Objek yang dipersepsi Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf Kerangka Berpikir

12

2.1.1.2 Faktor-faktor yang berpengaruh dalam persepsi

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam persepsi menurut Suharman, 2005 ada tiga yaitu:

a. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun dari sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebgai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

c. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupkan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekelompok objek. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13

2.1.1.3 Prinsip Dasar Persepsi

Persepsi adalah awal dari segala macam kegiatan belajar yang bisa terjadi pada setiap kesempatan, disengaja atau tidak Prawiradilaga Siregar, 2008. Karena semua diawali dari persepsi, maka persepsi dapat mempengaruhi cara berpikir, bekerja, dan bersikap pada seseorang. Cara berpikir, minat dan potensi seseorang dapat berkembang dengan baik apabila ia memiliki persepsi yang memadai. Menurut Prawiradilaga Siregar 2008 ada beberapa prinsip dasar persepsi yaitu: 1 Persepsi Bersifat Relatif Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda tergantung dari pandangan yang melakukan persepsi. 2 Persepsi bersifat sangat selektif Persepsi tergantung pada pilihan, minat, manfaat, dan kesesuaian bagi seseorang yang melakukan persepsi. 3 Persepsi dapat diatur Persepsi perlu diatur serta ditata agar orang lain mudah mencerna informasi yang dimaksud. 4 Persepsi bersifat subjektif Persepsi seseorang oleh keinginan dan harapan dari yang melakukan persepsi. 5 Persepsi seseorang atau kelompok bervariasi, walau mereka berbeda dalam keadaan yang sama. 14 Perbedaan karakteristik individu akan mempengaruhi setiap individu dalam mencerna informasi sehingga memiliki persepsi yang berbeda- beda.

2.1.1.4 Proses Persepsi

Menurut Walgito 2010:102 proses terjadinya perepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung menegnai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terahkir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terahkir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persespsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terahkir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang misalnya sesuatu yang dilihat, atau sesuatu yang didengar, diraba merupakan stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terahkir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh indivindu dalam berbagai macam bentuk. Dalam model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR diharapkan siswa memiliki persepsi yang positif untuk menanamkan dan mewujudkan nilai-nilai Cinta Lingkungan. Gambar 2.1 Proses persepsi menurut De Vito 1997

2.1.1.5 Indikator Persepsi

Menurut Robbin 2003: 124-130, indikator-indikator persepsi ada dua macam, yaitu: a. Penerimaan Proses penerimaan adalah indikator terjadinya persepsi dalam tahap fisiologis, dimana berfungsinya indera untuk menangkap rangsang dari luar. Selain penerimaan juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf. Terjadinya stimulasi alat indera Stimulasi alat indera diatur Stimulasi alat indera dievaluasi dan direfleksi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 b. Evaluasi Rangsang-rangsang dari luar yang telah ditangkap indera, kemudian dievalusi oleh individu. Evaluasi ini sangat subjektif. Individu yang satu menilai suatu rangsang sebagai sesuatu yang membosankan dan sulit. Sedangkan individu yang lain menilai rangsang yang sama tersebut sebagai sesuatu yang bagus dan menyenangkan. Menurut Hamka 2002:101-106, indikator persepsi ada dua yaitu: a. Menyerap Stimulus yang berada di luar individu diserap melalui indera, masuk ke dalam otak, mendapat temapt. Di situ terjadi proses analisis, diklasifikasi, dan diorganisasir dengan pengalaman- pengalaman individu yang telah dimiliki sebelumnya. b. Mengerti Indikator adanya persepsi sebagai hasil dari proses klasifikasi dan organisasi. Tahapan ini terjadi dalam proses psikis. Hasil analisis beruapa penegrtian atau pemahaman. Pengertian atau pemahaman tersebut juga bersifat subjektif, berbeda-beda bagi setiap individu. Berdasarkan indikator yang telah dipaparkan menurut beberapa ahli diatas, peneliti menggunakan indikator persepsi menurut Hamka 2002:101-106 ada dua yaitu menyerap dan mengerti. Indikator persepsi ini akan digunakan untuk menyusun kuesioner penelitian. 17

2.1.2 Sikap

2.1.2.1 Pengertian Sikap dan perilaku

Sikap selalu tampak dalam kehidupan dan tanpa disadari sikap tersebut mencerminkan penilaian terhadap suatu objek. Ada beberapa pendapat ahli yang mendefinisikan sikap. Soetarno 1989:41 mendefiniskan sikap sebagai pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu, artinya tidak ada sikap tanpa objek. Likert 1932; seorang pionir di bidang pengukuran sikap dan Osgood melalui Azwar, 2007 :4-5 berpendapat bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Thurstone melalui Azwar 2007:5 memformulasikan sikap sebagai „derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis‟. Dari pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa Thurstone memandang sikap sebagai suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif yaitu afeksi senang sedangkan afeksi negatif yaitu afeksi yang tidak menyenangkan. Dengan demikian, objek dapat menimbulkan berbagai-bagai macam sikap dan dapat menimbulkan berbagai-bagai macam tingkatan afeksi pada seseorang. Thurstone melihat sikap hanya sebagai tingkatan afeksi saja, belum mengaitkan sikap dengan perilaku. Dengan kata lain, dapat dikemukakan bahwa Thurstone secara eksplisit melihat sikap hanya mengandung komponen afeksi saja. 18 Myers berpendapat bahwa sikap itu merupakan A predisposition towards some object, includes one’s beliefs, feelings, and behavior tendencies concerning the object. Dari pendapat Myers di atas, pengertian sikap telah mengandung komponen kognitif beliefs, komponen afektif feelings, dan komponen konatif behavior tendencies. Berkaitan dengan pendapat Myers, dapat dilihat di bahwa sikap itu mengandung tiga indikator. Ketiga komponen sikap adalah sebagai berikut: 1 Komponen kognitif komponen perseptual, yaitu komponen yang berjaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap. 2 Komponen afektif komponen emosional, yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif atau negatif. 3 Komponen konatif komponen perilaku atau action component, yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 Pendapat yang dikemukakan para ahli tersebut sangat beraneka ragam. Dari berbagai pendapat dari para ahli, dapat dilihat bahwa pendapat Myers mengenai sikap sangat lengkap karena pengertian sikap menurut Myers mengandung tiga komponen yang tidak bisa dipisahkan. Jadi, jelas dapat disimpulkan bahwa ada tiga komponen yang membentuk sikap seseorang. Komponen tersebut adalah komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif Walgito, 1978:109. Sikap selalu dikaitkan dengan perilaku. Perilaku meruapakan reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Salah satu karakteristik reaksi perilaku manusia yang menarik adalah sifat diferensialnya. Maksudnya, satu stimulus dapat menimbulkan lebih dari satu respon yang berbeda dan beberapa stimulus yang berbeda dapat saja menimbulkan satu respon yang sama Azwar, 2007:9-10. Pada umumnya, sikap seseorang tercermin dalam suatu tindakan atau perilaku dan perilaku seseorang tertuju pada objek sikap. Perilaku tersebut muncul sebagai reaksi atas pengetahuan dan perasaan seseorang terhadap suatu objek. Tidak ada perilaku tanpa sikap, maka sikap berkaitan dengan perilaku seseorang. Gerungan 1988:149 mengungkapkan bahwa sikap senantiasa terarahkan pada suatu objek. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan kesiapan merespon yang bersifat positif atau negatif terhadap obyek atau situasi secara konsisten. 20

2.1.2.2 Ciri-ciri Sikap

Sikap mempunyai ciri-ciri. Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut: 1 Sikap tidak dibawa seseorang sejak ia lahir, melainkan dibentuk sepanjang perkembangannya. Karena sikap tidak dibawa sejak individu dilahirkan, ini berarti bahwa sikap itu terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan. 2 Sikap dapat berubah-ubah, dapat berlangsung lama atau sebentar. Kalau suatu sikap telah terbentuk dan telah merupakan nilai dalam kehidupan seseorang, secara relatif sikap itu akan lama bertahan pada diri orang yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah dan kalau pun dapat berubah akan memakan waktu yang relatif lama. Sebaliknya, bila sikap itu belum begitu mendalam ada dalam diri seseorang, maka sikap tersebut secara relatif tidak bertahan lama dan sikap tersebut akan mudah berubah. 3 Sikap tidak berdiri sendiri melainkan selalu berkaitan dengan suatu objek. Dengan kata lain, sikap dapat terbentuk dan dipelajari dalam hubungannya dengan objek-objek tertentu yaitu melalui proses persepsi terhadap objek tersebut. 4 Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju pada sekumpulan objek-objek. Misalnya, sikap terhadap mata pelajaran tertentu merupakan contoh dari sikap yang tertuju pada satu objek. Sikap yang tertuju pada sekumpulan objek dapat dilihat pada sikap terhadap sebuah organisasi. Seseorang yang memiliki 21 sikap negatif terhadap sebuah organisasi akan tertuju pula pada objek-objek yang berkaitan dengan organisasi tersebut. 5 Sikap itu mendukung faktor perasaan dan motivasi. Ini bearti bahwa sikap terhadap sesuatu objek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif yang menyenangkan, tetapi juga dapat bersifat negative yang tidak menyenagkan terhadap objek tersebut. di samping itu, sikap juga mengandung motivasi, ini bearti bahwa sikap itu mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek yang dihadapinya Walgito. 1978:113-115; Soetarno, 1989: 42; Gerungan, 1988:151-152 Dari ciri-ciri sikap menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa ada lima ciri sikap manusia yang dimiliki yaitu sikap tidak dibawa seseorang sejak ia lahir, sikap dapat berubah-ubah, sikap tidak berdiri sendiri melainkan selalu berkaitan dengan suatu objek, sikap dapat tertuju pada satu objek saja, dan sikap itu mendukung faktor perasaan dan motivasi.

2.1.2.3 Faktor yang mempengaruhi Sikap

Sikap merupakan hal yang sangat penting dalam psikologi khususnya psikologi sosial. Psikologi sosial menempatkan sikap sebagai hal yang sentral. Pendapat tersebut kiranya beralasan jika dilihat pentingnya sikap dalam tingkah laku dan perbuatan manusia sehari –hari. Sikap seseorang akan mempengaruhi tingkah laku orang tersebut dalam 22 menanggapi sesuatu. Sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menentukan perubahan sikap. Azwar 2005:30 mengemukakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap adalah: 1 Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Hal tersebut melibatkan keadaan emosional agar penghayatan akan pengalaman lebih mendalam dan lebih membekas. 2 Kebudayaan Kebudayaan mempunyai pengaruh yang benar terhadap pembentukan sikap seseorang. Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. 3 Orang lain yang dianggap penting Orang lain yang ada di samping kita adalah salah satu komponen sosial yang mempengaruhi sikap kita. Seseorang akan meniru dan bersikap sama seperti orang lain. Jika orang tersebut dianggap memang pantas untuk dijadikan panutan. 4 Pengaruh faktor emosi Suatu pembentukan sikap seseorang tidaklah ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang namun suatu sikap merupakan pernyataan yang didasari suatu emosi yang berfungsi sebagai penyalur frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Suatu sikap yang didasari emosional adalah prasangka yaitu sikap yang tidak toleran terhadap sekelompok orang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 5 Media Masa Pengaruh media masa tidaklah terlalu besar dalam interaksi individu secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media masa tidak kecil artinya. 6 Lembaga Pendidikan dan Agama Kedua lembaga ini mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian konsep moral dalam diri individu. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan system kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu. Berdasarkan pendapat dari ahli diatas dapat disimpulkan bahwa ada enam faktor yang mempengaruhi sikap manusia adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, pengaruh faktor emosi, media masa, dan lembaga pendidikan dan agama.

2.1.2.4 Pembentukan dan Pengubahan Sikap

1 Pembentukan Sikap Sikap memiliki hubungan dalam kehidupan sosial individu dan berpengaruh dalam kehidupan sosialnya. Sikap seseorang tersebut terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-maing individu sebagai anggota masyarakat. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu Azwar, 2007:30. Pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkaitan dengan objek tertentu. Sikap terbentuk dalam perkembangan individu, karenanya faktor pengalaman individu mempunyai peranan yang sngat penting dalam rangka pembentukan sikap individu yang bersangkutan. Ada dua faktor pokok yang memegang peranan dalam pembentukan sikap. Kedua faktor pokok tersebut adalah sebagai berikut: a Faktor individu itu sendiri atau faktor dalam atau faktor intern Yang dimaksud dengan faktor dalam adalah hal-hal atau keadaan yang ada di dalam diri individu. Misalnya, pengalaman pribadi, motivasi pribadi, faktor emosi dalam diri individu. 25 b Faktor luar atau faktor ekstern Yang dimaksud dengan faktor luar adalah hal-hal atau keadaan yang di luar diri individu yang meruapkan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap. Misalnya, lingkungan dimana seseorang berada, media massa, pergaulan dengan kehidupan sosial. Dibawah ini disajikan bagan faktor pembentukan sikap menurut Walgito, 1978:115: Gambar. 2.2 Bagan Faktor Pembentukan Sikap Walgito, 1978:115 Dari bagan tersebut dapat dikemukakan bahwa sikap yang ada pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa faktor fisiologis dan psikologis serta faktor eksternal dapat berwujud situasi yang dihadapi oleh individu, norma-norma yang ada dalam masyarakat, hambatan-hambatan atau Faktor internal:  Fisiologis  Psikologis Faktor eksternal:  Pengalaman  Situasi  Norma-norma  Hambatan  Pendorong Sikap Objek sikap Reaksi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat. Semuanya ini akan berpengaruh pada sikap yang ada pada diri seseorang. Faktor internal dan faktor eksternal tersebut akan berpengaruh terhadap pembentukan sikap seseorang. Sikap yang tertuju pada suatu objek akan menimbulkan reaksi tertentu terhadap objek sikap. Oleh karena itu, sikap tidak akan terbentuk tanpa ada pengaruh dari faktor internal dan eksternal. Seperti yang akan dilakukan oleh peneliti untuk memberikan suatu objek gambar dalam pelaksanaan pembelajaran untuk mengetahui sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas. 2 Pengubahan Sikap Walgito 1978:124 dalam bukunya yang berjudul Psikologi Sosial:Suatu Pengantar mengemukakan bahwa terdapat faktor-faktor yang dapat pengubahan sikap. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: a Faktor Kekuatan atau Force Kekuatan atau force dapat memberikan situasi yang dapat mengubah sikap. Kekuatan ini dapat bermacam-macam betuknya, mislanya kekuatan fisik, kekuatan ekonomi, kekuatan yang berujud peraturan-peraturan dan sejenisnya. b Berubahnya Norma Kelompok Bila seseorang telah menginternalisasi norma kelompok, maka apa yang terjadi norma kelompok dijadikan sebagi normanya sendiri. Dengan demikian, maka norma yang ada dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 kelompok juga menjadi norma dari orang yang bersangkutan yang tergabung dalam kelompok itu dan ini akan membentuk sikap tertentu dari orang tersebut. karena itu, salah satu langkah yang dapat diambil untuk membentuk atau mengubah sikap dapat dengan cara mengubah norma kelompok. c Berubahnya Membership Group d Berubahnya Reference Group e Membentuk Kelompok Baru Dari penjelasan menurut ahli diatas, peneliti dapat mengetahui faktor-faktor dalam pengubahan sikap siswa, untuk itu peneliti akan mengetahuinya di dalam kelas ketika siswa sulit melakukan bekerja sama di dalam kelompok masing-masing.

2.1.2.5 Indikator Sikap

Menurut Azwar 2007 dalam sikap terdapat indikator yang memengaruhinya. Indikator tersebut antara lain ada tiga adalah : a. Komponen Kognitif Komponen Kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. b. Komponen afektif Komponen afektif merupakan komponen yang menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. c. Komponen perilaku Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Menurut Walgito dalam Puspasari, 2010:16 sikap mengandung tiga indikator yang membentuk struktur sikap, yaitu kognitif konseptual, afektif emosional, konatif perilaku atau action component sebagai berikut: a. Indikator Kognitif merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersiapkan terhadap objek b. Indikator afektif merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap c. Indikator konatif merupakan komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap Berdasarkan indikator yang telah dipaparkan menurut beberapa ahli diatas, peneliti menggunakan indikator sikap menurut Walgito dalam Puspasari, 2010 yang dapat membentuk struktur sikap dengan tiga indikator yaitu : kognitif, afektif, dan konatif. Dengan indikator tersebut terdapat sikap yang positif favorable dan sikap yang negatif unfavorable. Indikator sikap ini akan digunakan untuk menyusun kuesioner penelitian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29

2.1.3 Model Pembelajaran PPR

2.1.3.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif PPR

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata paradigma bearti suatu kerangka berpikir model dari teori ilmu pengetahuan perubahan model. Dengan kata lain paradigma maksudnya adalah suatu Model atau model pembelajaran. Pedagogi adalah suatu cara pendidk untuk mendampingi para peserta didik dalam pertumbuhan dan perkembangannya Subagya, 2010:22. Reflektif adalah meninjau kembali pengalaman, topik tertentu, gagasan, reaksi, spontan maupun yang direncanakan dari berbagai sudut pandang secara rasional dengan tujuan agar semakin mampu memahami maknanya secara penuh Tim PPR SD Kanisisus, 2009:2. Pengertian lain dari Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah pola pembelajaran yang mengintegrasikan pemahaman, masalah dunia dan kehidupan serta pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dalam proses yang terpadu, sehingga nilai-nilai itu muncul dari kesadaran dan kehendak peserta didik melalui refleksinya Gema Kanisius, Oktober 2010:7. Ciri khas dari Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah meningkatkan competence, conscience, dan compassion 3C competence meruapakan kemampuan penguasaan komptensi secara utuh yang disebut juga dengan kemampuan kognitif Subagya, 2010. Maksudnya adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Contohnya adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dalam pembelajaran PKn. Conscience merupakan kemampuan afektif yang secara khusus mengasah 30 kepekaan dan ketajaman hati nurani Subagya, 2010. Kemampuan afektif ini untuk menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Misalnya, ketelitian dan kecermatan dalam mengerjakan soal. Compassion meruapakan aspek psikomotor yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai rasa bagi sesame Subgya, 2010. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan sepanjang hidup disertai dengan motivasi untuk menggunkannya demi sesama misalnya kesediaan bekerjasama, mengerjakan tugas dalam kelompok dengan perasaan gembira.

2.1.3.2 Langkah-langkah Paradigma Pedagogi Reflektif PPR

Berikut ini adalah langkah-langkah PPR secara berkesinambungan: ` Gambar 2.3 Langkah-langkah PPR menurut Subagya 2010:65 Berdasarkan gambar di atas langkah-langkah Paradigma Pedagogi Reflektif PPR dapat dijelaskan sebgai berikut: PENGALAMAN REFLEKSI EVALUASI KONTEKS AKSI 31 1. Konteks Kompetensi 3C yang akan dikembangkan dan disesuaikan dengan konteks siswa dan materi pelajaran. Konteks disini maksudnya, guru harus menyesuaikan materi dan cara belajar yang disukai siswa sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan keinginan. Konteks siswa antara lain taraf perkembangan pribadi, konsisi sosial budaya, dan agama Subagya, 2005. Konteks materi pelajaran antara lain kompetensi dasar, ruang lingkup materi, sifat materi, ketertarikan materi dengan kehidupan nyata atau sehari-hari dan mempelajarinya. 2. Pengalaman Pengembangan kompetensi 3C paling efektif dilakukan melalui pengalaman, yaitu siswa mengalami sendiri nilai yang diperjuangkan atau yang ingin dikembangkan dari bahan yang dipelajari Subagyo, 2005:3. Pengalaman nilai yang ingin dikembangkan dapat berupa pengalaman langsung dan juga dapat berupa pengalaman secara tidak lagsung. Contoh penerapan pengalaman langsung misalnya siswa ingin mengembangkan nilai persaudaraan dan kerjasama dalam diri para siswa, maka siswa belajar dalam kerja kelompok. Penerapan pengalaman tidak langsung dapat dilakukan dengan cara siswa membaca dan mempelajari suatu kejadian. 3. Refleksi Refleksi adalah kegiatan siswa meninjau kembali pengalaman yang sudah dilakukannya. Menurut Subagyo, 2005, reflektif merupakan tahap 32 di mana siswa menjadi sadar sendiri menggenai kebaikan, keenakan, manfaat, dan makna nilai yang diperjuangkan. Tujuannya adalah agar nilai yang perjuangkan menjadi menarik bagi siswa dan kemudian mereka terpikat untuk memiliki atau menghayati nilai yang diperjuangkan sampai pada keinginan untuk bertindak. Untuk membantu siswa menyadari nilai kemanusiaan yang terkandung di dalam pengalaman, guru menfasilitasi dengan berbagai cara, antara lain: a. Memberi sugesti agar siswa dapat mempergunakan pikiran dan imajinasi mereka. b. Memberi tugas kepada siswa untuk mengkomunikasikan pendapat perasaan mereka dalam bentuk lisan, tulisan, atau gamabar. c. Mengajak siswa untuk berdiskusi dengan melihat tayangan video film 4. Aksi Perwujudan dari hasil pengalaman yang sudah direfleksi adalah sebuah aksi. Kegiatan ini meruapakan sikap atau perbuatan yang ingin dilakukan siswa atas kemauan mereka sendiri terkait dengan nilai kemanusiaan yang ingin diperjuangkan. Menurut Subagyo 2005:3, perkembangan nilai kemanusiaan tidak boleh hanya berhenti sampai kesadaran, tetapi harus berlanjut sampai pada bersikap dan berbuat kemauannya sendiri. Sikap dan niat adalah aksi batin, sedangkan perbuatan meruapakan aksi lahir. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 5. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap penentuan hasil belajar dari para siswa. Menurut Subagyo 2005:4, evaluasi perkembangan nilai kemanusiaan tidak dapat dilakukan dengan tes, tetapi dengan observasi. Guru mengobservasi perbuatan siswa yang spontan, yang menunjukkan perkembangan nilai kemanusiaan. Guru mencatat peristiwa yang cukup mencolok. Perlunya observasi karena ciri khas nilai kemanusiaan adalah kebebasan, siswa berbuat dari kemauannya sendiri. Berdasarkan pendapat dari ahli diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran yang menekankan pada reflektif yang bertujuan untuk menemukan nilai-nilai di dalam kehidupan.

2.1.3.3 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR

Tim PPR Kanisius 2010:3 membagi tujuan PPR menjadi dua bagian yaitu bagi para pendidik dan bagi siswa. Bagi pendidik 1 guru semakin bisa memahami peserta didik; 2 guru semakin bersedia mendampingi perkembangan peserta didik dalam proses pembelajaran; 3 guru semakin lebih baik dalam menyajikan materi ajarnya; 4 guru semakin memperhatikan kaitan antara perkembangan intelektual dan moral; 5 mengadaptasi materi dan metode ajar demi tujuan pendidikan; 6 mengembangkan daya reflektif terkait dengan pengalaman sebagai pendidik, pengajar, dan pendamping. Bagi siswa 1 membantu peserta didik untuk menjadi manusia bagi sesama; 2 menjadi manusia yang utuh; 3 menjadi manusia yang secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 intelektual berkompeten, terbuka untuk perkembangan, dan religious; 4 menjadi manusia yang sanggup mencintai dan dicintai; 5 menjadi manusia yang berkomitmen untuk menegakkan keadlilan dan pelayanan pada orang lain. Dalam tujuan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR diatas, peneliti dapat mengaitkan tujuan peneliti untuk menggunakan model pembelajaran yang inovatif serta membantu guru untuk menggunakan model yang inovatif tidak hanya menggunakan model yang konvensional agar siswa tidak mudah jenuh dan malas ketika mengikuti pembelajaran di kelas, selain itu model pembelajaran yang inovatif misalnya PPR dapat mengajak siswa untuk lebih aktif, kreatif dan belajar untuk mandiri dan lebih baik.

2.1.3.4 Kelebihan dan kekurangan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR

Menurut Tim PPR Kanisius 2010 terdapat kelebihan dan kekurangan dalam PPR. Kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah sebagai berikut: 1 Pemerataan perhatian oleh pendidik kepada setiap pribadi siswa; 2 Paradigma Pedagogi Reflektif PPR dapat diterapan disemua kurikulum. PPR tidak menuntut tambahan apapun dalam rancangan kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah, selain Model dan cara mengajar; 3 Siswa memiliki hak untuk dinilaii dan dihormati; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 4 Setiap siswa mampu memecahkan permaslahan yang dihadapi serta dapat menemukan solusi atas bimbingan dari pendidik; 5 Memperbaiki kelemahan peserta didik dengan tegas tetapi penuh cinta kasih; 6 Menumbuhkan sekaligus menerapkan semangat berbagai dalam proses pembelajaran; 7 Mencangkup semua aspek yang mendukung proses pembelajaran. Selain kelebihan, Paradigma Pedagogi Reflektif PPR juga memiliki kekurangan dalam penerapannya. Kekurangan PPR yaitu sebagai berikut: 1 Hambatan pada jumlah siswa yang banyak dikarenakan pendidik kurang dapat memberikan perhatian secara menyeluruh pada setiap siswa. Guru dituntut untuk lebih bersabar dan tidak meilih- milih siswa dalam memberian pehatiannya di dalam kelas. 2 Tidak mudah menjalankan tugas sebagai pendidik sesuai dengan tujuan PPR yaitu pendidik meruapakan panggilan hidup. Berdasarkan urian diatas dapat disimpulkan bahwa Paradigma Reflektif adalah suatu model pembelajaran yang menekankan reflektif dalam rangka menemukan nilai-nilai hidup dalam proses pendidikan dan dapat digunakan untuk pijakan hidup. Tujuan PPR dibagi menjadi dua bagian yaitu bagi para pendidik dan bagi siswa. Bagi pendidik diharapkan guru semakin dapat memahami dan mendampingi perkembangan peserta didik selama proses belajar mengajar. Bagi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 siswa diharapkan menjadi manusia secara intelektual berkompeten, terbuka untuk perkembangan, dan religious. Pelaksanaan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR pun memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah dapat diterapkan disemua kurikulum dengan menerapkan semangat berbagi dalam proses pembelajaran. Kelemahan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah kesulitan dalam memberikan perhatian secara menyeluruh kepada setiap siswa. Dengan adanya kelebihan dan kekurangan model Paradigma Pedagogi Reflektif PPR, peneliti akan melakukan penerapan model inovatif tersebut di kelas IIB SD Negeri Tlacap untuk memberikan varians dalam mengajar agar siswa lebih bersemangat dan tidak merasa membosankan saat belajar bersama.

2.1.4 Mata pelajaran PKn

Dalam pasal 39 UU No. 20 Tahun 2003 menegaskan bahwa PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan belanegara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Menurut Soemantri 2001:299 mata pelajaran PKn adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber- sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua, yang kesemuanya itu 37 diproses guna melatih para siswa untuk berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 2.1.4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Wahab 2011:11 PKn dapat diartikan sebagai mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Azra dalam Susanto 2013:226 Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konsitusi, lembanga-lembaga demostrasi, HAM, hak dan kewajiban warga Negara serta proses demokrasi. Sementara menurut Chamim 2004 :42, Pendidikan Kewarganegaraan bagi bangsa Indonesia bearti pendidikan pengetahuan, sikap mental, nilai-nilai dan perilaku yang menjujung tinggi demokrasi sehingga terwujud masyarakat yang demokratis dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, serta demokratis. Menurut Dikti dalam Subagya, 2008 :4 subtansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan mencakup : 1 pengantar, 2 hak asasi manusia, 3 hak dan kewajiban waraga negara, 4 bela negara, 5 38 dekomkasi, 6 wawasan nusantara, 7 ketahanan nasional, 8 politik strategi nasional. Menurut Ariyani dan Susantim 2010:18 kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan pada pembentukkan diri yang beragam, baik dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa, untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil, dan berkarakter. Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia bertujuan untuk menjadikan siswa mampu berkembang menjadi pribadi yang cerdas, dan menggunakan kecerdasaannya tersebut untuk memajukan diri sendiri dan lingkungan. Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil diterapkan akan mampu untuk mengembangkan sikap mental yang cerdas, penuh tanggung jawab dalam diri siswa. Menurut Sumiati 2008, mengemukakan bahwa tujuan PKn di Indonesia akan tercapai yaitu dengan menanamkan konsep dan nilai yang sudah di anggap baik sebagai titik tolak untuk menumbuhkan warga negara yang baik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu pendidikan yang memfokuskan pada pendidikan nilai dan moral, dalam hal ini bertujuan agar anak dapat memahami, menghayati dapat mewujudkan nilai-nilai cinta lingkungan.

2.1.4.2 Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Ruang lingkup mata pelajaran PKn menurut KTSP 2006 :271 adalah sebagai berikut: 39 a. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturanperaturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional. c. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM. d. Kebutuhan warga negara, mencakup: hidup gotong royong, nilai diri sebagai masyarakat kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, mengnilaii keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara. e. Konstitusi negara, mencakup: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi. f. Kekuasaan dan politik, mencakup: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintahan pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan pers dalam masyarakat demokrasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 g. Pancasila, mencakup: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideology negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai pancasila dalam kehidupan sehari hari, pancasila sebagai ideologi terbuka. h. Globalisasi, mencakup: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

2.1.4.3 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan memiliki banyak tujuan, seperti yang diungkapkan oleh Mulyasa dalam Susanto, 2013:231-232 yaitu untuk menjadikan siswa mampu berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi persoalan yang ada dalam hidup maupun isu-isu kewarganegaraan di negaranya, mampu ikut berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan secara aktif dan bertanggungjawab sehingga dapat bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan, dan berkembang secara positif dan demokratis sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi serta mampu memanfaatkan tehnologi informasi dan komunikasi dengan baik. Tujuan pendidikan tersebut seruapa dengan lampiran Permndiknas nomor 222006 dalam Aziz, Supriya, 2011:315 dimana tujuan PKn untuk jenjang SD, SMP, dan SMA tidak berbeda yaitu berorientasi pada perkembangan kemampuan siswa yang disesuaikan dengan tingkat perkemabangan kejiwaan dan intelektual, emosi dan sosial. Secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 rinci, mata pelajaran PKn bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan kemasyarakatan, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi, berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain, serta mampu berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dan tidak langsung dengan memanfaatkan tehnologi informasi dan komunikasi. Menurut KTSP 2006:270, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi. c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. 42 Dari beberapa tujuan menurut para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan kewarganegaraan adalah membentuk warga negara yang baik yang mana memiliki kemampuan untuk berpikir kritis, rasional, kreatif, bertanggungjawab, berkembang secara positif dan demokratis, mampu berinteraksi dengan bangsa-bansa lain dalam percaturan dunia baik secara langsung maupun tidak langsung.

2.1.4.4 Fungsi Pendidikan PKn

Aryani 2010 menuturkan fungsi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana atau sarana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter, yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD. Menurut PLPG 2016 Kewarganegaraan PKn secara kurikuler harus dapat berfungsi sebagai wahana psikologis pedagogis utama dalam mengembangkan dan membentuk warga negara yang diinginkan. Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi Pkn merupakan suatu program pendidikan yang membentuk karakter warga Negara Indonesia menjadi warga Negara yang memiliki nilai dan moral yang luhur, cerdas, terampil dan setia kepada bangsa. 43

2.1.4.5 Materi PKn Cinta Lingkungan

1. Arti Mencintai Lingkungan

Lingkungan terdiri dari tanah, air, dan udara.ada bermacam tumbuhan dan hewan. Ada makhluk hidup dan benda mati. Semuanya memiliki manfaat bagi kehidupan manusia. Karena itu, kita wajib menjaga dan melestarikan alam sekitar supaya alam tidak cepat rusak dan akhirnya habis atau punah. Jika alam sekitar kita rusak, kita tidak lagi bisa menikmati manfaatnya dan pada akhirnya kita yang rugi. Memelihara Lingkungan Alam Lingkungan alam memiliki kekayaan dan kita dapat memanfaatkannya untuk berbagai kepentingan. Namun, kita wajib mempergunakannya secara benar dan hemat. Tujuannya, agar alam tetap lestari dan dapat terus digunakan sampai ke generasi- generasi yang akan datang. Melestarikan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama. Berbagai cara dapat kita lakukan dalam pemeliharaan lingkungan alam sekitar. Tumbuhan, binatang, sungai, gunung, laut, danau, dan saluran air dapat kita jaga dengan berbagai cara yang tepat dan benar agar kita dapat memetik manfaatnya di masa yang akan datang. 1. Memelihara lingkungan tumbuh-tumbuhan 2. Memelihara binatang 3. Memelihara sungai, gunung, laut, danau, dan saluran air 44 Gambar 2.4. Memelihara hewan diambil dari https:hadrianusnoi.wordpress.comaboutcinta-lingkungan Segala sesuatu yang ada di sekitar kita disebut lingkungan. Lingkungan hidup dapat berupa manusia, hewan dan juga tumbuhan. Dalam bab ini kita akan pelajari pentingnya hewan dan tumbuhan bagi kehidupan kita dan juga cara menjaga kelestariannya.

A. Pentingnya Tumbuhan bagi Kehidupan Kita

Gambar 2.5 memelihara tanaman bersama diambil dari https:hadrianusnoi.wordpress.comaboutcinta-lingkungan Tanaman yang ada disekitar kita banyak sekali manfaatnya. Pepohonan yang ditanam menghasilkan udara segar. Udara segar dibutuhkan oleh makhluk hidup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 khususnya manusia. Selain itu pepohonan berguna sebagai tanaman peneduh dan juga untuk keindahan. Di pedesaan dan di pegunungan masih banyak tanaman rindang udaranya sangat segar. Pepohonan merupakan penghasil udara segar. Udara segar sangat baik untuk kesehatan. Ketika kalian berwisata ke daerah pegunungan, kalian rasakan udaranya sangat segar. Di daerah pegunungan tanaman banyak tumbuh di lereng-lereng gunung, di samping berguna sebagai penghasil oksigen, tumbuhan dapat mencegah banjir dan tanah longsor. Mengapa bisa demikian? Akar tumbuhan berguna untuk melindungi tanah pegunungan yang posisinya miring. Kemiringan tanah pegunungan sangat rawan terhadap pengikisan air hujan. Tahukah kalian erosi itu? Erosi adalah terkikisnya tanah oleh air. Gunung yang gundul mudah terkikis air hujan. Air mengalir sangat deras, tidak ada tanaman pelindungnya. Jika hujan turun sangat lebat bisa mengakibatkan banjir daerah di bawahnya. Itulah gunanya hutan. Gunung yang tumbuhannya masih lebat dapat melindungi tanah di bawahnya permukaan tanah tidak mudah terkikis akar tumbuhan hutan yang lebat dapat menyerap dan menahan air hujan. Air hujan tidak mengalir dengan deras. Daerah di bawahnya selamat dari banjir. Jadi kita harus menjaga kelestarian hutan dengan cara tidak boleh menebang hutan sembarangan karena dapat merugikan banyak orang. 46 Selain yang telah dijelaskan di atas, banyak sekali manfaat lain dari tumbuhan yang ada di sekitar kita. Diantaranya adalah kita mengenal banyak jenis tanaman bermanfaat yaitu: 1 Tanaman pertanian contohnya adalah padi, jagung, kacang dan singkong. 2 Tanaman perkebunan contohnya adalah teh, karet, tebu dan kelapa sawit.

B. Pentingnya Hewan bagi Kita

Gambar 2.6. Pentingnya hewan bagi kita diambil dari https:hadrianusnoi.wordpress.comaboutcinta-lingkungan Sebagian besar hewan dipelihara diambil dagingnya? Daging hewan dapat dimakan. Daging hewan mengandung gizi yang tinggi. Gizi dibutuhkan untuk pertumbuhan. Hewan yang dipelihara untuk diambil dagingnya adalah sapi, kambing, kerbau. Selain diambil dagingnya, banyak hewan yang diternakkan juga dimanfaatkan telurnya, diantaranya adalah ayam, bebek, burung puyuh. Ada juga hewan yang dipelihara untuk diambil tenaganya.

C. Menjaga Kelestarian Alam

Alam adalah ciptaan Allah yang maha kuasa. Alam yang terhampar ini merupakan anugerah yang tidak ternilai nilainya. Alam 47 diciptakan Allah untuk kepentingan manusia. Manusia harus dapat menjaga kelestariannya.

1. Menjaga Kelestarian Hutan

Gambar 2.7. Menjaga Kelestarian hutan diambil dari https:hadrianusnoi.wordpress.comaboutcinta-lingkungan Salah satu manfaat hutan adalah untuk pencegah banjir dan tanah longsor, penghasil kayu untuk bahan bangunan juga tempat hidup berbagai jenis hewan. Hutan sangat berguna bagi kita, oleh karena itu harus dijaga jangan sampai rusak. Jika hutan rusak kita akan rugi. Untuk melestarikan hutan pemerintah melakukan cara cara, diantaranya adalah: a perlindungan terhadap hutan yang rusak, b mengadakan penanaman pohon kembali atau reboisasi, c melarang penebangan hutan sembarangan. Hutan sebagai paru-paru dunia artinya hutan sebagai tempat penghasil udara yang sejuk dan segar oksigen yang di hirup oleh manusia dan hewan di seluruh dunia. 48

2. Pelestarian Hewan Langka

Gambar 2.8 Pelestarian hewan langka diambil dari https:hadrianusnoi.wordpress.comaboutcinta-lingkungan Suaka marga satwa adalah tempat untuk melindungi hewan langka. Selain untuk melindungi hewan langka juga untuk melestarikannya karena adanya perburuan liar oleh manusia yang tidak bertanggung jawab. Hewan langka yang harus dilindungi diantaranya adalah gajah, harimau, rusa, badak dan orang utan. Hewan-hewan tersebut itu adalah binatang langka dan dilindungi. Para pecinta hewan melakukan penangkaran hewan langka tujuannya untuk mengembangbiakkan hewan langka tersebut. Setelah besar dilepaskan kembali di lingkungannya. Di Indonesia banyak taman marga satwa untuk melestarikan sekaligus sebagai tempat wisata. 49

2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan

Dalam penelitian ini, peneliti berpegangan pada beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain dengan maksud untuk memperkuat argument peneliti dalam penelitian ini.

2.2.1 Penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Huminata,

E.W.S pada tahun 2013 yang berjudul Persepsi Siswa Kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Mengenai Keberhasilannya dalam Melaksanakan Tugas Perkembangan dan Implikasinya Terhadap Topik-topik Bimbingan Klasikal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 32 siswa 14 berpendapat bahwa sangat berhasil dalam melaksankan tugas perkembangannya, 129 siswa 56 berpendapat bahwa berhasil dalam melaksankan tugas perkembangannya, 63 siswa 28 berpendapat bahwa cukup berhasil dalam melaksanakan tugas perkemangannya, 6 siswa 3 berpendapat bahwa kurang berhasil dalam melaksanakan tugas perkembangannya, dan 1 siswa 0,4 berpendapat bahwa tidak berhasil dalam melaksanakan tugas perkembangannya.

2.2.2 Penelitian yang ketiga oleh Setyawan.S, pada tahun 2016 yang berjudul

Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Guru Sesuai Kompetensi Inti-2 Dan Nilai Afektif di SMP N 2 Pakem Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru berperilaku sesuai dengan kompetensi inti-2 sebagai 1 rata-rata frekuensi aspek jujur untuk jawaban “jujur” 46,”sering” 27, “kadang-kadang” 20 dan “tidak pernah”7, 2 rata frekuensi aspek disiplin untuk jawaban “selalu” 53,”sering” 28, “kadang-kadang” 17 dan “tidak pernah” 1, 3 rata- rata frekuensi aspek tangung jawab untuk jawaban “selalu” 50, “sering” 50 30, “kadang-kadang “18 dan “tidak pernah” 2, 4 rata-rata frekuensi aspek toleransi untuk jawaban “selalu” 32, “sering” 38, “kadang-kadang” 23 dan “tidak pernah” 7, 5 rata-rata frekuensi aspek gotong royong untuk jawaban “selalu” 49, “sering” 33, “kadang-kadang” 17 dan “tidak pernah” 2, 6 rata-rata frekuensi aspek sopan santun untuk jawaban “selalu” 66,”sering” 27, “kadang-kadang” 7 dan “tidak pernah” 0, dan 7 rata- rata frekuensi aspek percaya diri untuk jawaban “selalu” 54, sering” 34, “kadang-kadang” 12 dan “tidak pernah” 1.

2.2.3 Penelitian yang kedua oleh Sumari, pada tahun 2010 yang berjudul

Hubungan antara Prestasi Pendidikan Agama Islam Terhadap Sikap Keberagamaan Siswa di SD Negeri Canggal Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung Tahun 20092010. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Saltiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang positif dalam sikap keberagamaan terhadap nilai prestasi belajar pendidikan agama Islam, semakin aktif atau giatnya sikap kebergamaan siswa semakin meningkat pula prestasi belajar siswa SD Negeri Canggal ditolak berdasarkan nilai rxy mempunyai nilai observasi 0,000 jika dikonfermasi dengan 1 maupun 5 dari r product moment lebih kecil sehingga hipotesanya ditolak. Dari beberapa masalah tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa dalam keberhasilan dalam melaksanakan tugas perkembangan dan implikasi melalui topik-topik bimbingan klasikal. Serta hubungan persepsi siswa guru dalam berperilaku sesuai dengan kompetensi inti-2 dalam proses pembelajaran dengan pada aspek jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 sopan santun dan percaya diri. Dan hubungan prestasi pendidikan agama Islam terhadap sikap keberagaman siswa SD Negeri Canggal terdapat pengaruh yang positif dalam sikap keberagamaan terhadap nilai prestasi belajar pendidikan agama Islam, semakin aktif atau giatnya sikap kebergamaan siswa semakin meningkat pula prestasi belajar siswanya. Tetapi penelitian-penelitian sebelumnya belum banyak menelti mengenai Hubungan Persepsi Siswa Kelas II terhadap model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR dengan Sikap Siswa pada mata pelajaran PKn materi Cinta Lingkungan di Sekolah Dasar. 52 Literature Map Gambar 2.9 Literatur Map Dari permasalahan yang relevan diatas menunjukkan bahwa peneliti pertama mengenai persepsi siswa berhasil dalam melaksanakan tugas perkembangan dan implikasi terhadap topik-topik dengan melakukan bimbingan klasikal. Penelitian yang relevan kedua tentang kesesuai guru dalam menggunakan kompetensi inti-2 persepsi siswa terhadap perilaku guru yang sesuai dengan kompetensi inti-2 pada aspek percaya diri, rata-rata Huminata, E.W.S pada tahun 2013 yang berjudul Persepsi Siswa Kelas VIII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Mengenai Keberhasilannya dalam Melaksanakan Tugas Perkembangan dan Implikasinya Terhadap Topik-topik Bimbingan Klasikal. Setyawan.S, 2016 Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Guru Sesuai Kompetensi Inti-2 Dan Nilai Afektif di SMP N 2 Pakem Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sumari, 2010 yang berjudul Hubungan antara Prestasi Pendidikan Agama Islam Terhadap Sikap Keberagamaan Siswa di SD Negeri Canggal Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung Tahun 20092010. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Saltiga. Penelitian yang akan dilakukan: Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri Tlacap. Persepsi Sikap 53 frekuensi untuk jawaban “tidak pernah” 1. Serta penelitian yang relevean ke tiga mengenai hubungan antara prestasi pendidikan Agama Islam terhadap sikap kebersamaan siswa semakin aktif atau giatnya sikap keberagaman semakin meningkat pula prestasi belajar SD Negeri Canggal. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat hubungan persepsi dan sikap siswa pada kelas II yang menggunakan pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR.

2.3 Kerangka Berpikir

Pendidikan Kewarganegaraan salah satu mata pelajaran yang sangat penting bagi siswa untuk membekali mereka mengenai pengetahuan serta menjadikan siswa mampu berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi persoalan yang ada dalam hidup maupun isu-isu kewarganegaraan di negaranya, mampu ikut berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan secara aktif dan bertanggungjawab sehingga dapat bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan, dan berkembang secara positif dan demokratis sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus diterima oleh alat indera, yaitu yang dimaksud dengan penginderaan, dan melalui proses penginderaan tersebut stumulus itu menjadi sesuatu yang bearti. Kegiatan proses pembelajaran di 54 dalam kelas anak akan belajar melalui penginderaan, serta akan menerima apa yang telah dipahami dan dipelajari. Persepsi merupakan suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki yang disimpan di dalam ingatan untuk mendektasi atau meperoleh dan mengiterpretasi stimulus rangsangan yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga, dan hidung Persepsi merupakan cara pandang seseorang. Setiap siswa mempunyai cara pandang yang berbeda-beda mengenai memahami suatu objek yang diketahui. Sikap dapat masuk dalam berbagai aspek kehidupan dan sikap memegang peranan penting dalam mencapai suatu tujuan. Sikap berkaitan dengan objek yang dihadapi. Sikap seseorang terhadap objek tertentu akan tercermin dari perilaku yang muncul. Perilaku merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Oleh karena itu, sikap selalu berkaitan dengan perilaku seseorang serta mengetahui sikap seseorang dapat menduga bagaimana respons atau perilaku yang akan diambil oleh orang yang bersangkutan, terhadap sesuatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya. Jadi, dengan mengetahui sikap seseorang, orang akan mendapatkan gambaran kemungkinan perilaku yang timbul dari orang yang bersangkutan. Model pembelajaran Paradigma Pedagogi Refektif PPR merupakan salah satu model yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran yang bertujuan untuk melihat hubungan persepsi dan sikap. Serta menanggapi berbagai hal yang terjadi di sekitar secara kritis dalam upaya semakin memperdalam kepekaan sikap siswa dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 pembelajaran PKn yang telah diterima di sekolah dan lingkungan sosial mereka, sehingga siswa kelas IIB SD Tlacap akan menjadi siswa yang peka dalam cinta lingkungan di sekitarnya. Hal tersebut dapat terwujud dengan tiga unsur dalam pembelajaran pedagogi reflektif PPR. Ketiga unsur tersebut adalah Competence, Conscience dan Compassion. Competence merupakan kemampuan secara kognitif atau intelektual, Conscience ialah kemampuan afektif dalam menentukkan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggung-jawabkan secara moral, sedangkan Compassion adalah kemampuan dalam psikomotorik yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai sikap bela rasa bagi sesama. Penggunaan model pembelajaran pedagogi reflektif PPR dengan langkah-langkah yaitu konteks centext merupakan proses dalam siklus pembelajaran pedagogi reflektif PPR yang dilakukan olh guru yang didukung oleh keterbukaan diri dari siswa. Pengalaman experience merupakan proses dimana siswa memahami materi yang dipelajarinya secara mendalam dengan melibatkan seluruh kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Refleksi reflection merupakan proses mempertimbangkan dengan seksama menggunakn daya ingat, pemahaman, imajinasi, pengalaman, dan ide-ide atau tujuan-tujuan yang diinginkan. Tindakan action meruapakan pertumbuhan batin yang mencangkup dua tahap, yaitu pilihan-pilihan batin hasil dari refleksi pengalamn dan kemudian diwujudkan dalam tindakan nyata. Evaluasi evalution proses yang mana berdasar atas tujuan dari pendidikan PPR, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 yaitu untuk membentuk manusia yang memiliki kepribadian utuh, kompeten secara kognitif atau intelektual, bersedia untuk makin berkembang, memiliki sikap cinta lingkungan, serta mengetahui tindakan mana yang baik dan mana yang tidak ketika berada di lingkungan di sekitarnya Bedasarkan hal-hal tersebut diharapkan penggunaan model pembelajaran dapat mengetahui hubungan teradap persepsi siswa dan sikap siswa dalam mata pelajaran PKn dalam Cinta Lingkungan siswa kelas IIB SD Negeri Tlacap.

2.4 Hipotesis Penelitian