3, 32 10 3

KF 8 28, 35 3

Kelekatan Pada Institusi

KFP 24 7, 30 3

KU 15, 33 26 3

KM 23 17, 31 3

Total Item 36

G. Metode Analisis Data 1. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis parametrik yaitu korelasi product-momen Pearson. Analisis menggunakan korelasi


(69)

normal yang dan linear. Data yang tidak lolos uji normalitas dan uji linearitas diuji dengan menggunakan analisis nonparametrik yaitu korelasi Spearman. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.00 for Windows. 2. Uji Asumsi

2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya nilai distribusi atau sebaran data pada variabel perfeksionisme dan penyesuaian diri. Analisis data dilakukan dengan menggunakan one-sample Kolmogorov-Smirnov Test pada program SPSS 16.00 for Windows.

2.2 Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui linear (garis lurus) atau tidaknya hubungan antara variabel perfeksionisme dan penyesuaian diri. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.00 for Windows.


(70)

52 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN 1. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2016 sampai dengan tanggal 4 April 2016. Pengambilan data dilakukan sebelum atau sesudah jam kelas berlangsung di ruang kelas Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama angkatan 2016 di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan dengan membagikan skala kepada responden. Setelah membagikan skala, responden langsung mengisi dan mengumpulkan skala tersebut kepada peneliti.

2. Deskripsi Responden Penelitian

Total responden dalam penelitian ini berjumlah 126 responden. Tabel 12 menyajikan deskripsi responden penelitian sebagai berikut. Tabel 12.

Tabel Deskripsi Responden Penelitian.

Keterangan Jumlah Total Jenis Kelamin Laki-laki 43

126

Perempuan 83

Usia Subjek 18-19 th 110

126

20-21 th 16

Asal Daerah Pulau Jawa 84

126 Luar Pulau Jawa 42

Tinggal di Yogyakarta Sejak

Tahun 2016 91

126 Sebelum Tahun 2016 35

Tempat Tinggal Di Yogyakarta

Kos/Asrama/dll 98

126 Dengan Orang tua 28


(71)

a) Data Penelitian

1) Mean Teoritik dan Mean Empirik

Hasil analisis deskriptif data penelitian menunjukkan gambaran mengenai skor variabel perfeksionisme dan skor variabel penyesuaian diri. Uji one sample t-test pada variabel perfeksionisme menunjukkan bahwa mean empirik variabel perfeksionisme memiliki perbedaan signifikan dengan mean teoritiknya (t hitung=-5,338; p=0,00). Perfeksionisme memiliki skor mean teoritik sebesar 80, dengan standar deviasi sebesar 16, skor minimum sebesar 32, dan skor maksimal sebesar 128. Jika mean empirik yang diperoleh lebih kecil dari mean teoritik (mean empirik ≤ mean teoritik), maka variabel tersebut memiliki skor yang rendah. Skor mean teoritik perfeksionisme menunjukkan bahwa mean teoritik lebih besar daripada mean empirik (mean teoritik ≥ mean empirik). Hasil tersebut menunjukkan bahwa perfeksionisme memiliki skor yang rendah.

Uji one sample t-test variabel penyesuaian diri menunjukkan hasil bahwa mean empirik penyesuaian diri memiliki perbedaan signifikan dengan mean teoritiknya (t hitung= 15,694; p=0,00). Penyesuaian diri memiliki skor mean empirik sebesar 104,52 dengan standar deviasi sebesar 10,38 skor minimum sebesar 73, dan skor maksimal sebesar 141. Jika mean empirik lebih kecil daripada mean teoritik (mean empirik ≤ mean teoritik), maka


(1)

(2)

Lampiran 11. Hasil Uji Reliabilitas Skala Kehidupan Perkuliahan

Penyesuaian Diri

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.860 36

Perfeksionisme

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(3)

Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Perfeksionisme .071 126 .195 .992 126 .642

Penyesuaian_Diri .076 126 .071 .984 126 .151

a. Lilliefors Significance Correction

Lampiran 13. Hasil Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Penyesuaian_Diri * Perfeksionisme Between Groups (Combined) 6105.249 30 203.508 2.618 .000

Linearity 753.418 1 753.418 9.693 .002

Deviation from Linearity 5351.830 29 184.546 2.374 .001

Within Groups 7384.180 95 77.728

Total 13489.429 125

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

Penyesuaian_Diri *


(4)

Lampiran 14. Hasil Uji Hipotesis

Correlations

Perfeksionisme Penyesuaian_Diri

Perfeksionisme Pearson Correlation 1 -.236**

Sig. (1-tailed) .004

N 126 126

Penyesuaian_Diri Pearson Correlation -.236** 1

Sig. (1-tailed) .004

N 126 126

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Lampiran 15. Hasil Uji

One Sample T-Test

Variabel Perfeksionisme

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Perfeksionis 126 76.56 7.243 .645

One-Sample Test

Test Value = 80

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper


(5)

Lampiran 16. Hasil Uji

One Sampe T-Test

Variabel Penyesuaian Diri

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

CA 126 104.52 10.388 .925

One-Sample Test

Test Value = 90

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper


(6)