sebesar 50,70 sehingga menunjukkan bahwa mean teoritis pada variabel komunikasi seksual dalam keluarga lebih besar dibandingkan dengan
mean empirisnya. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa subjek dalam
penelitian ini memiliki komunikasi seksual dalam keluarga yang rendah. Untuk variabel yang ketiga, yaitu sikap remaja terhadap seks
memiliki mean teoritis sebesar 82,5 dan mean empiris sebesar 61,52. Data tersebut menunjukkan bahwa mean teoritis dari variabel sikap
remaja terhadap seks lebih besar dibandingkan mean empirisnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini juga memiliki
sikap terhadap seks yang rendah atau tidak mendukung. Berdasarkan uji-t yang dilakukan, dapat dilihat bahwa perbedaan nilai mean teoritis dan
mean empiris dari ketiga variabel bernilai signifikan, yaitu sebesar 0,000
0,05.
C. ANALISIS DATA PENELITIAN
1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, nilai residu dari regresi mempunyai distribusi
yang normal. Uji normalitas dilakukan pada data dari 339 subjek seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Uji nomalitas ini dilakukan
dengan metode Kolmogorov-Smirnov menggunakan program SPSS versi
.21. Normalitas dari suatu data dapat diketahui berdasarkan nilai
Asymp. Sig. 2-tailed dan data tersebut dikatakan normal apabila nilai
Asymp. Sig. 2-tailed ≥ 0,05. Berikut tabel hasil uji normalitas residu
yang dilakukan :
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Residu
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Asymp. Sig. 2-tailed N
Perilaku Seksual - Komunikasi 0,001
339 Sikap
– Komunikasi 0,053
339 Perilaku Seksual
– Sikap 0,914
339 Perilaku Seksual - Sikap -Komunikasi
0,932 339
Hasil tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pengujian nilai
residu untuk variabel perilaku seksual dan komunikasi memiliki nilai Asymp. Sig. 2-tailed
sebesar 0,001, variabel sikap dan komunikasi sebesar 0,053, variabel perilaku seksual dan sikap sebesar 0,914, serta
variabel perilaku seksual, sikap, dan komunikasi sebesar 0,932. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengujian nilai residu pada tiga data
reg resi dapat dikatakan terdistribusi secara normal ≥ 0,05 dan hanya
satu data yang tidak berdistribusi secara normal, yaitu data pada pengujian nilai residu variabel perilaku seksual dan komunikasi yang
menghasilkan nilai Asymp. Sig. 2-tailed sebesar 0,0 01 ≤ 0,05.
b. Uji Homoskedastisitas Uji asumsi yang selanjurnya adalah uji homoskedastisitas. Uji
asumsi ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varians residual dari satu pengamatan ke
pengamantan yang
lain tetap,
maka hal
tersebut disebut
Homoskedastisitas Santoso, 2014. Uji homoskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan menggunakan uji Glesjer. Asumsi
heteroskedastisitas dapat terpenuhi apabila nilai signifikasi Sig. dari regresi tersebut ≥ 0,05. Berikut disajikan tabel uji homoskedastisitas
dengan menggunakan uji Glesjer yang telah dilakukan :
Tabel 4.5 Hasil Uji Homoskedastisitas menggunakan Uji Glesjer
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Sig. N
Perilaku Seksual - Komunikasi 1,000
339 Sikap
– Komunikasi 1,000
339 Perilaku Seksual
– Sikap 1,000
339
Dari hasil uji Glesjer yang dilakukan, diketahui bahwa data dari
masing-masing variabel dalam penelitian ini memiliki nilai signifikansi Sig. sebesar 1,000
≥ 0,05. Hal itu menunjukkan bahwa variansi dari residu untuk setiap nilai variabel terikat bersifat konstan
dan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. c. Uji Linearitas
Uji asumsi terakhir yang diperlukan untuk uji regresi adalah uji linearitas. Linear dapat diartikan sebagai hubungan antara satu variabel
tergantung dan variabel bebas bersifat positif atau negatif Santoso, 2014. Asumsi linearitas dapat dilakukan dengan menggunakan
metode statistik test for linearity. Hubungan dapat dinyatakan linear bila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 p ≤ 0,05. Berikut tabel
hasil uji linearitas yang telah dilakukan :
Tabel 4.6 Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
Sig. Keterangan
Komunikasi - Perilaku Seksual 0,000
Linear Komunikasi - Sikap
0,001 Linear
Sikap - Perilaku Seksual 0,000
Linear
Hasil dalam tabel di atas menunjukkan bahwa hubungan antar
variabel yang terdapat pada penelitian ini bersifat linear. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansi Sig. dari masing-masing
hubungan antar variabel yang kurang dari 0,05 p ≤ 0,05. d. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan korelasi antar
variebel-variabel independen Santoso, 2014. Untuk mendeteksi multikolinearitas digunakan pengukuran terhadap nilai VIF Variable
Inflation Factor dan nilai Tolerance. Jika nilai VIF lebih kecil dari
10,00 dan nilai Tolerance lebih besar dari 0,10 maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas terhadap data yang diuji. Berikut tabel
hasil uji multikolinearitas yang telah dilakukan :
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficient
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Komunikasi ,968
1,033 Sikap
,968 1,033
Hasil tabel di atas menunjukkan nilai Tolerance sebesar 0,968 atau lebih besar dari 0,10 ≥ 0,10 dan nilai VIF sebesar 1,033 atau
lebih kecil dari 10, 00 ≤ 10,00. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa asumsi multikolinearitas dapat terpenuhi.
2. Uji Hipotesis Dari hasil uji asumsi yang telah dilakukan di atas, diketahui bahwa
tiga dari empat data yang diuji terdistribusi secara normal dan satu data tidak terdistribusi secara normal. Selain itu, uji asumsi yang dilakukan
juga menunjukkan bahwa tidak ada kecenderungan homoskedastisitas dalam data penelitian, serta hubungan antar variabel juga bersifat linear.
Berdasarkan hasil uji asumsi tersebut, maka akan dilakukan pengujian terhadap hipotesis dengan menggunakan uji statistik parametrik untuk
data yang telah memenuhi keseluruhan uji asumsi, yaitu berdistribusi normal, tidak ada kecenderungan homoskedastisitas, dan bersifat linear.
Pengujian hipotesis dengan statistik parametrik dilakukan dengan metode regresi linear sederhana dan regresi berganda. Sedangkan analisis atau
efek mediasi akan dilihat dengan metode causal steps Fairchild, Mackinnon, Taborga, Taylor, 2009.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan pengujian terhadap empat hipotesis yang telah ditarik sebelumnya. Hipotesis yang pertama,
yaitu komunikasi seksual dalam keluarga memiliki hubungan yang negatif dengan perilaku seksual
pranikah Jalur τ’. Hipotesis yang kedua, yaitu komunikasi seksual dalam keluarga memiliki hubungan yang
negatif dengan sikap remaja terhadap seks Jalur α. Hipotesis yang
ketiga, yaitu sikap remaja terhadap seks memiliki hubungan yang positif dengan perilaku seksual pranikah Jalur β. Hipotesis yang keempat atau
hipotesis mayor dalam penelitian ini, yaitu hubungan antara komunikasi seksual dalam keluarga dan perilaku seksual pranikah dimediasi oleh
sikap remaja terhadap seks Jalur τ. Hipotesis-hipotesis tersebut akan diuji dan dibahas satu-persatu sebagai berikut :
H1 : Komunikasi seksual dalam keluarga memiliki hubungan yang negatif dengan perilaku seksual
pranikah Jalur τ’.
Tabel 4.8 Uji Hipotesis 1 Regresi antara Komunikasi dengan Perilaku Seksual
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
,203
a
,041 ,039
62,690
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
171,603 17,708
9,691 ,000
Komunikasi -1,307
,343 -,203 -3,812
,000
a.
Tabel di atas menunjukkan hasil perhitungan uji regresi antara variabel komunikasi seksual dalam keluarga dengan perilaku seksual.
Dari hasil tersebut, diperoleh persamaan regresi Y = 171,603 – 1,307X
dengan Y adalah nilai sikap remaja terhadap seks dan X adalah nilai dari komunikasi seksual dalam keluarga. Selain itu, dari perhitungan tersebut
diketahui nilai korelasi antar kedua variabel dari nilai standardized coefficient
β sebesar -0,203 dengan nilai signifikansi Sig. sebesar 0,000
≤0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
negatif dan signifikan antara komunikasi seksual dalam keluarga dengan perilaku seksual pranikah.
Dari hasil uji hipotesis ini juga diperoleh koefisien regresi sebesar - 1,307 yang menunjukkan bahwa penambahan satu nilai pada komunikasi
seksual dalam keluarga akan menurunkan nilai perilaku seksual pranikah sebesar 1,307 103,7 dan begitupun sebaliknya. Dari hasil tersebut
dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi kualitas komunikasi dalam keluarga, maka akan semakin rendah perilaku seksual yang ditunjukkan
remaja. Sebaliknya, apabila kualitas komunikasi seksual dalam keluarga semakin rendah, maka perilaku seksual pranikah yang ditunjukkan akan
semakin tinggi. Sementara itu, nilai koefisien determinan R Square sebesar 0,041 menunjukkan bahwa komunikasi seksual dalam keluarga
dapat mempengaruhi kemunculan perilaku seksual pranikah sebesar 4,1 dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.
H2 : Komunikasi seksual dalam keluarga memiliki hubungan yang negatif dengan sikap remaja terhadap seks
Jalur α.
Tabel 4.9 Uji Hipotesis 2 Regresi antara Komunikasi dengan Sikap
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 ,178
a
,032 ,029
20,211
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
80,099 5,709
14,030 ,000
Komunikasi -,366
,110 -,178
-3,316 ,001
Tabel di atas menunjukkan hasil perhitungan uji regresi antara variabel komunikasi seksual dalam keluarga dengan sikap remaja
terhadap seks. Dari hasil tersebut, diperoleh persamaan regresi Y = 80,099
– 0,366X dengan Y adalah nilai sikap remaja terhadap seks dan X adalah nilai dari komunikasi seksual dalam keluarga. Selain itu, dari
perhitungan tersebut diketahui nilai korelasi antar kedua variabel dari nilai standardized coefficient
β sebesar -0,178 dengan nilai signifikansi Sig. sebesar 0,001
≤0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara komunikasi seksual dalam
keluarga dengan sikap remaja terhadap seks. Selain itu, dari uji hipotesis ini juga diperoleh koefisien regresi
sebesar -0,366 yang menunjukkan bahwa penambahan satu nilai pada komunikasi seksual dalam keluarga akan menurunkan nilai sikap remaja
terhadap seks sebesar 0,366 36,6 dan begitupun sebaliknya. Dari hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi kualitas komunikasi
dalam keluarga, maka akan semakin rendah atau negatif sikap terhadap seks yang dimiliki remaja. Sementara itu, nilai koefisien determinan R
Square sebesar 0,032 menunjukkan bahwa komunikasi seksual dalam
keluarga dapat mempengaruhi kemunculan sikap remaja terhadap seks sebesar 3,2 dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.
H3 : Sikap remaja terhadap seks memiliki hubungan yang positif dengan perilaku seksual pranikah Jalur β.
Tabel 4.10 Uji Hipotesis 3 Regresi antara Sikap dengan Perilaku Seksual
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate 1
,603
a
,364 ,362
51,079
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
-10,292 8,784
-1,172 ,242
Sikap 1,880
,135 ,603 13,875
,000
Tabel di atas menunjukkan hasil regresi antara variabel sikap remaja terhadap seks dengan perilaku seksual pranikah remaja. Dari hasil
tersebut diperoleh persamaan regresi Y = -10,292 + 1,880X di mana Y adalah perilaku seksual pranikah dan X adalah sikap remaja terhadap
seks. Selain diperoleh persamaan regresi, tabel di atas juga menunjukkan nilai korelasi antara kedua variabel, yang ditunjukkan dari nilai nilai
standardized coefficient β sebesar 0,603 dengan nilai signifikansi Sig.
sebesar 0,000 ≤0,05. Hal ini menujukkan bahwa terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara sikap remaja terhadap seks dengan perilaku seksual pranikah.
Uji hipotesis ini juga menghasilkan koefisien regresi sebesar 1,880 yang menunjukkan bahwa penambahan satu nilai pada sikap remaja
terhadap seks akan meningkatkan perilaku seksual pranikah remaja sebesar 1,880 188 dan begitupun sebaliknya. Dari hasil tersebut dapat
diasumsikan bahwa semakin tinggi atau positif sikap remaja terhadap seks yang dimiliki, maka akan semakin tinggi pula perilaku seksual
pranikah yang ditunjukkan. Sebaliknya, semakin rendah atau negatif sikap remaja terhadap seks yang dimiliki, maka semakin rendah pula
perilaku seksual pranikah yang ditunjukkan remaja. Sementara itu, nilai koefisien determinan R Square sebesar 0,364 menunjukkan bahwa sikap
remaja terhadap seks dapat mempengaruhi kemunculan perilaku seksual pranikah dengan pengaruh yang diberikan sebesar 36,4 dan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain. H4 : Hubungan antara komunikasi seksual dalam keluarga dan perilaku
seksual pranikah dimediasi oleh sikap remaja terhadap seks Jalur τ.
Tabel 4.11 Uji Hipotesis 4 Multiple Regresi antara Komunikasi, Sikap dan
Perilaku Seksual
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate 1
,611
a
,373 ,369
50,770
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
25,442 18,050
1,410 ,160
Komunikasi -,638
,282 -,099
-2,262 ,024
Sikap 1,825
,137 ,585 13,335
,000
Tabel di atas menunjukkan hasil regresi antara variabel sikap remaja terhadap seks dengan perilaku seksual. Dari hasil tersebut
diperoleh persamaan regresi Y = 25,442
– 0,638X1 + 1,825X2, di mana Y adalah perilaku seksual pranikah, X1 adalah komunikasi seksual dalam
keluarga, dan X2 adalah sikap remaja terhadap seks. Pada tabel 4.7 diketahui bahwa koefisien regresi pada jalur τ’ direct effect sebesar -
1,307 dengan nilai signifikansi Sig. sebesar 0,000 ≤0,05. Kemudian, pada tabel 4.10 diketahui bahwa koefisien regresi pada jalur τ mengalami
penurunan menjadi -0,638 dan dengan signifikansi Sig. sebesar 0,024 ≤0,05. Terjadinya pengurangan atau penurunan pada nilai koefisien
regresi dari jalur τ’ ke jalur τ menunjukkan bahwa sikap remaja terhadap seks dapat memediasi hubungan antara perilaku seksual pranikah dan
komunikasi seksual dalam keluarga. Nilai signifikansi Sig. yang dihasilkan pada jalur τ’ dan jalur τ yang tetap signifikan menunjukkan
bahwa dengan jenis mediasi dalam penelitian ini adalah partial mediation
. Berikut merupakan skema dari hasil uji hipotesis yang telah
dilakukan :
Gambar 4.1 Skema Hasil Uji Hipotesis
D. PEMBAHASAN