Tujuan PAK di Sekolah
                                                                                30
hari.  Iman  adalah  sebuah  realitas  yang  hidup,  maka  tiga  dimensi  tersebut diekspresikan  ke  dalam  tiga  kegiatan,  yaitu  iman  sebagai  keyakinan  faith  as
believing,  iman  sebagai  kegiatan  mempercayakan  faith  as  trusting  dan  iman sebagai  kegiatan  melakukan  faith  as  doing.  Ketiga  dimensi  dan  kegiatan  ini
harus ada dalam pendidikan agama Groome, 2010: 81. Menurut  Gravissimum  Educationis
yaitu pernyataan  Konsili  Vatikan  II
tentang Pendidikan Kristen tujuan PAK, tampak dalam artikel yang ada art 1-9. Dalam Artikel 2 mengatakan bahwa semua orang Kristen berhak atas pendidikan
kristen.  Alasannya  karena  telah  dilahirkan  kembali  dalam  air  dan  Roh  Kudus dibaptis.  Pendidikan  tidak  hanya  bertujuan  mematangkan  pribadi  manusia  saja
bdk.  art.  1,  melainkan  juga  bertujuan  utama  agar  orang  yang  telah  dibaptis perlahan-lahan  memahami  misteri  penyelamatan  Allah,  menyadari  anugrah-
anugrah  iman  yang  diperolehnya,  belajar  menyembah  Allah  dalam  Roh  dan kebenaran  Yoh  4:33  terutama  dalam  karya  Liturgi,  dan  kekudusan  yang  benar
Ef  4:22-24.  Konsili  mengingatkan  para  gembala  jiwa  akan  tugas  tersebut,  agar semua  orang  beriman  menikmati  pendidikan  Kristen,  terutama  angkatan  muda
yang adalah harapan gereja.
Pada  artikel  4  mengatakan  tentang  menunaikan  tugas  pendidikan  gereja mengusahakan  semua  sarana  yang  tepat,  terutama  sarana  yang  khas  yaitu,
katekese,  yang  menerangi  dan  meneguhkan  iman,  yang  mengasuh  kehidupan menurut  semangat  Kristus,  yang  mengantar  kepada  peran  serta  yang  aktif  dan
sadar  dalam  misteri  liturgi  dan  yang  merangsang  kegiatan  kerasulan.  Sarana- sarana  lain  yang  dijiwai  dengan  semangat  Gereja  yakni  warisan  umum  umat
31
manusia, alat-alat komunikasi sosial, bermacam-macam serikat untuk melatih jiwa dan raga, organisasi kaum muda, dan terutama sekolah-sekolah.
Selain  itu  dalam  artikel  7  menjelaskan  mengenai  Gereja  yang menyelenggarakan dengan tekun pendidikan moral dan agama bagi semua putra-
putrinya.  Gereja  harus  hadir  dengan  perhatian  dan  bantuan  khusus  bagi  sekian banyak  orang  yang  dididik  di  sekolah-sekolah  bukan  katolik,  baik  melalui
kesaksian  hidup  maupun  karya  kerasulan,  terutama  melalui  pelayanan  imam  dan awam yang memberikan ajaran keselamatan, sesuai dengan usia dan keadaan serta
menymbangkan  bantuan  rohani  melalui  kegiatan-kegiatan  yang  sesuai  dengan keadaan, waktu,  tempat.  Gereja mengingatkan para orang tua  akan tugas  mereka
yang  berat  untuk  mengatur  malah  menuntut  agar  para  putra-putrinya  dapat menikmati  bantuan-bantuan  itu  dan  maju  dalam  pendidikan  kristen  dengan
langkah-langkah  yang  seimbang  dengan  pendidikan  profan.  Gereja  memuji negara-negara  yang  memperhatikan  kemajemukan  masyarakat  dewasa  ini  lalu
memperhitungkan  kebebasan  agama,  serta  membantu  keluarga-keluarga  agar pendidikan anak di  semua sekolah dapat  diberikan seuai  dengan azas-azas moral
dan agama masing-masing. Kehadiran gereja di bidang persekolahan nampak dalam artikel 8 terutama
melalui  sekolah  katolik  seperti  sekolah-sekolah  lainnya,  sekolah  katolik mengusahakan  tujuan-tujuan  budaya  dan  pendidikan  manusiawi  angkatan  muda.
Tugas  sekolah  katolik  yang  khas,  yaitu:  menciptakan  lingkungan  paguyuban sekolah, yang dijiwai semangat kebebasan dan cinta kasih injili, membantu tunas
muda agar perkembangan pribadinya bertumbuh  sejalan dengan keadaan  mereka
32
berdasarkan  permandian  ciptaan  baru  dan  mengarahkan  seluruh  kebudayaan manusiawi  kepada  warta  keselamatan  sedemikian,  sehingga  pengetahuan  yang
diperoleh oleh murid tentang dunia, kehidupan dan manusia diterangi oleh iman. Konsili  mengingatkan  para  orang  tua  Katolik  akan  kewajiban  mereka  untuk
mempercayakan  anak-anaknya  kepada  sekolah-sekolah  Katolik  sekuat  tenaga serta bekerja sama dengannya demi kepentingan putra-putrinya.
Menurut kurikulum 1984, PAK di sekolah memiliki beberapa tujuan yaitu agar  murid  mampu  memahami  diri  sendiri,  sesama  dan  lingkungannya  serta
mencari  dan  membangun  hidup  yang  mendalam  seperti  yang  diwartakan  oleh Yesus Kristus dan diwujudkan serta diwartakan terus oleh umat beriman Kristiani.
Dalam PAK  Iman Kristiani  menjadi  inti pokok dan Yesus  Kristus  sendiri  adalah pusatnya.
Dalam kurikulum 1994, kurikulum ini memperhatikan keadaan lingkungan dan  kebutuhan  pembangunan  Nasional  dan  daerah.  Kurikulum  ini  dijiwai  oleh
pasal 38 no.2 Th 1989 yang menjelaskan bahwa satuan pendidikan melaksanakan kurikulum    yang  disusun  secara  nasional  dan  kurikulum  yang  disusun  sesuai
dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan.  Kurikulum  yang  disesuaikan  dengan  keadaan  dan  kebutuhan
lingkungan  itulah  yang  disebut  “Kurikulum  Muatan  Lokal”.    Kurikulum  1994 bidang  studi  agama  Katolik  amat  kuat  menekankan  komunukasi  iman,  peranan
guru  agama  di  sekolah  bukan  lagi  suatu  perkara  yang  mudah  dan  enteng. Pengetahuan  di  bidang  agama  melalui  bacaan  bermutu  yang  khusus  membahas
33
tentang  agama,  ajaran-ajaran  Gereja  sangat  perlu  bagi  seorang  agama  Katolik. Tujuannya  adalah  agar  peserta  didik  akrab  dan  terhindar  dari  keterasingan  dari
lingkungan  sendiri  serta  dapat  menolong  orang  tua  dan  dirinya  sendiri  dalam memperbaiki kehidupannya.
Kurikulum  Berbasis  Kompetensi  KBK  2004  adalah  kompetensi  yang berupa  serangkaian  keterampilan  atau  kemampuan  dasar  serta  sikap  dan  nilai
penting  yang  dimiliki  seorang  individu  setelah  dididik  dan  dilatih  melalui pengalaman  belajar  yang  dilakukan  secara  bertahap  dan  berkesinambungan.
Sasaran  utama  proses  pendidikan  umumnya  serta  proses  belajar  mengajar khususnya pada suatu jenjang sekolah SD, SLTP, dan SLTA, bukan semata-mata
menghasilkan  lulusan  yang  memiliki  pengetahuan  sebanyak-banyaknya  namun lulusan  yang memiliki serangkaian keterampilan  atau kemampuan serta  berbagai
sikap  dan  nilai  penting  yang  tidak  hanya  berguna  untuk  melanjutkan  pendidikan tetapi juga untuk hidup dan bekerja di masyarakat
Berdasarka  pernyataan  tentang  kompetensi  di  atas  maka  Pendidikan Agama  Katolik  tidak  lagi  terlalu  berorientasi  pada  materi  tetapi  lebih  pada
kompetensi, oleh karena itu seseorang dianggap kompeten apabila: a.
Mampu  menguasai  ajaran  imannya,  menginterpretasikan,  menganalisis  dan membuat  sintesis-sintesis  dari  padanya  secara  bertanggung  jawab  know
how, know why. b.
Mampu bertindak, berbuat sesuai dengan ajaran imannya know to do c.
Mampu  berprilaku  dan  berkembang  dalam  berkepribadian  sesuai  dengan ajaran imannya to be.
34
d. Dapat hidup mengumat dan memasyarakat sesuai dengan ajaran imannya to
live together. Kurikulum  2006  hadir  dengan  Kurikulum  Tingkat  Satuan  Pendidikan
KTSP  yang  dikembangkan  untuk  mencapai  tujuan  yang  jelas  dalam  materi standar belajar siswa dan pembelajaran yang berkesinambungan dalam PAK yang
menjadi  sentral  yaitu  anak  atau  siswa  sebagai  pribadi  dan  pembelajar  yang dikondisikan  secara  aktif  menjadi  subjek  yang  membangun  kesadaran  dan
pembelajarannya  sendiri  dalam  interaksi  antar  siswa,  interaksi  dengan pendamping  dan  refleksi  serta  aksi  yang  mengikutinya  atas  kondisi  real
lingkungan  pembelajaran.  Siswa-siswi  didorong,  diasuh  dan  diasah  untuk  aktif berkomunikasi,  bereksplorasi,  terampil  berefleksi  dan  berani  menyatakan  sikap
dan pendaptnya. Yang diharapkan bukan sekedar pengetahuan tentang Kitab Suci, agama  dan  ajaran  Katolik  melainkan  kompetensi  dan  keterampilan  yang  konkret
real berhadapan dengan situasi dan kondisi real lingkungan dengan begitu proses belajar mengajar dikembangkan.
Setiap  perubahan  kurikulm  memiliki  kekhasan  dalam  tujuan  dan  proses pembelajarannya.  Meskipun  kurikulum  dan  tujuan  pendidikan  selalu  berubah-
ubah tujuan khas  dari PAK tetaplah sama  yaitu  memperkembangkan iman siswa secara  utuh  dan  mendalam  bukan  semata-mata  menerima  pendidikan  di  sekolah
namun  siswa  dapat  memaknai  dan  menerapkan  dalam  diri  pribadi,  lingkungan, keluarga dan masyarakat.
Tujuan  PAK  di  sekolah  senada  dengan  Konsili  Vatikan  II  yang menegaskan bahwa sekolah Katolik merupakan suatu lembaga pendidikan dalam
35
mengembangkan  bakat,  minat  dan  kemampuan  peserta  didik  yang  tumbuh  dan berkembang  untuk  jadi  pribadi  yang  matang.  Tujuan  Pendidikan  Agama  Katolik
sendiri  yaitu  mengembangkan  diri  yang  utuh,  bertanggung  jawab,  membentuk kesadaran  sosial  dan  menyiapkan  para  peserta  ddik  untuk  mampu  menerima
kehidupan dan memaknai hidup.
                