Uji Analisis Derajat Desentralisasi Fiskal

berpengaruh besar terhadap keuangan daerah Kabupaten Sidoarjo.Dimana di ketahui bahwa dengan bencana ini Kabupaten Sidoarjo dapat bangkit dan menata keuangan mdaerahnya dengan baik dan dapat di lihat bahwah dari tahun kejadian bencana di tahun ,sesudahnya sudah mau meningkatkan keuangan daerahnya.

4.3.1.2 Uji Analisis Derajat Desentralisasi Fiskal

Komponen dimana derajat desentralisasi rendah bila kontribusi pos sumbangan dan bantuan terhadap total penerimaan daerah lebih besar atau kontribusi pendapatan asli daerah dan bagi hasil pajak dan bukan pajak terhadap total penerimaan daerah yang berarti keuangan daerah maish tergantung pada pemerintah pusat. Derajat desentralisasi fiscal tinggi jika kontribusi pendapatan asli daerah dan bagi hasil pajak dan bukan pajak terhadap total penerimaan daerah lebih besar dari kontribusi bantuan dan sumbangan terhadap total penerimaan daerah yang berarti keuangan daerah dikatakan mandiri. Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Kontribusi PAD dan Kontribusi BHPBP terhadap Kontribusi SB Untuk Mengetahui Derajat Desentralisasi Fiskal Kemandirian fiskal Tahun 2007 No Kabupaten Kota TPD BHPBP TPD PAD    TPD SB 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kabupaten Gresik Kabupaten Bangkalan Kabupaten Mojokerto Kota Mojokerto Kota Surabaya Kabupaten Sidoarjo Kabupaten Lamongan 25,45 16,02 9,5 10,11 36,5 28,4 10,8 59 70 85,2 75,6 28 46 78,5 Jmlh Rata – rata DDF 19.5 63.1 Sumber: Lampiran 4 - 7 Berdasarkan pada perhitungan diatas jika dilihat Kota Surabaya memiliki nilai lebih besar dari sumbangan daerah maka keuangan daerah dikatakan mandiri, disebabkan pendapatan asli daerah dan bagi hasil pajak lebih besar dari kontribusi sumbangan daerah.Dimana Kota Surabaya menjadi salah satu contoh kota yang mandiri di Satuan Wilayah Pembangunan SWP I dengan jumlah PAD + BHPBP sebesar 36.5 terhadap SB sebesar 28. Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Kontribusi PAD dan Kontribusi BHPBP terhadap Kontribusi SB Untuk Mengetahui Derajat Desentralisasi Fiskal Kemandirian fiskal Tahun 2008 No Kabupaten Kota TPD BHDBP TPD PAD    TPD SB 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kabupaten Gresik Kabupaten Bangkalan Kabupaten Mojokerto Kota Mojokerto Kota Surabaya Kabupaten Sidoarjo Kabupaten Lamongan 22,77 11,65 25,8 12,8 56,7 27,7 14,6 59,9 76,4 77 30,5 49,5 77,6 Jumlh Rata- rata DDF 24,5 52,9 Sumber: Lampiran 8 - 11 Berdasarkan pada perhitungan diatas bahwa terdapat dua daerah yang dikatakan mandiri yaitu Kabupaten Mojokerto dan Kota Surabaya dimana kontribusi pendapatan asli daerah dengan bagi hasil pajak dan bukan pajak lebih besar dari kontribusi sumbangan daerah sehingga wilayah ini merupakan suatu kemajuan untuk perekonomian bagi wilayah untuk mandiri khususnya di satuan wilayah pembangunan I Jawa Timur. Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Kontribusi PAD dan Kontribusi BHPBP terhadap Kontribusi SB Untuk Mengetahui Derajat Desentralisasi Fiskal kemandirian sesudah dan sebelum terjadi lumpur LAPINDO DI Kabupaten Sidoarjo No TAHUN TPD BHPBP TPD PAD    TPD SB 1. 2. 3. 4. 5. 6. 2003 2004 2005 2006 2007 2008 36.5 27.4 31.3 25.3 28.4 27.7 50 53.9 43.7 51 46 49.5 Jmlh Rata – rata DDF 29.4 49 Sumber: Lampiran 13 Berdasarkan data di atas di ketahui bahwa Kabupaten Sidoarjo tidak ada yang mandiri karena nilai dari kontribusi PAD terhadap Kontribusi BHPBP lebih rendah daripada kontribusi SB di mana sumbangan pemerintah pusat lebih besar daripada sumbangan daerah itu sendiri . Uji Analisis terhadap Pola Hubungan Keuangan dan Tingkat Kemandirian Daerah Pada hubungan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah harus dilakukan sesuai dengan kemampuan daerah dalam membiayai pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan.DerajaT desentralisasi fiskal menunjukan berapa besar peranan pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah tercemin dalam Sumbangan dan Bantuan SB yang terdiri dari Dana Alikasi Khusus DAK DAN Dana Alokasi Umum DAU.Derajat desentralisasi fiskal merupakan rata-rata perbandingan Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap Total Penerimaan Daerah TPD ,rata- rata perbandingan Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak BHPBP terhadap TPD .TPD dalam hal ini merupakan penjumlahan dari PAD, BHPBP,danSB.Semakin Derajat desentralisasi fiskal,Khususnya yang di hitung dengan membandingkan PAD terhadap TPD dan BHPBP terhadap TPD , maka suatu daerah dapat di katakan semakin mampu melaksanakan otonomi daerah. Sebaliknya semakin rendah derajat desentralisasi fiskal,maka suatu daerah di katakan semakin kurang mampu melaksanakan otonomi daerah. Tabel 4.15 Rata-rata Indeks Desentralisasi Fiskal terhadap Hasil Perhitungan untuk Mengetahui Tingkat Kemandirian Daerah dari Tahun 2007-2008 No Kabupaten Kota IDF Kemampuan Daerah Pola Hubungan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kota Mojokerto Kabupaten Lamongan Kabupaten Bangkalan Kabupaten Mojokerto Kabupaten Gresik Kabupaten Sidoarjo Kota Surabaya 11.4 12.7 13.8 20 24.11 28 46.6 Rendah sekali Rendah sekali Rendah sekali Rendah sekali Rendah sekali Rendah Rendah Intruktif Intruktif Intruktif Intruktif Intruktif Konsultatif Konsultatif Sumber: Lampiran 12 Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa ada dua daerah yang kemampuan daerahnya rendah yaitu kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo sehingga pola hubungannya dinyatakan Konsultatif sedangkan empat dari SWP I Jawa Timur yaitu Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto dan Kabupaten Lamongan kemampuan daerahnya Sangat rendah sekali sehingga pola hubungannya yaitu Intruktif. Jadi dari ketujuh daerah di Satuan Wilayah Pembangunan I Jawa Timur rata-rata pola hubungannya yaitu Intruktif . Tabel 4.16 Rata-rata Indeks Desentralisasi Fiskal terhadap Hasil Perhitungan untuk Mengetahui Tingkat Kemandirian Daerah Kabupaten Sidoarjo Setelah dan Sesudah Terdampak Lumpur LAPINDO No TAHUN IDF Kemampuan Daerah Pola Hubungan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 2003 2004 2005 2006 2007 2008 36.5 27.4 31.3 25.3 28.4 27.7 Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Konsultatif Konsultatif Konsultatif Konsultatif Konsultatif Konsultatif Sumber: Lampiran 14-15 Dari data di atas walau terjadi penurunan terhadap keuangan daerah dalam persentase tapi Kabupaten Sidoarjo masih dalam pola hubungan konsultatif di mana pola keuangan ini termasuk rendah .Di mana persentase paling rendah pada tahun 2006 di mana tahun ini Kabupaten Sidoarjo mengalami bencana LAPINDO di mana bencana ini sampai sekarang belum juga terselesaikan. Hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Sidoarjo stabil akan keuangan daerahnya di mana mampu meningkatkan atau bangkit dari keterpurukan.

4.4 Pembahasan