Korelasi Body Fat Percentage terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma.

(1)

xvi INTISARI

Antropometri merupakan metode pengukuran yang menggambarkan ukuran, berat, dan proporsi tubuh manusia. Salah satu pengukuran antropometri berupa pengukuran skinfold thickness dan hasilnya dapat dikonversi dalam bentuk

body fat percentage. Individu dengan body fat percentage yang tinggi dapat menggambarkan tingginya kadar trigliserida dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara body fat percentage terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini termasuk observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional menggunakan sistem non-random sampling jenis

purposive sampling. Penelitian ini melibatkan 125 mahasiswa dan mahasiswi yang masih aktif di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengukuran yang dilakukan yaitu abdominal, suprailiac, dan tricep skinfold thickness yang dikonversi menjadi body fat percentage. Analisis statistik komparatif menggunakan uji Mann-Whitney dan analisis korelasi menggunakan

Spearman dengan taraf kepercayaan 95 %.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif yang bemakna antara abdominal, suprailiac, dan tricep skinfold thickness terhadap kadar trigliserida dengan kekuatan korelasi lemah pada mahasiswa, sedangkan pada mahasiswi menunjukkan terdapat korelasi positif yang bermakna dengan kekuatan sedang untuk abdominal dan suprailiac skinfold thickness dan kekuatan korelasi lemah untuk tricep skinfold thickness terhadap kadar trigliserida. Kesimpulan penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang bermakna antara body fat percentage terhadap kadar trigliserida dengan kekuatan korelasi lemah pada mahasiswa dan kekuatan korelasi sedang pada mahasiswi.


(2)

xvii ABSTRACT

Anthropometry is a method of measurement that describe the size, weight, and proportions of the human body. One of the anthropometric measurements can be a measurement of skinfold thickness and the result can be converted into a form of body fat percentage. An individual with a high body fat percentage describes a high amount of triglyceride in the body. This study aims to determine the correlation between the body fat percentage on the levels of triglyceride among male and female students of Campus III Sanata Dharma University.

This study was an analytical observation cross sectional study design using non-random sampling technique belongs to purposive sampling. This study included 125 male and female active students of Campus III Sanata Dharma University Yogyakarta. Measurements parameters used were abdominal, suprailiac, and tricep skinfold thickness, which will be converted into the body fat percentage. Comparative statistical analysis used Mann-Whitney test and correlation statistical analysis used Spearman with 95% confidence levels.

The result showed that there is significant positive correlation between abdominal, suprailiac, and tricep skinfold thickness on the levels of triglyceride with the weak correlation for male students, whereas for female students showed the significant positive correlation at abdominal and suprailiac skinfold thickness with the average correlation and weak correlation at triceps skinfold thickness on the levels of triglyceride. The conclusion of the study showed the significant positive corelation between body fat percentage on the levels of trigyceride with weak correlation for male students and average correlation for female students. Keyword: skinfold thickness, body fat percentage, and levels of triglyceride


(3)

KORELASI BODY FAT PERCENTAGE TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA MAHASISWA DAN MAHASISWI KAMPUS III

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Danny Trias Prisnanda NIM : 098114009

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

KORELASI BODY FAT PERCENTAGE TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA MAHASISWA DAN MAHASISWI KAMPUS III

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Danny Trias Prisnanda NIM : 098114009

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

Try to get what you want and be thankful with what you've got

God created the world out of nothing and as long as we are nothing,

He can make something out of us. ~ Martin Luther

Karya ini kupersembahkan untuk :

Allah SWT atas segalanya di hidupku

Bapak, mama, kakak dan adikku

Kalian yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan kasih sayang

Teman-temanku seperjuangan

Almamaterku


(8)

(9)

(10)

vii PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan berkatNya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul “Korelasi Body Fat Percentage Terhadap Kadar Trigliserida Pada

Mahasiswa dan Mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma” ini dengan

baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang berupa materil, moral maupun spiritual. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK selaku dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan, arahan, dukungan dan masukan selama penyusunan skripsi ini. 2. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt, selaku dosen penguji atas segala masukan

dalam skripsi ini.

3. Ipang Djunarko M.Sc., Apt selaku dosen penguji atas segala masukan dalam skripsi ini.

4. Laboratorium Parahita yang telah membantu peneliti dalam pengukuran profil lipid dalam darah.

5. Bagian Rumah Tangga Universitas Sanata Dharma yang menyediakan tempat serta perlengkapan pelaksana penelitian.


(11)

viii

6. Mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma yang telah ikut serta dalam penelitian ini.

7. Bapak Soewanto dan Mama Prihatinningsih selaku orang tua yang telah banyak memberi dukungan, motivasi, kasih sayang, dan doa selama penyusunan skripsi ini.

8. Helena Angelina Kurniawan atas segala doa, dukungan, dan semangat, serta bersedia menemani hari-hari dari rangkuman waktu penulis.

9. Novi Kiswanto, Kusniar Sri Rahmini, Hayu Ajeng Anggana Raras, Amelia Felicia Cornelius Putri, Fransiska Anggita Kusumasari, Arnoldus Yansen Nama Hada, Silvia Dwita Ristiana, Yosin Guruh Herawati, Lidya Dinda Dwi Dasanthi, Listya Purbarini, Bernadhea Wikan Pangesti, Diah Intan Sari yang merupakan rekan peneliti dalam penelitian ini, yang telah membantu peneliti dalam penelitian serta bersama-sama dalam suka dan duka menjalankan penelitian.

10.Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2009, khususnya teman-teman FKK-A 2009 dan teman-teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan semangat kepada peneliti dalam penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan di kemudian hari.


(12)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... PRAKATA ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... INTISARI ...

ABSTRACT ... BAB I PENGANTAR ... A. Latar Belakang ... 1. Perumusan masalah ... 2. Keaslian penelitian ... 3. Manfaat penelitian ... B. Tujuan Penelitian ...

Halaman i ii iii iv v vi vii ix xiii xiv xv xvi xvii 1 1 5 6 8 9


(13)

x

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... A. Metode Antropometri ... 1. Abdominal, suprailiac, tricepskinfold thickness ... B. Trigliserida ... C. Landasan Teori ... D. Hipotesis ... BAB III METODE PENELITIAN ...

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... B. Variabel Penelitian ... C. Definisi Operasional ... D. Subjek Penelitian ... E. Lokasi Penelitian ... F. Ruang Lingkup Penelitian ... G. Teknik Sampling ... H. Instrumen Penelitian ... I. Tata Cara Penelitian ...

1. Observasi awal ... 2. Permohonan izin dan kerja sama ... 3. Pembuatan leaflet dan informed consent ... 4. Pencarian subjek penelitian ... 5. Validitas dan reabilitas instrumen penelitian ... 6. Pengukuran parameter ... 7. Pengolahan data ...

10 10 14 15 18 20 21 21 21 22 24 26 26 28 28 29 29 29 30 31 32 32 33


(14)

xi

8. Teknik analisis data statistik ... 9. Pembagian hasil pemeriksaan ... J. Kesulitan Penelitian ... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... A. Karakteristik Subjek Penelitian ...

1. Usia ... 2. Body fat percentage ... 3. Abdominal skinfold thickness ... 4. Suprailiac skinfold thickness ... 5. Tricep skinfold thickness ... 6. Trigliserida... B. Perbandingan Body Fat Percentage, Abdominal, Suprailiac,

dan Tricep Skinfold Thickness Terhadap Kadar Trigliserida... 1. Perbandingan rerata body fat percentage terhadap kadar

trigliserida ... 2. Perbandingan rerata abdominal skinfold thickness terhadap

kadar trigliserida ... 3. Perbandingan rerata suprailiac skinfold thickness terhadap

kadar trigliserida ... 4. Perbandingan rerata tricep skinfold thickness terhadap

kadar trigliserida ... C. Korelasi Body Fat Percentage, Abdominal, Suprailiac, dan

Tricep Skinfold Thickness terhadap Kadar Trigliserida…...

34 35 35 36 36 37 38 39 40 42 43 44 45 47 49 51 55


(15)

xii

1. Korelasi body fat percentage terhadap kadar trigliserida ... 2. Korelasi abdominal skinfold thickness terhadap kadar

trigliserida ... 3. Korelasi suprailiac skinfold thickness terhadap kadar

trigliserida ... 4. Korelasi tricep skinfold thickness terhadap kadar

trigliserida ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... A. Kesimpulan ... B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... BIOGRAFI PENULIS ...

55

58

60

62 67 67 67 68 73 139


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I Klasifikasi Kadar Trigliserida ... Tabel II Standar Body Fat Percentage ... Tabel III Standar Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness ... Tabel IV Standar Pengukuran Suprailiac Skinfold Thickness ... Tabel V Standar Pengukuran Tricep Skinfold Thickness ... Tabel VI Klasifikasi Serum Trigliserida ... Tabel VII Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan

Korelasi (r) ... Tabel VIII Karakteristik Subjek Penelitian ... Tabel IX Perbandingan Antara Body Fat Percentage terhadap Kadar

Trigliserida ... Tabel X Perbandingan Antara Abdominal Skinfold Thickness

terhadap Kadar Trigliserida ... Tabel XI Perbandingan Antara Suprailiac Skinfold Thickness

terhadap Kadar Trigliserida ... Tabel XII Perbandingan Antara Tricep Skinfold Thickness terhadap Kadar Trigliserida ... Tabel XIII Korelasi Body Fat Percentage, Abdominal, Suprailiac,

Tricep Skinfold Thickness terhadap Kadar Trigliserida ...

Halaman 16 23 23 24 24 24 34 36 45 48 50 52 55


(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 SkinfoldCaliper ... Gambar 2 Letak Tempat Pengukuran Skinfold Thickness ... Gambar 3 Skema Pengambilan Subjek Penelitian ... Gambar 4 Histogram Distribusi Usia ... Gambar 5 Histogram Distribusi Body Fat Percentage ... Gambar 6 Histogram Distribusi Abdominal Skinfold Thickness ... Gambar 7 Histogram Distribusi Suprailiac Skinfold Thickness ... Gambar 8 Histogram Distribusi Tricep Skinfold Thickness ... Gambar 9 Histogram Distribusi Kadar Trigliserida ... Gambar 10 Diagram Sebar Korelasi Body Fat Percentage terhadap

Kadar Trigliserida ... Gambar 11 Diagram Sebar Korelasi Abdominal Skinfold Thickness

terhadap Kadar Trigliserida ... Gambar 12 Diagram Sebar Korelasi Suprailiac Skinfold Thickness

terhadap Kadar Trigliserida ... Gambar 13 Diagram Sebar Korelasi Tricep Skinfold Thickness

terhadap Kadar Trigliserida ... Gambar 14 Kalibrasi Skinfold Caliper………

Halaman 11 14 25 37 39 40 41 42 44 56 59 61 63 90


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ... Lampiran 2 Ethical Clearence ... Lampiran 3 Informed Consent ... Lampiran 4 Surat Peminjaman Ruangan ... Lampiran 5 Form Data Subjek Penelitian ... Lampiran 6 Leaflet ... Lampiran 7 Data Validasi Alat ... Lampiran 8 Prosedur Pemeriksaan Trigliserida ... Lampiran 9 Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... Lampiran 10 Foto Instrumen Penelitian ... Lampiran 11 Data Statistik ...

Halaman 74 75 76 77 78 79 81 82 89 90 91


(19)

xvi INTISARI

Antropometri merupakan metode pengukuran yang menggambarkan ukuran, berat, dan proporsi tubuh manusia. Salah satu pengukuran antropometri berupa pengukuran skinfold thickness dan hasilnya dapat dikonversi dalam bentuk

body fat percentage. Individu dengan body fat percentage yang tinggi dapat menggambarkan tingginya kadar trigliserida dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara body fat percentage terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini termasuk observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional menggunakan sistem non-random sampling jenis

purposive sampling. Penelitian ini melibatkan 125 mahasiswa dan mahasiswi yang masih aktif di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengukuran yang dilakukan yaitu abdominal, suprailiac, dan tricep skinfold thickness yang dikonversi menjadi body fat percentage. Analisis statistik komparatif menggunakan uji Mann-Whitney dan analisis korelasi menggunakan

Spearman dengan taraf kepercayaan 95 %.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif yang bemakna antara abdominal, suprailiac, dan tricep skinfold thickness terhadap kadar trigliserida dengan kekuatan korelasi lemah pada mahasiswa, sedangkan pada mahasiswi menunjukkan terdapat korelasi positif yang bermakna dengan kekuatan sedang untuk abdominal dan suprailiac skinfold thickness dan kekuatan korelasi lemah untuk tricep skinfold thickness terhadap kadar trigliserida. Kesimpulan penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang bermakna antara body fat percentage terhadap kadar trigliserida dengan kekuatan korelasi lemah pada mahasiswa dan kekuatan korelasi sedang pada mahasiswi.


(20)

xvii ABSTRACT

Anthropometry is a method of measurement that describe the size, weight, and proportions of the human body. One of the anthropometric measurements can be a measurement of skinfold thickness and the result can be converted into a form of body fat percentage. An individual with a high body fat percentage describes a high amount of triglyceride in the body. This study aims to determine the correlation between the body fat percentage on the levels of triglyceride among male and female students of Campus III Sanata Dharma University.

This study was an analytical observation cross sectional study design using non-random sampling technique belongs to purposive sampling. This study included 125 male and female active students of Campus III Sanata Dharma University Yogyakarta. Measurements parameters used were abdominal, suprailiac, and tricep skinfold thickness, which will be converted into the body fat percentage. Comparative statistical analysis used Mann-Whitney test and correlation statistical analysis used Spearman with 95% confidence levels.

The result showed that there is significant positive correlation between abdominal, suprailiac, and tricep skinfold thickness on the levels of triglyceride with the weak correlation for male students, whereas for female students showed the significant positive correlation at abdominal and suprailiac skinfold thickness with the average correlation and weak correlation at triceps skinfold thickness on the levels of triglyceride. The conclusion of the study showed the significant positive corelation between body fat percentage on the levels of trigyceride with weak correlation for male students and average correlation for female students. Keyword: skinfold thickness, body fat percentage, and levels of triglyceride


(21)

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Antropometri merupakan metode pengukuran yang dapat menggambarkan ukuran, berat, dan proporsi tubuh manusia (Company, 1995). Antropometri digunakan untuk pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2002). Pengukuran antropometri terdiri dari dua tipe yaitu pertumbuhan dan ukuran komposisi tubuh yang terbagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang bebas lemak (Narendra, 2004). Salah satu pengukuran antropometri ini berupa pengukuran terhadap tebal lipatan kulit atau skinfold thickness. Ketebalan lipatan yang diukur merupakan lemak yang berada di bawah kulit (jaringan adiposa subkutan) (Quinn, 2010). Metode antropometri dengan teknik skinfold merupakan salah satu alternatif yang paling sering digunakan untuk memprediksi persentase lemak tubuh karena relatif murah dan mudah pelaksanannya serta tidak berdampak negatif terhadap subjek yang diperiksanya, selain itu pengukuran skinfold juga dapat menilai ukuran lemak subkutan secara spesifik (Sudibjo, 2005; Yu, 2008). Skinfold thickness

sangat terkait dengan kegemukan tubuh dan merupakan prediktor yang sangat baik untuk melihat kondisi kesehatan seseorang (Ayvaz, Kilinc, Aysenur and

Cakal, 2011).

Pengukuran skinfold thicknees diukur pada bagian sisi kiri tubuh dan dilakukan dengan menggunakan skinfold caliper, alat ini digunakan untuk mengukur lemak subkutan pada daerah ekstremitas dan batang tubuh. Dasar


(22)

pemikiran yang digunakan dalam pengukuran ini adalah bahwa 50% lemak tubuh total terdapat di subkutan (Budiman, 2008; Tresaco, et al, 2009). Keakuratan pengukuran dengan menggunakan skinfold caliper dipengaruhi oleh tekanan pada kulit. Pengukuran tebal lemak subkutan digunakan untuk memprediksi densitas tubuh seseorang (Demura and Sato, 2007). Pengukuran skinfold thickness apabila dilakukan oleh pengukur terlatih dan terampil, pengukuran lipatan kulit ini 98% akurat terhadap lemak tubuh. Penting untuk menemukan ahli yang berkualitas untuk melakukan pengukuran ini. Keakuratan tes ini mungkin juga tergantung pada jenis skinfold caliper yang digunakan. Hasil beberapa pengukuran skinfold thickness akan dikonversi menjadi angka dalam bentuk persentase lemak tubuh (body fat percentage) menurut usia dan jenis kelamin seseorang (Quinn, 2010).

Body fat percentage merupakan perbandingan berat lemak tubuh dibandingkan dengan total berat penyusun tubuh lainnya, seperti lemak, otot, tulang, dan air. Metode skinfold thickness dipilih untuk perhitungan body fat percentage karena metode ini spesifik hanya mengukur satu jenis lemak, yakni jaringan adiposa subkutan (lemak di bawah kulit) (Durnin and Womersley, 2007). Pengukuran skinfold thickness dapat dilakukan dengan menggunakan dua sampai dengan tujuh tempat yang berbeda pada tubuh, di antaranya tricep, bicep, subscapular, abdominal, gluteo, femoral, dan suprailiac (Budiman, 2008).

Abdominal, bicep, dan tricep merupakan bagian yang banyak menggambarkan lemak yang disimpan dalam tubuh, sehingga lebih mudah untuk diukur (Hume


(23)

Dale and Federman (2003) menyatakan bahwa distribusi jaringan lemak subkutan abdominal pada pria cenderung lebih banyak dibandingkan pada wanita, sedangkan distribusi jaringan lemak subkutan pada wanita cenderung lebih banyak pada bagian panggul. Peningkatan jaringan adiposa khususnya pada area abdominal dapat menyebabkan peningkatan kadar trigliserida, sehingga meningkatkan risiko abnormalitas metabolik dan menjadi faktor risiko diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular, termasuk hipertensi, artritis dan kanker (Moyad, 2004; National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), 2007). Pengukuran tricep skinfold thickness dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi tingkat obesitas, untuk mengukur akumulasi lemak tubuh, dan perkiraan penyimpanan lemak tubuh seseorang (Buchman, 2004; Deurenberg and

Deurenberg, 2002; Robbin and Cotran, 2010). Akurasi pengukuran skinfold thickness dipengaruhi oleh ketegangan kulit di dalam jaringan adiposa. Hal ini menunjukkan kemungkinan bahwa ketepatan dalam pengukuran skinfold caliper

akan berbeda berdasarkan lokasi tempat pengukuran. Pengaruh peningkatan ketebalan lemak subkutan pada kesalahan pengukuran lebih kecil di abdominal

dan suprailiac skinfold thickness dibandingkan dengan lokasi lain. Abdominal dan suprailiac skinfold thickness secara akurat dapat memperkirakan kepadatan lemak tubuh seseorang (Demura and Sato, 2007).

Menurut Dolson (2011), selama periode waktu tertentu, kalori yang masuk melalui makanan lebih banyak dari pada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh dan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak. Trigliserida dalam tubuh akan disimpan di jaringan


(24)

adiposa di bawah kulit atau di rongga perut sebagai cadangan makanan. Bila trigliserida yang disimpan semakin banyak dan berlebihan dapat memperbesar kemungkinan terjadinya obesitas. Hubungan antara obesitas dengan trigliserida ditunjukkan dengan kelebihan lemak terutama trigliserida yang disimpan sebagai cadangan energi dan jumlahnya paling banyak di jaringan adiposa (Guyton and

Hall, 2006).

Trigliserida yang terakumulasi di jaringan adiposa menyebabkan sel lemak bertambah besar dan mengalami proliferasi, yang mengarah pada obesitas karena sel lemak semakin banyak dan terakumulasi pada jaringan tubuh (Dale and

Federman, 2003). Peningkatan kadar trigliserida dalam darah disebut hipertrigliseridemia. Hipertrigliseridemia merupakan salah satu komponen sindrom metabolik dan merupakan faktor risiko terhadap aterosklerosis serta penyakit kardiovaskular (Brunzell, 2007; Mendis, Puska, and Norrving, 2011). Brunzell (2007) mengungkapkan bahwa kadar trigliserida dapat digunakan sebagai prediktor penyakit jantung. Proses dari sindrom metabolik dimulai sejak dini pada awal kehidupan, kemudian pada masa kanak-kanak hingga ke masa pubertas dan dewasa. Gejala dari sindrom metabolik ini tidak tergantung dari usia (Budiman, 2008).

National Cholesterol Educational Program Adult Treatment Panel III

(2002) merekomendasikan pengujian untuk profil lipid dimulai pada usia sekitar 20 tahun. Meskipun risiko penyakit kardiovaskular relatif jarang terjadi pada usia dewasa muda, namun laju perkembangan penyakit kardiovaskular maupun aterosklerosis pada usia dewasa muda terbukti berkolerasi dengan faktor risiko.


(25)

Studi prospektif jangka panjang lebih lanjut melaporkan bahwa peningkatan serum kolesterol pertama kali teramati pada orang dewasa muda, hal ini kemudian dapat memprediksi penyakit kardiovaskular dini pada tingkat yang lebih tinggi di usia menengah (32-34 tahun). Dengan demikian, pengendalian faktor risiko pada orang dewasa muda merupakan tujuan untuk pencegahan dini.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anastasia (2010) menyatakan bahwa terdapat korelasi positif dengan kekuatan lemah pada BMI dan tricep skinfold thickness terhadap kadar trigliserida dengan responden adalah staf pria Universitas Sanata Dharma. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Poerwowidjojo (2011) menyatakan bahwa terdapat korelasi positif bermakna dengan kekuatan sedang antara BMI terhadap kadar trigliserida dan korelasi positif bermakna dengan kekuatan korelasi lemah antara abdominal skinfold thickness terhadap kadar trigliserida dengan responden staf wanita Universitas Sanata Dharma. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai korelasi antara body fat percentage terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa dan mahasiswi sehat di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

1. Perumusan masalah

Apakah terdapat korelasi positif bermakna antara body fat percentage


(26)

2. Keaslian penelitian

Berdasarkan hasil pencarian informasi dan sepanjang pengetahuan peneliti terkait pada penelitian mengenai korelasi body fat percentage terhadap kadar trigliserida, dapat dinyatakan bahwa belum pernah ditemukan penelitian seperti ini sebelumnya. Beberapa penelitian yang terkait dengan pengukuran

skinfold thickness dan kadar trigliserida, di antaranya adalah :

a. “Korelasi Body Mass Index (BMI) Dan Abdominal Skinfold Thickness

Terhadap Kadar Trigliserida Pada Staff Wanita Universitas Sanata Dharma”

(Poerwowidjojo, 2011).

Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara BMI dan abdominal

skinfold thickness terhadap kadar trigliserida pada staf wanita Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan rentang usia 30-50 tahun. Korelasi BMI terhadap kadar trigliserida merupakan korelasi positif bermakna dengan kekuatan sedang (r=0,444; p=0,001), sedangkan korelasi abdominal skinfold thickness terhadap kadar trigliserida merupakan korelasi positif bermakna dengan kekuatan lemah (r=0,375; p=0,004). Perbedaan penelitian ini terletak pada subjek penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu mahasiswa dan mahasiswi.

b. “Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Tricep Skinfold Thickness Terhadap

Kadar Trigliserida” (Anastasia, 2010).

Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara BMI dan tricep skifold thickness pada pria. Hasil pengujian karateristik diperoleh umur dan BMI terdistribusi secara normal (p=0,197 dan p=0,200), Tricep skinfold thickness


(27)

dan trigliserida tidak terdistribusi normal (p=0,000 dan p=0,000). Korelasi BMI dan Tricep skinfold thickness terhadap trigliserida adalah korelasi positif yang bermakna dengan kekuatan lemah, nilai r berturut-turut adalah 0,389 dan 0,0320. Perbedaan penelitian ini terletak pada subjek penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu mahasiswa dan mahasiswi.

c. “Relation of Body Mass Index and Skinfold Thicknesses to Cardiovascular

Disease Risk Factors in Children: The Bogalusa Heart Study” (Freedman, Katzmarzyk, Dietz, Srinivasan, Berenson, 2009).

Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara

skinfold thickness dengan risiko penyakit kardiovaskular pada subjek penelitian anak-anak (5-17 tahun) dengan nilai p<0,001 dan memiliki kekuatan korelasi yang sedang dengan nilai r=0,50. Subjek penelitian yang digunakan peneliti adalah mahasiswa dan mahasiswi.

d. “Hubungan Persentase Lemak Tubuh dan Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Trigliserida Darah Pada Wanita Menopause (Studi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Srondol Kecamatan Banyumanik Kota Semarang)” (Setyandri, 2009).

Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional dengan subjek penelitian 44 wanita menopause. Hasil penelitian yang didapatkan adalah ada hubungan antara persentase lemak tubuh dan indeks massa tubuh dengan kadar trigliserida darah baik sebelum maupun sesudah dikontrol. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa apabila semakin tinggi persentase lemak tubuh dan indeks massa tubuh maka semakin tinggi juga kadar trigliserida darah pada


(28)

wanita menopause.

e. “Associations of Body Mass Index and Percentage Body Fat by Bioelectrical Impedance Analysis with Cardiovascular Risk Factors in Japanese Male Office

Workers” (Nakanishi, Nakamura, Suzuki, Matsuo, Tatara, 2000).

Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat korelasi yang bermakna dengan kekuatan lemah antara body fat percentage dengan risiko kardiovaskular pada subjek penelitian pria pekerja kantor (25-59 tahun) dengan nilai (r)=0,316 dan nilai p=<0,001. Perbedaan penelitian ini terletak pada subjek penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu mahasiswa dan mahasiswi.

3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai korelasi

body fat percentage terhadap kadar trigliserida pada kalangan mahasiswa dan mahasiswi sehat di Universitas.

b. Manfaat praktis

Perhitungan body fat percentage dari pengukuran abdominal, suprailiac,

dan tricep skinfold thickness diharapkan dapat memberikan gambaran awal terhadap peningkatan kadar trigliserida dalam darah, sehingga dapat digunakan sebagai metode deteksi dini untuk pencegahan penyakit kardiovaskular. Pengukuran abdominal, suprailiac, dan tricep skinfold thickness merupakan pengukuran antropometri yang praktis, mudah, dan murah serta tidak dibutuhkan keahlian khusus.


(29)

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah memperoleh informasi adanya korelasi antara body fat percentage terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa dan mahasiswi sehat di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(30)

10 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Metode Antropometri

Antropometri berasal dari kata antropos yang berarti tubuh dan metros

yang berarti ukuran, jadi secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Sulowati, 2008).

Antropometri merupakan indikator yang dapat menggambarkan lemak tubuh, lemak subkutan, distribusi lemak, dan perkiraan massa total tubuh (Himes, 2000). Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini dapat dilihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2002). Antropometrik merujuk pada pengukuran berbagai parameter dari tubuh manusia, seperti BMI, lingkar pinggang, atau ketebalan lipatan kulit (Durnin and Womersley, 2007).

Tebal lipatan kulit atau skinfold thickness adalah salah satu metode umum untuk menentukan komposisi tubuh seseorang dan persentase lemak dalam tubuh. Ketebalan lipatan ini berupa ukuran lemak yang berada di bawah kulit yang disebut sebagai jaringan adiposa subkutan (Quinn, 2010). Menurut NHANES (2007), pengukuran skinfold thickness dan circumference dapat menggambarkan akumulasi jaringan lemak subkutan dan viseral. Pengukuran skinfold thickness


(31)

dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi tingkat obesitas, untuk mengukur akumulasi lemak tubuh, dan perkiraan penyimpanan lemak tubuh. Skinfold thickness banyak digunakan untuk menilai pengaturan persen lemak tubuh secara klinis. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan skinfold caliper dengan satuan millimeter (Sudibjo, 2005).

Gambar 1. Skinfold caliper (Top End Sport, 2012).

Masing-masing pengukuran skinfold thickness dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali kemudian nilai yang diperoleh merupakan nilai rata-rata dari jumlah pengukuran yang dilakukan. Pengukuran dilakukan pada subjek dalam keadaan relaksasi pada posisi berdiri tegak dengan lengan tergantung bebas di sisi kanan kiri badan. Namun tidak menutup kemungkinan dilakukannya perubahan posisi subjek untuk mempermudah pelaksanaan pengukuran (Sudibjo, 2005).

Metode skinfold thickness disebut juga tes mencubit, dimana bagian jaringan adiposa subkutan diukur dengan kaliper pada titik-titik standar di beberapa bagian tubuh untuk menentukan ketebalan lapisan lemak subkutan. Beberapa lokasi pengukuran skinfold thickness dikonversikan sebagai persentase lemak tubuh melalui persamaan (Peterson, Czerwinski, Siervogel, 2003; Durnin

and Womersley, 2007).

Pengukuran dengan skinfold dapat dilakukan pada 2, 3, 4 dan 7 tempat pengukuran kemudian dapat dirumuskan menjadi persamaan body fat percentage.


(32)

Ada persamaan yang hanya menggunakan satu atau dua data skinfold saja tetapi ada pula yang menggunakan data skinfold pada tujuh lokasi pengambilan skinfold. Pada dasarnya semakin banyak data lokasi skinfold yang digunakan dalam rumus maka ketepatan persamaan tersebut dalam memprediksi persentase lemak tubuh akan semakin besar pula (Budiman, 2008).

Persentase lemak tubuh atau lebih dikenal sebagai body fat percentage

merupakan perbandingan berat lemak tubuh dibandingkan dengan total berat penyusun tubuh lainnya, seperti lemak, otot, tulang, air dan juga sebagai ukuran dari tingkat kebugaran, karena pengukuran skinfold thickness dilakukan pada bagian tubuh yang secara langsung menghitung komposisi tubuh relatif seseorang tanpa memperhatikan tinggi atau berat (Durnin and Womersley, 2007).

Pengukuran skinfold memperkirakan persentase lemak tubuh dengan mengukur ketebalan lipatan kulit di lokasi tertentu pada tubuh. Perkiraan lemak tubuh dapat berdasarkan dua asumsi menurut Gibson (2005) yaitu :

a. Ketebalan jaringan adiposa subkutan menggambarkan total lemak tubuh. b. Pemilihan tempat lipatan kulit untuk diukur, dengan mengukur salah satu

bagian lipatan atau kombinasi beberapa bagian tebal lipat kulit. Hasil pengukuran ini dapat mewakili rata-rata ketebalan seluruh jaringan adiposa subkutan (Gibson, 2005).

Beberapa lokasi anatomi dan cara pengukuran ketebalan lipatan kulit menurut Norton and Old (1998) yaitu :

1. Subscapular skinfold yaitu mengukur pada bagian bawah angulus inferior scapulae secara menyamping pada sudut bahu membentuk sudut 45° terhadap


(33)

garis horisontal, subjek dalam posisi berdiri tegak dengan kedua lengan disamping badan dalam keadaan santai.

2. Abdominal skinfold yaitu skinfold vertikal, kurang lebih 5 cm di samping kanan umbilicus.

3. Suprailiac / supraspinale skinfold yaitu mengukur garis midaxillary secara cepat pada puncak tulang superior.

4. Iliac crest skinfold yaitu pengukuran dilakukan di atas iliac crest (tulang pinggul bagian atas), di tubuh bagian samping. Lipatan kulit ditarik ke arah luar. Tangan kanan dijauhkan dari tubuh atau area tempat pengukuran.

5. Midaxillary skinfold yaitu mengambil secara horizontal di atas garis

midaxillary. Pengukuran dilakukan dengan posisi lengan kanan diabduksikan 90° ke samping.

6. Medial calf skinfold yaitu subjek dalam posisi duduk di kursi dengan sendi lutut dalam keadaan fleksi 90° dan otot-otot betis dalam keadaan relaksasi. Dilakukan dengan arah vertikal pada aspek medial betis yang mempunyai lingkar paling besar. Untuk menentukan lingkar terbesar pada betis dilakukan pengamatan dari sisi depan.

7. Front thigh skinfold yaitu pengukur berdiri menghadap sisi kanan subjek. Subjek dalam posisi duduk di kursi dengan lutut fleksi 90°. Cubitan dilakukan dengan arah vertikal pada garis tengah aspek anterior paha di pertengahan antara lipat paha dengan tepi atas patella.


(34)

8. Tricep skinfold yaitu mengukur bagian tengah di belakang lengan atas. Saat pengukuran lengan dalam keadaan relaksasi dan telapak tangan menghadap ke depan.

9. Bicep skinfold yaitu mengukur ketebalan lipatan pada aspek paling anterior dari permukaan depan lengan atas. Saat pengukuran lengan dalam keadaan relaksasi.

10.Chest skinfold yaitu cubitan dilakukan sedikit miring sesuai dengan lipatan ketiak depan sepanjang linea axillaris anterior.

a. b c d e

f g h i j

Gambar 2. Letak tempat pengukuran skinfold thickness: Supscapular (a); Abdominal (b); Suprailiac (c); Iliac Crest (d); Midaxillary (e); Medial calf (f);

Front thigh (g); Tricep (h); Bicep (i); Chest (j) (Top End Sport, 2012).

Pada penelitian ini pengukuran yang dilakukan yaitu pada bagian

abdominal, suprailiac, dan tricep skinfold thickness yang kemudian akan dikonversi menjadi body fat percentage.

1. Abdominal, suprailiac, dan tricep skinfold thickness. Pengukuran abdominal, suprailiac, dan tricep skinfold thickness dengan menggunakan skinfold caliper. Peneliti menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang lapisan lemak


(35)

dibawah kulit. Skinfold caliper menjepit lapisan lemak di bawah kulit dengan posisi vertikal. Peneliti harus berhati-hati karena bisa saja bagian otot ikut terukur dengan skinfold caliper. Abdominal skinfold diukur dengan jarak kurang lebih 5 cm di samping kanan umbilicus. Suprailiac / supraspinale skinfold diukur pada garis midaxillary secara cepat pada puncak tulang superior. Tricep skinfold diukur pada bagian tengah di belakang lengan atas. Saat pengukuran lengan dalam keadaan relaksasi dan telapak tangan menghadap ke depan (Budiman, 2008).

B. Trigliserida

Trigliserida dapat juga disebut triasilgliserol. Secara kimiawi, molekul trigliserida dibentuk dari tiga rantai asam lemak dan melekat pada molekul gliserol (Khmelnitskaya, 2008). Trigliserida digunakan dalam tubuh terutama untuk menyediakan energi untuk berbagai proses metabolisme, suatu fungsi yang hampir sama dengan fungsi karbohidrat (Guyton and Hall, 2006). Apabila kalori yang dikonsumsi lebih dari yang dibutuhkan oleh tubuh, maka akan dikonversi menjadi trigliserida dan disimpan di dalam jaringan adiposa (Dale and Federman, 2003).

Trigliserida tersimpan di jaringan adiposa sampai diperlukan untuk membentuk energi dalam tubuh. Jaringan adiposa tersusun atas sel-sel lemak (adiposit) yang menyimpan trigliserida dengan jumlah sebesar 80-95% dari keseluruhan volume sel (Guyton and Hall, 2006). Trigliserida yang terakumulasi di jaringan adiposa menyebabkan sel lemak bertambah besar dan saat mencapai


(36)

ukuran maksimal akan membelah. Sel lemak mengalami proliferasi dan menjadi semakin banyak kemudian terakumulasi di berbagai jaringan tubuh. Penyimpanan trigliserida pada jaringan adiposa diregulasi oleh enzim lipoprotein lipase. Aktifitas enzim ini bervariasi pada area tubuh yang berbeda. Aktifitas enzim lipoprotein lipase lebih aktif terjadi di daerah abdominal (Dale and Federman, 2003).

Terdapat dua sumber trigliserida dalam darah yaitu eksogen dan endogen. Sumber pertama yaitu eksogen berasal dari makanan yang dikonsumsi dan akan dibentuk menjadi kilomikron, sumber kedua trigliserida endogen berasal dari hati yang ada dalam bentuk very low density lipoprotein (VLDL). Dalam pembuluh kapiler, lemak dan jaringan otot, VLDL dan kilomikron akan dihidrolisis menjadi bentuk asam lemak bebas oleh enzim lipoprotein lipase (Yuan, Al- Shali, Hegele, 2007).

Tabel I. Klasifikasi Kadar Trigliserida (NCEP-ATP III Guidelines, 2001)

Kategori Kadar Trigliserida (mg/dl)

Normal <150

Batas normal tertinggi 150-199

Tinggi 200-499

Sangat tinggi ≥500

Kadar trigliserida berlebih dalam darah disebut dengan istilah hipertrigliseridemia. Hipertrigliseridemia merupakan keadaan dimana kadar plasma trigliserida puasa mengalami peningkatan. Peningkatan terhadap kadar trigliserida ini dapat menjadi salah satu faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskular. Salah satu komponen abnormalitas metabolik yang berkaitan dengan penyakit kardiovaskular adalah dislipidemia aterogenik (National Cholesterol Educational Program Adult Treatment Panel III, 2002). Dislipidemia


(37)

aterogenik ditandai dengan peningkatan kadar trigliserida dan disertai dengan penurunan kolesterol HDL (high-density lipoprotein) dalam darah (Grundy, Brewer, Cleeman, Smith, and Lenfant, 2004).

Akumulasi jaringan lemak atau obesitas dapat menyebabkan kejadian resistensi insulin. Akumulasi jaringan lemak yang tinggi dalam tubuh dapat menyebabkan berkurangnya sensitifitas insulin terhadap glukosa sehingga akan terjadi peningkatan kejadian diabetes melitus tipe 2 yang kemudian akan menjadi faktor awal pencetus terjadinya penyakit kardiovaskular. Resistensi insulin akan meningkatkan konsentrasi nonesterified fatty acids (NEFA) atau asam lemak bebas. Kelebihan asam lemak bebas ini kemudian akan dialihkan menuju hepar dan menstimulasi pembentukan trigliserida yang merupakan aterogenik. Selain itu, pada kasus resistensi insulin, kadar trigliserida dalam darah dapat memicu terjadinya hiperglikemia. Keadaan hiperglikemia ini akan merangsang sel β untuk mensekresikan lebih banyak insulin sehingga terjadi hiperinsulinemia. Keadaan hiperinsulinemia ini akan meningkatkan sekresi VLDL yang berasal dari hepar dan mengakibatkan peningkatan kadar trigliserida (Grundy, et al, 2004).

Pada sirkulasi perifer, lipoprotein lipase menghidrolisis trigliserida yang terkandung dalam VLDL, menghasilkan partikel VLDL yang lebih kecil dan lebih rapat, partikel IDL dan asam lemak bebas. Pada kondisi normal, asam lemak bebas tersebut diambil oleh otot dan jaringan adiposa dan digunakan sebagai energi atau untuk penyimpanan kemudian residu partikel dirombak di hepar menjadi LDL. Pada kondisi kadar trigliserida yang meningkat, partikel VLDL dan IDL dapat mengalami katabolisme menjadi LDL. Partikel LDL yang mengandung


(38)

banyak trigliserida menjadi kekurangan inti enzim kolesteril ester, di mana protein transfer kolesteril ester (cholesteryl ester transfer protein/CETP) diperlukan untuk pertukaran kolesterol ester pada partikel LDL dan HDL dengan trigliserida pada partikel VLDL sehingga dapat dimetabolisme oleh enzim lipase hepatik dengan lebih mudah (Carr and Brunzell, 2004; Ginsberg, Zhang and Hernandez-Ono, 2006).

Akibat banyaknya trigliserida yang terdapat pada partikel LDL dan kekurangan inti kolesteril ester, maka enzim lipase hepatik menghidrolisis partikel LDL tersebut dan menghasilkan partikel LDL yang lebih kecil dan lebih rapat. Partikel LDL tersebut merupakan faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner. Partikel LDL yang kecil dan rapat lebih mudah memasuki dinding pembuluh arteri dan lebih mudah berikatan dengan proteoglikan pada dinding arteri. Ketika berikatan dengan proteoglikan, partikel LDL mudah mengalami oksidasi yang dapat memicu sekresi makrofag dan aterogenesis (Carr and Brunzell, 2004).

C. Landasan Teori

Antropometri merupakan metode pengukuran yang menggambarkan lemak tubuh, lemak subkutan, distribusi lemak, dan perkiraan massa total tubuh. Salah satu pengukuran antropometri yang banyak digunakan adalah pengukuran terhadap tebal lipatan kulit atau skinfold thickness. Ketebalan lipatan kulit yang diukur ini merupakan lemak yang berada pada jaringan adiposa subkutan.

Pengukuran skinfold thickness dapat dilakukan pada berbagai bagian tubuh, misalnya abdominal, tricep, bicep, subscapular, suprailiac, dan lain lain.


(39)

Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga tempat yang berbeda pada tubuh, di antaranya abdominal, suprailiac, dan tricep. Abdominal skinfold yaitu skinfold yang terletak kurang lebih 5 cm di samping kanan umbilicus secara vertikal, suprailiac skinfold terletak pada garis midaxillary di puncak tulang superior, dan tricep skinfold yang terletak pada bagian tengah di belakang lengan atas. Hasil dari pengukuran ketiga skinfold thickness ini kemudian dikonversi dalam bentuk body fat percentage untuk memperkirakan persebaran lemak pada tubuh. Body fat percentage merupakan perbandingan berat lemak tubuh dibandingkan dengan total berat penyusun tubuh lainnya, seperti lemak, otot, tulang, dan air. Skinfold thickness banyak digunakan untuk menilai pengaturan

body fat percentage secara klinis.

Trigliserida merupakan bentuk lemak yang paling banyak disimpan di dalam tubuh pada jaringan adiposa. Trigliserida di dalam tubuh mempunyai fungsi sebagai sumber energi untuk berbagai proses metabolisme. Konsumsi kalori yang berlebih dalam tubuh akan dikonversi menjadi trigliserida dan akan disimpan di dalam sel lemak. Akumulasi trigliserida pada berbagai jaringan tubuh yang ditandai dengan peningkatan kadar trigliserida dalam darah dapat menjadi salah satu faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskular.

Pengukuran antropometrik yang salah satunya pengukuran skinfold thickness dan kemudian dikonversi dalam bentuk body fat percentage dapat menjadi prediktor awal peningkatan kadar trigliserida di dalam tubuh. Dengan demikian peneliti ingin melakukan penelitian mengenai korelasi antara body fat percentage terhadap kadar trigliserida.


(40)

D. Hipotesis

Terdapat korelasi positif bermakna antara body fat percentage terhadap kadar trigliserida dalam darah pada mahasiswa dan mahasiswi sehat di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(41)

21 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan rancangan secara cross-sectional (potong lintang). Penelitian observasional analitik berarti penelitian yang menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis korelasi antara fenomena, baik antara faktor risiko dan faktor efek, antar faktor risiko maupun antar faktor efek (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menganalisis korelasi body fat percentage sebagai faktor risiko terhadap kadar trigliserida sebagai faktor efek. Data penelitian yang diperoleh diolah secara komputerisasi untuk mengetahui korelasi dari data-data penelitian. Studi cross-sectional mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada satu saat (Notoatmodjo, 2010).

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Ukuran abdominal, suprailiac, dan tricep skinfold thickness (tebal lapisan kulit bagian abdomen, suprailiac, dan trisep)

2. Variabel tergantung Kadar trigliserida


(42)

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali : umur, keadaan puasa, jenis kelamin, dan patologi

b. Variabel pengacau tak terkendali : aktivitas dan gaya hidup subjek penelitian

C. Definisi Operasional

1. Subjek penelitian adalah yang memenuhi kriteria inklusi yaitu mahasiswa dan mahasiswi yang masih aktif di Kampus III Univeristas Sanata Dharma Yogyakarta dengan rentang umur 18-24 tahun yang bersedia untuk diajak bekerja sama dalam penelitian ini.

2. Karakteristik penelitian meliputi demografi, pengukuran antropometri dan hasil pemeriksaan laboratorium. Pengukuran antropometri meliputi pengukuran abdominal, suprailiac, dan tricep skinfold thickness kemudian dari pengukuran yang dilakukan tersebut dikonversi menjadi body fat percentage. Hasil pemeriksaan laboratorium yang diteliti adalah kadar trigliserida dalam darah.

3. Pengukuran abdominal, suprailiac, dan tricep skinfold thickness adalah mengukur tebal lapisan kulit dalam satuan milimeter (mm) pada bagian abdomen, trisep, dan suprailiac. Pengukuran skinfold thickness dilakukan dengan cara menjepit subkutan lemak dengan menggunakan alat skinfold caliper.


(43)

4. Body fat percentage adalah perbandingan berat lemak tubuh dibandingkan dengan total berat penyusun tubuh lainnya, seperti lemak, otot, tulang, dan air. Menurut Schneider, Dennehy, Carter (2003), rumus perhitungan untuk

body fat percentage yaitu : (Abdominal, Tricep, Suprailiac) a. Pria

Body fat percentage = (0,39287 × sum of three skinfolds) - (0,00105 × [sum of three skinfolds]2) + (0,15772 × age) – 5,18845 = % b. Wanita

Body fat percentage = (0,41563 × sum of three skinfolds) - (0,00112 × [sum of three skinfolds]2) + (0,03661 × age) + 4,03653 = % 5. Kadar trigliserida adalah kadar trigliserida dalam darah yang diperoleh dari

hasil pemeriksaan laboratorium yang diperoleh setelah subjek penelitian melakukan puasa selama kurang lebih 8-10 jam sebelum uji dilakukan.

6. Standar yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : a. Body fat percentage

Tabel II. Standar Body fat percentage (Baumgartner, 2003)

Standar

Pria dewasa Wanita dewasa

Body Fat Percentage 21% 25%

b. Abdominal Skinfold Thickness

Tabel III. Standar Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness (Diambil dari nilai median)

Pengukuran Standar

Mahasiswa Mahasiswi


(44)

c. Suprailiac Skinfold Thickness

Tabel IV. Standar Pengukuran Suprailiac Skinfold Thickness ( Junior, et al, 2012)

Pengukuran Standar

Pria dewasa Wanita dewasa

Suprailiac Skinfold Thickness 17,9 mm 19,8 mm

d. Tricep Skinfold Thickness

Tabel V. Standar Pengukuran Tricep Skinfold Thickness (Williams and Wilkins, 2006)

Pengukuran Standar

Pria dewasa Wanita dewasa

Tricep Skinfold Thickness 12,5 mm 16,5 mm

e. Nilai Standar Trigliserida

Tabel VI. Klasifikasi Serum Trigliserida Berdasarkan NCEP-ATP II Guidelines At-A-Glance Quick Desk Reference (2001)

Kategori Kadar Trigliserida (mg/dl)

Normal <150

Batas normal tertinggi 150-199

Tinggi 200-499

Sangat tinggi ≥500

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah yang memenuhi kriteria inklusi yaitu mahasiswa dan mahasiswi yang masih aktif di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan rentang umur 18-24 tahun yang bersedia untuk diajak bekerja sama dalam penelitian ini, bersedia untuk berpuasa selama 8-10 jam dan menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini antara lain yang sedang menderita penyakit jantung koroner, hamil, oedem, mengkonsumsi obat penurun kadar lemak darah, penyakit hati akut maupun kronis.


(45)

Jumlah subjek awal yang bersedia untuk mengikuti penelitian ini dan menandatangani informed consent adalah sebanyak 171 subjek penelitian. Untuk penelitian korelasi, minimal diperlukan 30 subjek penelitian (Spiegel and

Stephens, 2007). Pada penelitian ini, ditentukan jumlah subjek sebanyak 120 orang yang terdiri dari 60 mahasiswa dan 60 mahasiswi. Jumlah subjek penelitian yang diambil melebihi yang ditentukan dimaksudkan untuk mengantisipasi subjek yang tidak dapat hadir pada saat pengambilan data, maupun subjek penelitian yang diketahui tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan jika subjek tidak berpuasa pada saat pengambilan darah.

Gambar 3. Skema Pengambilan Subjek Penelitian Pengambilan data

pertama

Pengambilan data kedua

74 subjek penelitian 97 subjek penelitian

20 orang tidak hadir

19 orang tidak hadir

2 orang dieksklusi 1 orang

dieksklusi

53 subjek penelitian 76 subjek penelitian

129 subjek penelitian

125 subjek penelitian

4 orang tidak memenuhi rentang umur


(46)

Pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali. Pengambilan data pertama pada tanggal 8 September 2012 terdapat 53 subjek penelitian yang hadir, 20 subjek penelitian yang tidak hadir, dan 1 subjek penelitian dieksklusikan. Pengambilan data kedua pada tanggal 15 September 2012 terdapat 76 subjek penelitian yang hadir, 19 subjek penelitian yang tidak hadir, dan 2 subjek penelitian yang dieksklusikan. Tiga data yang dieksklusikan karena subjek penelitian tidak berpuasa dan mengkonsumsi obat. Dari 129 subjek penelitian yang diperiksa dan digunakan untuk data penelitian hanya 125 subjek penelitian, diantaranya 58 mahasiswa dan 67 mahasiswi. Hal ini dikarenakan empat subjek penelitian tidak memenuhi rentang umur yaitu 2 mahasiswa dan 2 mahasiswi.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada bulan Juni 2012 hingga September 2012. Pengambilan data dilakukan pada bulan September 2012.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung yang berjudul Korelasi Parameter Antropometri terhadap Profil Lipid, Glukosa Darah dan Tekanan

Darah Pada Mahasiswa Mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan jumlah anggota 13 orang dengan kajian yang berbeda-beda untuk diteliti.


(47)

Kajian dari penelitian ini meliputi :

1. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) Terhadap Kadar Trigliserida. 2. Korelasi Pengukuran Body Fat Percentage Terhadap Kadar Trigliserida. 3. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang, Rasio Lingkar Pinggang Pangul

Terhadap Kadar Trigliserida.

4. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) Terhadap Rasio Kolesterol Total/HDL.

5. Korelasi Pengukuran Body Fat Percentage Terhadap Rasio Kolesterol Total/HDL.

6. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang, Rasio Lingkar Pinggang Pangul terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL.

7. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) Terhadap Rasio HDL/LDL. 8. Korelasi Pengukuran Body Fat Percentage Terhadap Rasio HDL/LDL.

9. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang, Rasio Lingkar Pinggang Pangul Terhadap Rasio HDL/LDL.

10. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) dan Body Fat Percentage

Terhadap Tekanan Darah.

11. Korelasi Lingkar Pinggang, Rasio Lingkar Pinggang Pangul Terhadap Tekanan Darah.

12. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) dan Body Fat Percentage

Terhadap Glukosa Darah.

13. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang, Rasio Lingkar Pinggang Pangul Terhadap Glukosa Darah.


(48)

G. Teknik Sampling

Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara non-random sampling dengan jenis purposive sampling. Teknik non-random sampling adalah proses pemilihan sampel dimana tidak semua anggota dari populasi memiliki kesempatan untuk di pilih. Pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Jumlah minimum sampel untuk penelitian korelasi sebesar 30 subjek (Spiegel and

Stephens, 2007).

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu skinfold caliper

dengan merk pi zhi hou du fi®. Skinfold caliper digunakan untuk mengukur tebal lipatan kulit, sedangkan pemeriksaan trigliserida dilakukan di Laboratorium Parahita. Alat yang digunakan dalam pengukuran trigliserida adalah Aechitect c SystemTM dan Aeroset System.

Suatu instrumen perlu dilakukan pengujian validitas dan realibilitas. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat (Hastono, 2001). Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data tersebut valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliable adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang kurang lebih sama. Salah satu parameter yang harus dipenuhi dalam


(49)

validitas dan reliabilitas instrumen penelitian adalah presisi. Presisi dinilai berdasarkan koefisien variasi (CV) yang dihitung dari perhitungan simpangan baku dibagi dengan nilai rata-rata dan dikalikan 100 %. Suatu alat instrumen dikatakan memenuhi nilai presisi jika nilai CV ≤ 5 % (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi tentang jumlah mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma dan tempat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan subjek penelitian pada saat pengukuran parameter lalu dilakukan observasi ulang data mahasiswa dan mahasiswi di setiap fakultas dan jurusan. Setelah itu, data dikumpulkan untuk mengetahui banyaknya populasi yang dapat dijadikan sampel. Pengambilan sampel sebanyak 120 orang, terdiri dari 60 laki-laki dan 60 perempuan yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.

2. Permohonan izin dan kerja sama

Permohonan izin penelitian yang pertama diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada untuk mengajukan Ethical Clearance guna memenuhi etika penelitian yang menggunakan sampel biologis manusia yaitu darah. Permohonan izin yang kedua ditujukan kepada Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma, Kepala Rumah Tangga, Kepala BAPSI, dan Para Dekan Fakultas Kampus III Universitas Sanata


(50)

Dharma. Permohonan kerja sama diajukan ke calon subjek penelitian dan Laboratorium Parahita. Permohonan kerja sama yang diajukan ke calon subjek penelitian dengan menggunakan informed consent.

3. Pembuatan leaflet dan informed consent

a. Leaflet. Leaflet ini digunakan dalam penelitian sebagai alat bantu untuk menjelaskan hal yang berkaitan dengan penelitian agar subjek penelitian mendapatkan informasi lebih jelas dan mengerti sepenuhnya tentang penelitian ini. Isi dalam leaflet meliputi : informasi tentang gambaran pola makan yang tidak diimbangi dengan aktivitas dan olahraga yang cukup akan menimbulkan penumpukkan lemak tubuh yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Informasi lain yang diberikan yaitu pengukuran antropometri (BMI, skinfold thickness, pengukuran lingkar pinggang-panggul), cek profil lipid (trigliserida, kolesterol total, HDL, LDL), kadar glukosa darah dan tekanan darah. b. Informed consent. Informed consent merupakan bukti tertulis

pernyataan kesediaan subjek penelitian untuk ikut serta dalam penelitian.

Informed consent pada penelitian ini sesuai dengan standar dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Subjek penelitian yang mengisi informed consent akan mencantumkan nama, usia, alamat, dan nomor telepon serta menandatangani lembar informed consent setelah mendapatkan informasi dan mengerti sepenuhnya tentang penelitian ini.


(51)

4. Pencarian subjek penelitian

Setelah didapatkan surat izin penelitian dari Wakil Rektor 1 maka dilakukan pencarian subjek penelitian. Surat izin penelitian diberikan kepada Dekan di setiap Fakultas Kampus III Universitas Sanata Dharma untuk meminta mahasiswa dan mahasiwi terlibat dalam penelitian ini.

Setelah memperoleh ijin untuk melibatkan mahasiswa dan mahasiswi dalam penelitian ini dan mendapatkan informasi nama, nomor telepon, dan fakultas mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma lalu peneliti menghubungi subjek penelitian baik melalui telepon maupun mendatangi langsung calon subjek secara personal dan mengemukakan tentang maksud dan tujuan dari penelitian ini. Karena jumlah subjek penelitian yang akan dijadikan sampel kurang memenuhi, maka dilakukan pencarian subjek penelitian dengan menawarkan dan mengajak langsung calon subjek penelitian tanpa diketahui sebelumnya informasi identitas calon subjek penelitian tersebut. Kemudian subjek penelitian diminta untuk hadir dalam acara briefing yang berisi penjelasan lebih dalam tentang isi dari penelitian, persyaratan yang harus dipenuhi sebelum pelaksanaan penelitian, waktu dan tempat pelaksanaan.

Calon subjek penelitian yang setuju untuk bekerja sama dalam penelitian ini didata nama, usia, alamat, nomor telepon dan diminta untuk menandatangani

informed consent yang berisi pernyataan kesediaan subjek penelitian untuk ikut serta dalam penelitian. Satu hari sebelum pelaksanaan, peneliti menghubungi subjek penelitian via sms untuk mengingatkan kembali persyaratan yang harus dipenuhi. Subjek penelitian dapat membatalkan kesediaannya untuk ikut serta


(52)

dalam penelitian tanpa harus memberikan alasan mengenai pembatalan partisipasi subjek penelitian seperti yang tertera dalam informed consent.

5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

Data yang baik berasal dari hasil pengukuran yang valid. Hasil yang valid didapatkan dari presisi, akurasi, pengukuran dilakukan secara berulang, reprodusibel dan hasil pengukurannya stabil. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011), alat kesehatan dikatakan baik jika memenuhi nilai CV

≤ 5%. Pengujian reliabilitas skinfold caliper dilakukan dengan perhitungan hasil pengukuran sebanyak lima kali. Skinfold caliper dengan merek pi zhi hou du fi®

memiliki nilai CV untuk pengukur 1 pada bagian abdominal sebesar 0,01 %, pada bagian suprailiac sebesar 0,01%, dan pada bagian tricep sebesar 0,01 %. Untuk pengukuran 2 pada bagian abdominal sebesar 0,01 %, pada bagian suprailiac

sebesar 0,02 %, dan pada bagian tricep sebesar 0%. Berdasarkan nilai CV tersebut maka dapat disimpulkan bahwa instrument skinfold caliper memenuhi persyaratan validasi.

6. Pengukuran parameter

Parameter yang diukur secara khusus oleh peneliti adalah abdominal, suprailiac, dan tricep skinfold thickness (tebal lipatan kulit bagian abdomen, suprailiac, dan trisep) serta kadar trigliserida.

a. Abdominal, suprailiac, dan tricep skinfold thickness. Pengukuran

abdominal, suprailiac, dan tricep skinfold thickness dengan menggunakan

skinfold caliper. Peneliti menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang lapisan lemak dibawah kulit. Skinfold caliper menjepit lapisan


(53)

lemak di bawah kulit dengan posisi vertikal. Peneliti harus berhati-hati karena bisa saja bagian otot ikut terukur dengan skinfold caliper.

Abdominal skinfold diukur dengan jarak kurang lebih 5 cm di samping kanan umbilicus. Suprailiac / supraspinale skinfold diukur pada garis

midaxillary secara cepat pada puncak tulang superior. Tricep skinfold

diukur pada bagian tengah di belakang lengan atas. Saat pengukuran lengan dalam keadaan relaksasi dan telapak tangan menghadap ke depan. b. Kadar trigliserida. Pengukuran kadar trigliserida dalam darah dilakukan

oleh pihak Laboratorium Parahita. Cara pengambilan sampel darah dimulai dari pemasangan ikatan tourniquet pada lengan atas. Lokasi pengambilan darah berada pada lipatan siku dengan posisi 45° dari pembuluh darah vena. Darah diambil perlahan dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup. Tourniquet dilepas dan spuit ditarik dengan tetap menekan bagian lubang penusukan dengan kapas beralkohol, kemudian bekas penusukan ditutup menggunakan plester. Sampel darah yang didapat lalu dibawa ke Laboratorium Parahita® untuk diukur profil lipidnya. 7. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, yaitu menyusun data dan menggolongkannya dalam kategori-kategori sejenis kemudian dilakukan interpretasi. Cara pengolahan data dilakukan secara statistik dengan komputerisasi.


(54)

8. Teknik analisis data statistik

Data yang diperoleh diolah secara komputerisasi. Langkah awal adalah dilakukan uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov) untuk melihat distribusi normal suatu data. Suatu data dikatakan normal bila nilai Asymp. Sig (p) lebih besar dari 0,05. Perbandingan yang dilakukan dengan melakukan perbandingan kadar trigliserida pada kelompok body fat percentage ≤21 % dan body fat percentage

>21 % untuk mahasiswa dan pada kelompok body fat percentage≤25 % dan body fat percentage >25 % untuk mahasiswi, pada kelompok abdominal skinfold thickness ≤30,7 mm dan >30,7 mm untuk mahasiswa dan pada kelompok

abdominal skinfold thickness ≤24,7 mm dan >24,7 mm untuk mahasiswi, pada kelompok suprailiac skinfold thickness ≤ 17,9 mm dan > 17,9 mm untuk mahasiswa dan pada kelompok suprailiac skinfold thickness ≤ 19,8 mm dan > 19,8 mm untuk mahasiswi, pada kelompok tricep skinfold thickness ≤12,5 mm dan >12,5 mm untuk mahasiswa dan pada kelompok tricep skinfold thickness ≤16,5 mm dan >16,5 mm untuk mahasiswi.

Analisis perbandingan beda atau komparatif ini menggunakan uji t tidak berpasangan apabila distribusi masing-masing data normal dan uji Mann-Whitney

apabila distribusi data tidak normal. Suatu data dikatakan memiliki perbedaan yang bermakna apabila nilai p <0,05.

Tabel VII. Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi (r) (Dahlan, 2012)

Parameter Nilai Interpretasi

Kekuatan Korelasi (r)

0,0 sd <0,2 Sangat lemah

0,2 sd <0,4 Lemah

0,4 sd <0,6 Sedang

0,6 sd <0,8 Kuat


(55)

Data kemudian diuji korelasinya menggunakan analisis Pearson apabila data terdistribusi normal atau analisis Spearman apabila data tidak terdistribusi normal. Nilai kekuatan korelasi (r) yang diperoleh kemudian diinterpretasikan untuk melihat besarnya kekuatan. Taraf kepercayaan yang digunakan sebesar 95%. Data dikatakan memiliki korelasi yang bermakna apabila nilai p <0,05. 9. Pembagian hasil pemeriksaan

Pembagian hasil pemeriksaan diberikan secara langsung kepada subjek penelitian. Peneliti menjelaskan tentang makna dari hasil pemeriksaan dan memberikan saran-saran untuk menjaga kesehatan jika ditemukan hasil pemeriksaan yang tidak normal.

J. Kesulitan Penelitian

Kesulitan dari penelitian ini adalah pada saat permohonan izin dan kerja sama kepada sampel penelitian. Kesulitan pertama adalah sulitnya mencari sampel yang tertarik dan bersedia untuk bekerja sama dalam penelitian ini. Kesulitan kedua adalah terletak pada keterbatasan peneliti dalam mengontrol kejujuran sampel untuk berpuasa 8-10 jam sebelum dilakukan pengukuran.


(56)

36 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Tabel VIII. Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik Mahasiwa (n=58) p Mahasiswi (n=67) p

Umur (tahun) 21 (18-24) ** 0,000 20 (18-22)** 0,000

Body fat percentage (%)

22,0 ± 8,5 * 0,195 26,6 ± 5,0 * 0,200 Abdominal skinfold

thickness (mm)

30,9 ± 1,68 * 0,200 24,7 (9,8-52,0) ** 0,009 Suprailiac skinfold

thickness (mm)

27,9 ± 1,44 * 0,200 18,1 ± 7,2 * 0,200 Triceps skinfold

thickness (mm)

24,2 (5,7-47,3) ** 0,028 21,3 ± 6,3 * 0,200

Trigliserida (mg/dl) 81 (22-236)** 0,003 83 (49-378)** 0,000

Keterangan : * = rata-rata ± SD

** = median (minimum-maksimum)

p>0,05 menunjukkan bahwa data terdistribusi normal

Penelitian ini dilakukan pada 125 subjek penelitian antara lain 58 mahasiswa dan 67 mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis karakteristik subjek penelitian terdiri dari usia, body fat percentage, abdominal skinfold thickness, suprailiac skinfold thickness, tricep skinfold thickness dan kadar trigliserida. Karakteristik subjek penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Menurut Dahlan (2012), analisis uji normalitas Kolmogorov-Smirnov

digunakan untuk data yang jumlahnya besar yaitu lebih dari 50 subjek penelitian dan analisis Shapiro-Wilk digunakan untuk data yang jumlahnya kurang atau sama dengan dari 50 subjek penelitian. Data dalam penelitian ini berjumlah 125 subjek penelitian, maka dari itu analisis normalitas yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov dengan nilai kriteria normal significancy (p)>0,05. Normalitas data juga digambarkan melalui gambar histogram. Histogram dikatakan normal jika


(57)

simetris, tidak miring ke kiri maupun ke kanan (Dahlan, 2012). 1. Usia

Usia subjek penelitian ini baik mahasiswa maupun mahasiswi berada pada rentang 18-24 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa distribusi data usia mahasiswa dan mahasiswi tidak normal dengan nilai signifikansi (p)= 0,000. Data dengan distribusi tidak normal pemusatannya dapat dilihat pada nilai median dan ukuran penyebarannya dilihat dari nilai minimum dan nilai maksimum (Dahlan, 2012). Nilai median untuk usia pada mahasiswa adalah 21 tahun dengan nilai minimum 18 tahun dan nilai maksimum 24 tahun, sedangkan nilai median untuk usia pada mahasiswi adalah 20 tahun dengan nilai minimum 18 tahun dan nilai maksimum 22 tahun. Distribusi data usia mahasiswa dan mahasiswi dapat dilihat pada histogram di bawah ini.

Gambar 4. Histogram Distribusi Usia : mahasiswa (a) dan mahasiswi (b) b.


(58)

Gambar histogram usia untuk mahasiswa pada penelitian ini menunjukkan bahwa distribusi usia tidak normal karena cenderung miring ke kiri. Gambar histogram usia untuk mahasiswi pada penelitian ini menunjukkan bahwa distribusi usia tidak normal karena sedikit cenderung miring ke kanan. Hasil distribusi data usia baik mahasiswa dan mahasiswi pada penelitian ini tidak sesuai dengan nilai signifikansi atau nilai p dan juga kriteria normal distribusi gambar. 2. Body fat percentage

Hasil penelitian data statistik menunjukkan karakteristik body fat percentage pada mahasiswa memiliki rata-rata 22,0 % dengan SD ± 8,5, sedangkan body fat percentage pada mahasiswi memiliki rata-rata 26,6 % dengan SD ± 5,0. Hasil distribusi data pada mahasiswa diperoleh nilai p= 0,195 dan pada mahasiswi p= 0,200. Hal ini menunjukkan distribusi data body fat percentage

pada mahasiswa dan mahasiswi terdistribusi normal. Berikut adalah gambar histogram body fat percentage mahasiswa dan mahasiswi yang diperoleh dari hasil penelitian.


(59)

Gambar 5. Histogram Distribusi body fat percentage : mahasiswa (a) dan mahasiswi (b) Histogram distribusi body fat percentage pada mahasiswa dan mahasiswi menunjukkan bahwa histogram keduanya relatif simetris dan tidak cenderung miring ke kiri maupun ke kanan. Berdasarkan gambar histogram dan nilai signifikansi (p), maka dapat dikatakan bahwa hasil distribusi body fat percentage

pada mahasiswa dan mahasiswi terdistribusi normal. 3. Abdominal skinfold thickness

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa distribusi data abdominal skinfold thickness untuk mahasiswa terdistribusi normal dengan nilai p= 0,200 dan nilai karakteristiknya memiliki rata-rata 30,9 mm dengan nilai SD ± 1,68, sedangkan data abdominal skinfold thickness untuk mahasiswi tidak terdistribusi normal dengan nilai p= 0,009. Pemusatan data yang distribusinya tidak normal dapat dilihat pada median dan nilai maksimum dan minimum (Dahlan, 2012). Nilai median abdominal skinfold thickness pada mahasiswi adalah 24,7 mm dengan nilai minimum 9,8 mm dan nilai maksimum 52 mm. Berikut adalah gambar histogram abdominal skinfold thickness pada mahasiswa dan mahasiswi yang diperoleh dari hasil penelitian.


(60)

Gambar 6. Histogram Distribusi Abdominal Skinfold Thickness : mahasiswa (a) dan mahasiswi (b)

Histogram distribusi abdominal skinfold thickness pada mahasiswa menunjukkan relatif simetris dan tidak cenderung miring ke kiri maupun ke kanan, sedangkan pada mahasiswi histogramnya menunjukkan sedikit cenderung ke kanan. Berdasarkan gambar histogram dan nilai signifikansi (p), maka dapat dikatakan bahwa hasil distribusi abdominal skinfold thickness untuk mahasiswa terdistribusi normal dan untuk mahasiswi tidak terdistribusi normal.

4. Suprailiac skinfold thickness

Hasil penelitian data statistik memperlihatkan karakteristik suprailiac skinfold thickness untuk mahasiswa memiliki rata-rata 27,9 mm dengan nilai SD ± 1,44 dan karakteristik suprailiac skinfold thickness untuk mahasiswi memiliki

a.


(61)

rata-rata 18,1 mm dengan nilai SD ± 7,2. Hasil distribusi data suprailiac skinfold thickness pada mahasiswa dan mahasiswi dapat dilihat pada nilai signifikansi (p). Nilai signifikansi (p) untuk mahasiswa adalah 0,200 dan untuk mahasiswi 0,200. Hal ini berarti distribusi data suprailiac skinfold thickness pada mahasiswa dan mahasiswi terdistribusi normal. Berikut adalah gambar histogram yang diperoleh dari hasil penelitian.

Gambar 7. Histogram Distribusi Suprailiac Skinfold Thickness : mahasiswa (a) dan mahasiswi (b)

Gambar histogram suprailiac skinfold thickness pada mahasiswa dan mahasiswi relatif simetris, tidak cenderung miring ke kiri atau ke kanan. Hasil distribusi data suprailiac skinfold thickness pada penelitian ini baik mahasiswa

b. a.


(62)

maupun mahasiswi sesuai dengan nilai signifikansi (p) dan sesuai dengan kriteria normal distribusi gambar.

5. Tricep skinfold thickness

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa distribusi data tricep skinfold thickness pada mahasiswa tidak terdistribusi normal dengan nilai p= 0,028 dan memiliki nilai median 24,2 mm dengan nilai minimum 5,7 mm dan nilai maksimum 47,3 mm, sedangkan data tricep skinfold thickness pada mahasiswi terdistribusi normal dengan nilai p= 0,200 dan nilai karakteristiknya memiliki rata-rata 21,3 mm dengan nilai SD ± 6,3. Distribusi yang tidak normal pada mahasiswa dan distribusi normal pada mahasiswi juga dapat dilihat pada histogram dibawah ini.

Gambar 8. Histogram Distribusi Tricep Skinfold Thickness : mahasiswa (a) dan mahasiswi (b)

b. a.


(63)

Histogram distribusi tricep skinfold thickness pada mahasiswa sedikit cenderung ke kanan, sedangkan pada mahasiswi histogramnya menunjukkan relatif simetris dan tidak cenderung miring ke kiri maupun ke kanan. Histogram dikatakan normal jika simetris, tidak miring ke kiri maupun ke kanan (Dahlan, 2012). Berdasarkan gambar histogram dan nilai signifikansi (p), maka dapat dikatakan bahwa hasil distribusi tricep skinfold thickness untuk mahasiswa tidak terdistribusi normal dan untuk mahasiswi terdistribusi normal.

6. Trigliserida

Hasil analisis statistik untuk kadar trigliserida baik mahasiswa maupun mahasiswi yaitu terdistribusi tidak normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi (p) yaitu untuk mahasiswa p= 0,003 dan untuk mahasiswi p= 0,000. Nilai karakteristik untuk mahasiswa memiliki nilai rata-rata 81 mg/dl dengan nilai minimum 22 mg/dl yang termasuk dalam kategori normal dan nilai maksimum 236 mg/dl yang termasuk dalam kategori tinggi. Nilai karakteristik untuk mahasiswi memiliki nilai rata-rata 83 mg/dl dengan nilai minimum 49 mg/dl yang termasuk dalam kategori normal dan nilai maksimum 378 mg/dl yang termasuk dalam kategori tinggi. Berikut gambar histogram mahasiswa dan mahasiswi yang menunjukkan distribusi kadar trigliserida.


(64)

Gambar 9. Histogram Distribusi Kadar Trigliserida : mahasiswa (a) dan mahasiswi (b) Gambar histogram kadar trigliserida pada mahasiswa dan mahasiswi tidak simetris tetapi sedikit miring ke kanan. Histogram dikatakan normal jika simetris, tidak miring ke kiri maupun ke kanan (Dahlan, 2012). Gambar histogram demikian menunjukkan distribusi data trigliserida tidak sesuai dengan kriteria normal.

Nilai rata-rata kadar trigliserida baik pada mahasiswa maupun mahasiswi berada dalam kategori normal berdasarkan klasifikasi NCEP-ATP III (2001). Trigliserida akan meningkat pada orang dengan aktivitas fisik kurang, overweight

dan obesitas (NCEP, 2002).

B. Perbandingan Body Fat Percentage, Abdominal, Suprailiac, dan Tricep Skinfold Thickness terhadap Kadar Trigliserida

Penelitian ini juga menggunakan analisis beda untuk melihat adanya perbedaan bermakna dengan membandingkan pada dua kelompok berdasarkan nilai body fat percentage, abdominal, suprailiac, dan tricep skinfold thickness

pada mahasiswa dan mahasiswi. b.


(1)

134

Data Korelasi Suprailiac Skinfold Thickness terhadap Kadar Trigliserida 1. Mahasiswa

Correlations

Trigliserida suprailiac sampel Spearman's rho Trigliserida Correlation Coefficient 1.000 .313* Sig. (2-tailed) . .017

N 58 58

suprailiac sampel Correlation Coefficient .313* 1.000 Sig. (2-tailed) .017 .

N 58 58

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Korelasi suprailiac skinfold thickness terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa diperoleh nilai r= 0,313 yang berarti terdapat korelasi positif dengan kekuatan yang lemah. Kekuatan korelasi antara suprailiac skinfold thickness dan kadar trigliserida pada mahasiswa ini juga dapat dilihat dari diagram sebar dibawah ini. Penyebaran titik-titik pada diagram sebar menunjukkan kekuatan korelasi, jika persebaran titik makin mendekati garis linier maka korelasi antara kedua variabel tersebut akan semakin kuat. Nilai p yang diperoleh adalah 0,017 yang berarti terdapat korelasi bermakna antara suprailiac skinfold thickness

terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

135

2. Mahasiswi

Correlations

TG responden suprailiac Spearman's rho TG responden Correlation Coefficient 1.000 .456**

Sig. (2-tailed) . .000

N 67 67

suprailiac Correlation Coefficient .456** 1.000 Sig. (2-tailed) .000 .

N 67 67

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Korelasi suprailiac skinfold thickness terhadap kadar trigliserida pada mahasiswi diperoleh nilai r= 0,456 yang berarti terdapat korelasi positif dengan kekuatan yang sedang. Kekuatan korelasi antara suprailiac skinfold thickness dan kadar trigliserida pada mahasiswi ini juga dapat dilihat dari diagram sebar dibawah ini. Penyebaran titik-titik pada diagram sebar menunjukkan kekuatan korelasi, jika persebaran titik makin mendekati garis linier maka korelasi antara kedua variabel tersebut akan semakin kuat. Nilai p yang diperoleh adalah 0,000 yang berarti terdapat korelasi bermakna antara suprailiac skinfold thickness

terhadap kadar trigliserida pada mahasiswi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

136

Data Korelasi Tricep Skinfold Thickness terhadap Kadar Trigliserida 1. Mahasiswa

Correlations

Trigliserida tricep sampel Spearman's rho Trigliserida Correlation Coefficient 1.000 .291*

Sig. (2-tailed) . .027

N 58 58

tricep sampel Correlation Coefficient .291* 1.000 Sig. (2-tailed) .027 .

N 58 58

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Korelasi tricep skinfold thickness terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa diperoleh nilai r= 0,291 yang berarti terdapat korelasi positif dengan kekuatan yang lemah. Kekuatan korelasi antara tricep skinfold thickness dan kadar trigliserida pada mahasiswa ini juga dapat dilihat dari diagram sebar dibawah ini. Penyebaran titik-titik pada diagram sebar menunjukkan kekuatan korelasi, jika persebaran titik makin mendekati garis linier maka korelasi antara kedua variabel tersebut akan semakin kuat. Nilai p yang diperoleh adalah 0,027 yang berarti terdapat korelasi bermakna antara tricep skinfold thickness terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

137

2. Mahasiswi

Correlations

TG responden tricep SFT Spearman's rho TG responden Correlation Coefficient 1.000 .286*

Sig. (2-tailed) . .019

N 67 67

tricep SFT Correlation Coefficient .286* 1.000 Sig. (2-tailed) .019 .

N 67 67

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Korelasi tricep skinfold thickness terhadap kadar trigliserida pada mahasiswi diperoleh nilai r= 0,286 yang berarti terdapat korelasi positif dengan kekuatan yang lemah. Kekuatan korelasi antara tricep skinfold thickness dan kadar trigliserida pada mahasiswi ini juga dapat dilihat dari diagram sebar dibawah ini. Penyebaran titik-titik pada diagram sebar menunjukkan kekuatan korelasi, jika persebaran titik makin mendekati garis linier maka korelasi antara kedua variabel tersebut akan semakin kuat. Nilai p yang diperoleh adalah 0,019 yang berarti terdapat korelasi bermakna antara tricep skinfold thickness terhadap kadar trigliserida pada mahasiswi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

138

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

139

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi bernama lengkap Danny Trias Prisnanda, lahir di Tabanan, tanggal 02 Mei 1991 dan merupakan anak ketiga dari pasangan Soewanto dan Prihatinningsih. Pendidikan awal dimulai di Taman kanak-kanak Aisyah Negara Bali (1995-1997), kemudian dilanjutkan di Sekolah Dasar Negeri 6 Dauhwaru Negara Bali (1997-2003). Pendidikan dilanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Negara Bali (2003-2006), selanjutnya ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Negara (2006-2009). Pendidikan dilanjutkan pada tahun 2009 ke jenjang Perguruan Tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan sebagai sie perlengkapan Open House Paingan tahun 2009, koordinator sie perlengkapan Tiga Hari Temu Akrab Farmasi (TITRASI) tahun 2010, koordinator sie keamanan Pharmacy Performance and Event Cup (PPnEC) tahun 2009-2012. Pada periode 2012/2013 penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi sebagai anggota Divisi Advokasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Farmasi (DPMF). Selain itu, penulis juga aktif sebagai anggota UKF Basket (2009-2013) dan UKF Sepak Bola (2009-2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Korelasi Body Mass Index dan Body Fat Percentage terhadap tekanan darah pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 0 192

Korelasi Body Fat Percentage terhadap rasio kolesterol total/HDL pada mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 1 203

Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Percent Body Fat (%BF) terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 3 185

Korelasi Body Mass Index (BMI) terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa dan mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 1 95

Korelasi antara Body fat Percentage terhadap rasio kadar LDL/HDL pada mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 1 183

Korelasi Body Fat Percentage terhadap rasio kolesterol total HDL pada mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

0 0 201

Korelasi Body Mass Index dan Body Fat Percentage terhadap tekanan darah pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

0 0 190

Korelasi antara Body fat Percentage terhadap rasio kadar LDL/HDL pada mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 1 181

Korelasi Body Fat Percentage terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 157

Korelasi Body Mass Index (BMI) terhadap kadar trigliserida pada mahasiswa dan mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 93