dibandingkan dengan penggunaan jumlah LDL kolesterol 130 mgdL sebagai nilai batas Utami, 2012.
4. Suprailiac Skinfold Thickness
Nilai rata-rata
suprailiac skinfold thickness
pada responden pria sebesar 27,9 mm dengan SD sebesar ±14,4. Dari uji normalitas data
suprailiac skinfold
thickness
pada responden pria, diperoleh nilai p= 0,2 dan gambar 11 menunjukkan histogram yang simetris sehingga data
suprailiac skinfold thickness
pada responden pria dapat dikatakan terdistribusi normal.
Gambar 11. Histogram Distribusi
Suprailiac Skinfold Thickness
Responden Pria
Nilai rata-rata
suprailiac skinfold thickness
pada responden wanita sebesar 18,1 dengan SD sebesar 7,2. Dari uji normalitas data
suprailiac skinfold thickness
yang dilakukan pada responden wanita, diperoleh nilai p=0,2 dan gambar 12 menunjukkan histogram yang simetris sehingga dapat dikatakan bahwa data
suprailiac skinfold thickness
pada responden wanita terdistribusi normal.
Gambar 12. Histogram Distribusi
Suprailiac Skinfold Thickness
Responden Wanita
Suprailiac skinfold thickness
merupakan tebal lipatan kulit yang diperoleh dengan mengukur 2 cm dari bagian atas tulang panggul dengan posisi
pengambilan miring 45º. Nilai
suprailiac skinfold thickness
dikatakan tinggi jika 17,9 mm pada pria dan 19,8 mm pada wanita Junior,
et al
., 2010. Berdasarkan hasil penelitian, nilai rata-rata
suprailiac skinfold thickness
pada responden pria adalah tinggi dan nilai rata-rata
suprailiac skinfold thickness
pada responden wanita adalah normal.
5. Body Fat Percentage
Nilai rata-rata
body fat percentage
pada responden pria sebesar 22 dengan SD ±8,5. Nilai
body fat percentage
terkecil pada penelitian ini yaitu 4,8 dan nilai
body fat percentage
terbesar pada penelitian ini yaitu 34,9. Nilai rata- rata
body fat percentage
termasuk dalam kategori cukup tinggi. Nilai
body fat percentage
terkecil pada penelitian ini termasuk dalam kategori sangat rendah dan nilai
body fat percentage
terbesar dalam penelitian ini termasuk kategori tinggi.
Dari uji normalitas yang dilakukan, diperoleh nilai p=0,195 yang menunjukkan bahwa data
body fat percentage
pada responden pria terdistribusi normal. Normalitas data juga didukung dengan gambar histogram yang simetris dan tidak
terlalu condong ke kiri atau ke kanan gambar 13.
Gambar 13. Histogram Distribusi
Body Fat Percentage
Responden Pria
Nilai rata-rata
body fat percentage
pada responden wanita sebesar 26,6 dengan SD ±5. Nilai
body fat percentage
terkecil pada penelitian ini yaitu 14,90 dan nilai
body fat percentage
terbesar pada penelitian ini yaitu 39,7. Nilai rata- rata
body fat percentage
termasuk dalam kategori cukup tinggi. Nilai
body fat percentage
terkecil pada penelitian ini termasuk dalam kategori optimal dan nilai
body fat percentage
terbesar dalam penelitian ini termasuk kategori tinggi. Dari uji normalitas data
body fat percentage
, didapat nilai p=0,2 yang menunjukkan bahwa data
body fat percentage
terdistribusi normal. Normalitas data juga didukung dengan gambar histogram distribusi data
body fat percentage
yang simetris dan tidak terlalu condong ke kiri atau ke kanan gambar 14.
Gambar 14. Histogram Distribusi
Body Fat Percentage
Responden Wanita
Peningkatan konsumsi makanan tinggi lemak dapat dikaitkan dengan hiperlipidemia. Studi yang dilakukan pada manusia menunjukkan bahwa
konsumsi makanan tinggi lemak menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total, penurunan kadar HDL, dan peningkatan rasio kolesterol totalHDL. Hal ini
diyakini sangat berkorelasi terhadap
body fat percentage
. Sebagai contoh, telah ditunjukkan bahwa pada individu yang obesitas memiliki kolesterol yang lebih
tinggi daripada individu non-obesitas dan kelebihan
body fat percentage
ini berkorelasi signifikan dengan produksi kolesterol sehari-hari Uranga
and
Keller, 2010.
6. Kolesterol Total