Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

12 katekese dengan sakramen inisiasi Kristen. Hal ini kemudian dipahami sebagai hidup menggereja yang terus menerus dalam iman teristimewa pada pelajaran agama di sekolah bersama dengan pendidikan keluarga Kristen yang membina kaum muda PUK, Art. 60. Dengan demikian Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan bagian dari katekese karena PAK bertujuan untuk membantu siswa agar beriman semakin mendalam dan memiliki kesadaran untuk terlibat dalam kehidupan menggereja juga kehidupan di masyarakat.

a. Katekese sebagai Pendidikan Iman

Berdasarkan arti kata, katekese berasal dari bahasa Yunani Katechein, bentukan dari kata „Kat‟ yang berarti meluas atau pergi, dan „echo‟ yang berarti menggemakan atau menyuarakan. Dengan demikian katechein berarti perwartaan secara meluas tentang suatu berita. Pewarta Kabar Gembira yang utama dan pertama adalah Yesus Kristus. Dia mewartakan Kerajaan Allah, dan pewartaannya sebagai Kabar Gembira dirumusakan di dalam Injil PUK, Art. 34. Pewartaan kabar Gembira yang telah dimulai oleh Yesus kemudian dilanjutkan oleh murid-murid-Nya. Melalui katekese umat beriman menyampaikan kata-kata dan perbuatan Wahyu, memaklumkan dan menceritakan sekaligus memperjelas misteri yang ada di dalamnya PUK, Art. 39. Komkat KWI memberikan tekanan pada katekese yaitu sebagai komunikasi iman dari pengalaman iman dalam kehidupan sehari-hari dan dapat meneguhkan iman para peserta. Untuk itu katekese adalah pendidikan yang di 13 dalamnya terdapat pewartaan iman yang dapat saling meneguhkan iman masing- masing peserta dengan pengalaman iman yang dapat mendekatkan diri dengan Kristus yang terungkap dalam peristiwa hidup sehari-hari. Katekese sebagai pendidikan iman merupakan salah satu bentuk karya pewartaan Gereja yang bertujuan untuk membantu umat beriman agar imannya semakin mendalam dan supaya mereka semakin terlibat dalam kehidupan menggereja dan masyarakat baik sebagai pribadi maupun kelompok Adisusanto, 1995:3. Dengan demikian katekese membuat setiap orang diundang untuk bertobat, lebih mendekatkan diri dan mengimani Yesus. Pendidikan iman ini diharapkan berlangsung terus-menerus sepanjang hidup manusia di dunia.

b. Katekese sebagai Pelayanan Sabda

Pelayanan sabda adalah salah satu bentuk dari katekese. Tidak ada katekese yang benar kalau nama, ajaran, janji-janji, Kerajaan Allah, Putra Allah, Yesus dari Nasaret tidak diwartakan. Mereka yang sudah menjadi murid Kristus juga harus disuburkan dengan sabda Allah agar mereka dapat bertumbuh dalam hidup Kristiani mereka PUK, Art. 50. Katekese sebagai pelayanan sabda memiliki fungsi yaitu: 1 Dikumpulkan dan dipanggil kepada iman Fungsi ini merupakan perintah misioner Yesus yang ditujukan kepada orang-orang yang tidak beriman yaitu mereka yang memilih untuk tidak percaya, orang-orang Kristen yang ada di ambang batas hidup Kristiani dan 14 mereka yang memeluk agama-agama lain. Selain itu fungsi ini juga ditujukan kepada anak-anak dari keluarga Kristiani. 2 Inisiasi Mereka yang karena rahmat memilih untuk mengikuti Yesus kemudian diperkenalkan dengan hidup iman, liturgi dan cinta kasih Umat Allah. Untuk mencapai pada fungsi ini katekese memiliki peranan penting terutama katekese mengenai sakramen-sakramen inisiasi yang akan atau sudah diterima. Pendidikan Kristen dalam keluarga dan pelajaran agama di sekolah juga memiliki fungsi mengawali. 3 Pendidikan iman Katekese ini ditujukan bagi orang-orang Kristen yang sudah diperkenalkan oleh unsur dasar iman Kristen namun masih perlu memupuk dan memperdalam iman selama hidup. Fungsi ini dilaksanakan melalui banyak bentuk antara lain: sistematis atau kadang-kadang, individual atau komunal, diatur atau spontan. 4 Fungi Liturgis Pelayanan sabda juga mempunyai fungsi liturgis karena pelayanan sabda merupakan bagian utuh dari suatu tindakan sakral. Homili adalah bentuk pelayanan sabda yang paling penting dalam suatu liturgi. Pelayanan sabda menjadi persiapan langsung bagi penerimaan sakramen-sakramen yang berbeda, perayaan sakramental dan yang terpenting partisipasi umat beriman dalam Ekaristi, dan sebagai sarana pendidikan iman yang pertama. 15 Katekese sebagai pelayanan sabda memiliki banyak fungsi yaitu untuk pertobatan, pendidikan iman baik dalam keluarga maupun dalam lembaga- lembaga pendidikan, selain itu pelayanan sabda diberikan secara berkesinambungan guna memupuk iman dan mendewasakan iman.

c. Katekese sebagai Ilmu

Kateketik adalah teori tentang katekese, refleksi atas karya Gereja, ilmu yang mengajarkan bagaimana mewartakan ajaran Kristus kepada kaum muda dan dewasa. Kateketik adalah ilmu pendidikan agama atau ilmu bina iman, yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan pembinaan iman Telaumbanua, 2005: 6. Kateketik sebagai ilmu pendidikan agama atau ilmu bina iman telah cukup lama ditekuni, khususnya dalam hal praksis bina iman yang dinamai katekese Telambuana, 2005: 13. Sedangkan menurut Purwatma 2012: 155 ilmu kateketik adalah sebuah studi ilmiah perihal katekese dengan menggunakan metode dan sistem yang spesifik. Perkembangan paham, tujuan, model, sarana dan kedudukan katekese dalam Gereja serta hubungan katekese dengan ilmu pendidikan ikut membantu memperkembangkan ilmu kateketik sehingga umat semakin berkembang dalam iman dan penghayatan hidup akan Yesus Kristus yang menyelamatkan. 1 Objek Formal Objek formal dalam ilmu kateketik memiliki tiga aspek penting yaitu komunikasi iman, pewartaan dan pendidikan iman. a Komunikasi iman 16 Dalam PPKI II yang berlangsung di Klender Jakarta menjelaskan bahwa katekese umat adalah komunikasi iman atau tukar pengalaman iman penghayatan iman antara anggota jemaat beriman. Dalam katekese, umat dituntut untuk mampu bersaksi tentang imannya akan Yesus Kristus sebagai pola hidup umat beriman dalam Kitab Suci khususnya dalam Perjanjian Baru sebagai dasar penghayatan iman umat kristiani sepanjang hidupnya. Telambuana 2005: 86 juga mengungkapkan bahwa katekese yang menjemaat, yang berdasarkan pada situasi konkret setempat dan berpola pada Yesus Kristus adalah sumber iman yang utama menuju pada hidup Kristiani yang utuh. Katekese umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam iman yang sederajat tanpa pandang bulu untuk terus bersaksi tentang iman mereka secara terbuka ditandai sikap saling menghargai dan mendengarkan satu sama lain Telambuana, 2005: 87-88. Komunikasi iman juga diharapkan mampu membantu peserta agar menghayati imannya di dalam kenyataan hidupnya atau kebudayaan dan cara berpikirnya sendiri. Perjumpaan antara kenyataan hidup peserta dengan kekayaan iman Kristiani, membantu mereka supaya sampai pada penghayatan iman yang menyeluruh, yang membawa mereka pada kematangan atau kedewasaan iman Heryatno Wono Wulung, 2008: 50. b Pewartaan Sabda Pewartaan yang menyampaikan Wahyu kepada dunia, dilaksanakan dalam perkataan-perkataan dan perbuatan. Pelayanan sabda adalah unsur pewartaan yang fundamental. Tidak ada pewartaan yang benar kalau nama, ajaran, janji-janji, 17 Kerajaan Allah, Putra Allah tidak diwartakan. Mereka yang sudah menjadi murid Kristus juga harus disuburkan dengan sabda Allah agar mereka dapat bertumbuh dalam hidup Kristiani mereka PUK, art. 50. Katekese bukan hanya membuat orang saling berkontak satu sama lain, namun ada kemesraan dengan Yesus kristus. Mewartakan Kabar Gembira merupakan kesatuan dengan Yesus Kristus. Persatuan dengan Yesus Kristus membawa murid-murid menyatukan diri dengan segala sesuatu yang mempersatukan Yesus Kristus secara mendalam dengan Allah Bapa dan dengan Roh Kudus PUK, Art. 80.. c Pendidikan Iman Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman yang diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga dan kelompok jemaat lainnya untuk membantu peserta agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah hidup mereka, sehingga yang menjadi tujuan PAK ialah demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tenggah hidup mereka, demi kedewasaan iman dan demi kebebasan manusia Heryatno Wono Wulung, 2008: 22. Adapun titik tolak dari pendidikan iman itu sendiri yaitu proses perkembangan iman yang nampak dalam pertobatan kita sebagai umat beriman. Pertobatan merupakan kesediaan sikap dan tindakan manusia untuk mendalami hidup. Orang yang bertobat menanggalkan manusia lamanya dan mengenakan manusia baru dengan berbalik kepada Kristus Adisusanto, 1995: 11. 18 2 Objek Material Objek material ilmu kateketik adalah iman Tradisi Gereja dalam pengalaman hidup. Iman dalam Tradisi Gereja dan dalam pengalaman hidup akan diuraikan sebagai berikut: a Iman Iman merupakan tanggapan manusia terhadap sabda Allah, manusia tidak bisa bersifat pasif atau menutup diri tetapi harus memberi tanggapan dengan memutuskan sikap yang tepat dalam keseluruhan rencana keselamatan Allah Adisusanto, 1995: 3. Iman mencakup perubahan hidup, suatu pertobatan yakni perubahan budi dan hati yang mendalam, iman yang membuat seorang beriman menghayati pertobatan itu. Iman dan pertobatan muncul dari hati yakni muncul dari kedalaman pribadi manusia dan melibatkan seluruh keberadaannya melalui perjumpaan dengan Yesus Kristus dan kesetiaan kepada-Nya PUK, art.55. Telaumbanua 2005: 52 juga mengatakan “pertobatan lebih pada usaha pembaharuan diri yang terus-menerus yang dilakukan dalam seluruh proses pembangunan iman secara pribadi.” Katekese merupakan bentuk khusus yang mematangkan pertobatan awal untuk menjadikan suatu pengakuan iman yang nyata hidup dan berbuah. Permandian erat dengan pengakuan iman bersifat Tritunggal. Gereja mempermandikan “dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Orang-orang Kristen menyerahkan hidup kepada Allah Tritunggal. Katekese membantu mematangkan pengakuan iman dan pemaklumannya terdapat di dalam Ekaristi 19 menjadi penting untuk menyatukan pengakuan iman kepada Kristus akan cinta Allah dan sesama menyatakan keberadaan dan tindakan-Nya PUK, Art 82. Iman dengan mana manusia menanggapi pewartaan Injil menuntut permandian, yang didasarkan pada kehendak Kristus sendiri yang memerintahkan murid-Nya untuk menjadikan segala bangsa murid-Nya dan mempermandikan mereka, misi ini merupakan misi untuk mewartakan Kabar Gembira. Mereka yang sudah bertobat kepada Yesus Kristus dan telah dididik dalam iman melalui katekese, dengan menerima sakramen-sakramen inisiasi Kristen Permandian, Krisma dan Ekaristi dibebaskan dari kekuasaan kejahatan melalui sakramen- sakramen inisiasi Kristen PUK, Art. 65. b Pengalaman Hidup Pengalaman membangkitkan dalam diri manusia, minat, pertanyaan- pertanyaan, harapan-harapan, Kecemasan-kecemasan, perenungan dan penilaian- penilaian semuanya bertemu untuk membentuk suatu hasrat untuk mengubah eksistensinya. Adalah tugas katekese membuat orang sadar akan pengalamannya yang paling dasar, membantu mereka menilai dalam terang injil pertanyaan dan kebutuhan yang muncul dari pengalaman itu, serta mendidik hingga sampai pada suatu cara hidup yang baru yang membuat setiap pribadi sanggup bertindak dengan aktif dan penuh tanggung jawab di hadapan karunia Allah PUK, Art. 152. Pengalaman hidup peserta meliputi segala kegiatan hidup sehari-hari termasuk kegiatan rohani seperti hidup doa, perayaan iman dan devosi-devosi termasuk juga permasalah serta kesulitan, keprihatinan dan persoalan hidup yang 20 menekan seperti kekuatiran, ketakutan dan kebingungan tetapi juga kegembiraan, kebahagian, cita-cita serta pengharapan. Dengan bertitik tolak dari pengalaman hidup peserta, kegiatan pendidikan iman menjadi relevan dan sungguh menanggapi kenyataan hidup dan kebutuhan peserta karena setiap peserta memiliki pengalamannya sendiri yang diyakini maknanya dan dipahami sebagai suatu bagian penting dari rangkaian perjalanan hidup Heryatno Wono Wulung, 2008: 50.

2. Hakikat PAK di Sekolah

a. PAK di sekolah bagian dari Pendidikan Iman

Iman adalah pemberian Allah yang anugerah-Nya menyentuh inti batin seseorang dan membimbing seseorang ke arah hubungan yang hidup dengan Allah di dalam Yesus Kristus. Iman adalah “pemberian Allah” Ef. 2:8 dan “Allah yang memberi pertumbuhan” 1 Kor. 3:7. Secara kognitif iman merupakan kegiatan percaya. Para pendidik khususnya para pengajar PAK bertugas untuk mengajarkan iman yang mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperdalam dan memperluas pemahaman mengenai iman. Secara afektif iman adalah kegiatan mempercayakan yaitu mempercayakan semua pada kehendak Kristus dan mampu menanggapi undangan dengan rasa percaya bahwa Allah yang setia yang menyelamatkan oleh kuasa Roh Kudus. Pendidikan agama di sekolah harus membantu pertumbuhan spiritual yaitu membantu mendekatkan diri dengan Allah seperti memberi kegiatan doa, dengan doa membuat peserta didik merasakan kehadiran Allah memiliki rasa 21 hormat dan rasa kagum pada kebaikan yang Allah berikan Thomas Groome, 2010:109. Pendidikan iman di sekolah berlangsung secara struktur sesuai dengan perkembangan anak dan tingkatannya dengan sengaja memperkembangkan iman peserta didik secara menyeluruh sebagai tujuan utama. Dengan begitu pendidikan agama Katolik di sekolah salah satunya bertujuan memperkembangkan iman peserta didik untuk lebih mengenal Allah lewat pendidikan agama di sekolah berupa cerita ataupun kutipan kitab suci yang membawa peserta didik lebih mengenal Yesus selain membantu memperkembangkan iman membuat peserta didik memiliki nilai moral juga sikap seperti yang diteladankan Yesus sehingga dapat diterapkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

b. PAK di sekolah bagian dari Pelayanan Sabda

Pendidikan agama katolik di sekolah diberikan para pendidik yaitu guru yang memiliki peran penting dalam melayani dan mengajar peserta didik di sekolah. Secara khusus pendidikan agama harus mempresentasi Yesus ketika melayani peserta didik dengan pelayanan sabda yang berkenaan dengan inkarnasi Thomas Groome, 2010:390. Merepresentasikan Yesus karena “ Dia yang memberikan rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita Injil, gembala-gembala dan pengajar-pengajar untuk melengkapi orang beriman bagi pekerjaan pelayanan dalam membangun Tubuh Kristus” Ef. 4:11-12. Para pendidik atau guru memiliki jabatan mengajar yaitu memberikan pelayanan sabda dengan memberitakan Injil, dari Injil diharapkan tidak berhenti 22 disitu saja namun para pendidik perlu membawa peserta menuju perwujudan nyata yang konkrit dalam hidup. Misalnya pelayanan sabda memberitakan Injil mengenai sikap saling mengasihi tidak hanya diwartakan saja namun perlu diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari seperti saling mengasihi dengan teman, tetangga atau toleransi antar umat beragama. Pelayanan sabda dalam pendidikan agama di sekolah tidak hanya berkotbah menyampaikan firman akan tetapi membentuk peserta didik hidup sesuai dengan ajaran Kristus yang mampu mewujudkan tindakan konkrit dalam hidup sehari-hari. Selain itu para pendidik harus mampu membuat peserta didik mengenal Allah dan menghadirkan Allah yang menyelamatkan dalam diri peserta didik. Oleh karena itu pendidik dan peserta didik memiliki peran penting yang saling membutuhkan dan meneguhkan dalam pendidikan agama katolik di sekolah khususnya seorang pendidik yang memiliki kewajiban memberikan pelayanan sabda kepada peserta didik, pendidik juga berperan sebagai seorang fasilitator yang menuntun peserta didik dalam pembentukan iman yag terus menerus dalam hidup sesuai sabda.

c. PAK di Sekolah bagian dari Ilmu Katekese

Pendidikan Agama Katolik bila dilihat dalam arti sempit adalah pendidikan agama yang bertujuan agar peserta didik memiliki pandangan Kristiani dalam kehidupa sehari-hari dan berkembang terus menerus menjadi pribadi yang beriman . 23 Dalam sidang PKKI di Klender mengatakan tentang katekese sebagai komunikasi iman yaitu proses tukar menukar pengalaman iman dari satu peserta kepada yang lainnya. Dari proses tersebut peserta mendapatkan ilmu dan pengetahuan berupa pengalaman yang berguna bagi pengetahuan imannya. Dengan sharing pengalaman iman kita mendapat ilmu yang bisa meneguhkan iman dan meneguhkan iman sebagai seorang Kristiani. Dengan demikian pendidikan agama Katolik di sekolah adalah bagian dari ilmu katekese yang baik karena didalamnya terdapat praktek keagamaan pendidikan agama Katolik secara khusus. Jadi Pendidikan agama katolik di sekolah sebagai ilmu yang mampu menghantar peserta didik memahami pendidikan Kristiani lewat komunikasi iman. Dari proses komunikasi iman peserta didik menunjukan dirinya sebagai seorang Kristiani yang sejati karena dorongan timbul dari dalam diri bukan dari luar, dorongan untuk semakin beriman kepada Kristus dan bertindak sesuai ajaran Kristiani. Pendidikan agama Katolik di sekolah adalah tujuan yang sesungguhnya dari proses belajar mengajar yang mampu membentuk kepribadian peserta didik yang menyeluruh menuju sosok pribadi yang berkembang dan semakin beriman.

3. PAK di Sekolah bagian dari Pendidikan Nasional

Pancasila pada sila pertama menegaskan tentang Ketuhanan Yang Maha Esa yaitu negara menghormati Tuhan sebagai Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta. Maka dalam pendidikan hidup beriman dalam konteks sekolah sangat penting diberikan karena memperkembangkan iman dan kepercayaan anak 24 pada Tuhan. Dengan diberikan pendidikan agama di sekolah dapat memberikan pendekatan pada anak sekaligus mendekatkan diri anak dengan Tuhan selain itu menjadi bekal budi pekerti dan akhlak ana-anak. Pendidikan merupakan sarana yang paling utama dan penting dalam hidup, karena dengan pendidikan dapat menjadikan masyarakat memiliki kualitas dalam menjalani kehidupan. Karena pentingnya pendidikan maka negara membuat Undang-undang Dasar 1945 yang berisi berbagai hal mengenai peraturan negara salah satunya menyelenggarakan sistem pendidikan nasional. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pemerintah telah menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan bakat peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis, serta bertanggung jawab. Di dalam Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama yaitu: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menj adi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” Pasal 3 UU RI No 20 2003. 25 Jadi jelaslah pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja agar anak didik memiliki sikap dan kepribadian yang baik, sehingga penerapan pendidikan harus diselenggarakan sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan UU No 20 2003. Menurut UU RI no 20 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional jenis pendidikan dilaksanakan dalam rangka memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan ke perguruan tinggi. Untuk itu agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan karena sebagai pegangan dlam mewujudkan hidup yang memiliki nilai yang bermakna. Sehingga pendidikan agama sangat penting diberikan pada anak baik itu dalam lingkungan keluarga maupun di sekolah. Dengan pendidikan agama di sekolah membuat peserta didik beriman memiliki spiritual dan akhlak yang sesuai dengan ajaran agama. Pendidikan dilakukan secara berkesinambungan sesuai dengan ajaran Gereja Katolik dengan tetap memiliki toleransi dengan umat beragama lain sehingga tercipta persaudaraan dan persatuan nasional. Dengan begitu Pendidikan Agama Katolik di sekolah meruoakan salah satu bentuk usaha untuk memampukan peserta agar dapt menghayati kehadiran Allah, menanggapi panggilan Allah dan mendekatkan diri dengan Allah sehingga dapat diterapkan dalam hidup sehari-hari. Dengan PAK di sekolah membuat peserta semakin menghayati imannya dan mendewasakan iman peserta. 26

B. Konteks PAK di Sekolah

Dalam konteks PAK di Sekolah terdapat beberapa elemen penting yaitu keluarga, masyarakat, Gereja dan sekolah, keempat hal tersebut menjadi penting karena memiliki hubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam konteks sosial membantu memperkembangkan kepribadian dan hati nurani, memberikan rasa aman, memberi semangat dan arah yang jelas dalam hidup pribadi masing-masing peserta. Bila satu sama lain saling bersinergi dan bekerjasama dengan baik akan membentuk pendidikan yang utuh dan kontekstual Heryatno Wono Wulung, 2008: 39. 1. Sosialisasi Menjadi Manusia yang Matang Sosialisasi merupakan proses yang panjang dan membutukan waktu lama dimana seseorang memasukan diri dan dimasukan dalam etos hidup bersama. Dalam proses tersebut manusia menghadapi pengaruh konteks sosial yang berupa tatanan hidup, nilai yang dianut, corak tingkah laku yang diharapkan dan lain sebagainya Heryatno Wono wulung, 2008:41. Sosialisasi memerlukan waktu yang lama karena didalamnya manusia harus berinteraksi dalam berbagai hal dalam lingkungan, masyarakat, budaya dan dengan sesama. Dalam komponen yang bersamaan tersebut saling mempengaruhi dan memperkembangkan. Dalam lingkungan sekolah anak belajar besosialisasi dengan teman, guru, adik kelas, kakak kelas maupun lingkungan sekolahnya. Jika anak tersebut dapat bersosialisasi dengan baik maka akan mempengaruhi hal baik dalam dirinya dan membawa dampak yang baik juga dalam hidup pribadinya, 27 pendidikan, pergaulan maupun dengan teman di seolahnya. Sosialisasi memiliki dampak besar dalam hidup karena memberikan hasil yang positif dan memperkembangkan manusia menjadi pribadi yang dewasa dan matang. 2. Sosialisasi Menuju Manusia yang Beriman dan dewasa Menjadi manusia Kristiani yang mantap dan dewasa sejajar dengan sosialisasi menuju manusia yang matang, kita perlu berinteraksi dengan sesama dan jemaat lainnya Heryatno Wono Wulung, 2008:46. Iman kita dibentuk dan dilkembangkan melalui interaksi tersebut. Pendidikan Agama Katolik di sekolah bertitik tolak pada kebutuhan peserta didik dengan memperhatikan peserta didik mampu menuntun dan mengarahkan untuk menjadi manusia Kristiani yang beriman. 3. Pendekatan Dialektis dalam Proses Sosialisai Proses sosialisasi dlam Pendidikan agama Katolik membutuhkan proses edukasi yang kritis yang memiliki hubungan dialektis antara jemaat satu dan lainnya. Yang diperlukan tidak saja hanya perubahan namun mampu menyesuaikan diri, menginternalisasi nilai, pandangan hidup yang sudah lama dimiliki. Maka dari itu pendidikan Agama Katolik adalah proses sosialisasi dan edukasi yang kritis dan bernilai emansipatif. Dialektika mendorong Gereja untuk bersikap kritis pada dirinya dan tatanan hidup masyarakat. Pendidikan Agama Katolik di sekolah membutuhkan komunitas iman yang kritis yang dapat membantu peserta didik tidak hanya memperkebangkan dirinya 28 sendiri namun memperkembangkan seluruh segi sosial yang bertolak dari kenyataan hidup peserta sehingga membantu mendewasakan dan memperkembangkan imannya bukan hanya segi kognitif namun sikap dan tindakan bagi masyarakat dan sesama.

C. Tujuan PAK di Sekolah

PAK di Sekolah pada dasarnya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup beriman berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan kepercayaan Komkat KWI,2007: 7. Heryatno 2008:25 mengatakan bahwa pada hakekatnya tujuan PAK yaitu, demi terwujudnya Kerajaan Allah, iman yang selalu berkembang. 1. Demi Terwujudnya Kerajaan Allah Tujuan orang memeluk agama adalah untuk mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat. Agama Katolik juga menawarkan kebahagian di dunia dan di surga. Terciptanya kebahagian di dunia dan di surga ini dalam bahasa Katolik di istilahkan terciptanya Kerajaan Allah yaitu jika Allah sudah meraja maka di situ akan tercipta suatu kebahagian. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah