Sarwono, 2006 dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang satu atau lebih  kelompok  orang  terkait  karakteristik,  pendapat,  sikap,  atau  pengalaman
mereka,  dengan  cara  mengajukan  pertanyaan-pertanyaan  dan  menabulasikan jawaban  yang  diberikan  Leedy    Ormrod,  2005,  dalam  Supratiknya,  2015.
Menurut  Creswell  2012,  penelitian  survei  berusaha  memaparkan  secara kuantitatif  kecenderungan,  sikap,  atau  opini  dari  suatu  populasi  tertentu
dengan meneliti suatu sampel dari populasi tersebut.
B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
1.  Hipotesis Mayor Variabel Tergantung  : Perilaku Seksual Pranikah
Variabel Bebas : Komunikasi Seksual dalam Keluarga
Variabel Mediator : Sikap Remaja terhadap Seks
2.  Hipotesis Minor Variabel tergantung   : 1. Sikap Remaja terhadap Seks
2. Perilaku Seksual Pranikah Variabel Bebas
: 1. Komunikasi Seksual dalam Keluarga 2. Sikap Remaja terhadap Seks
C. DEFINISI OPERASIONAL
1.  Perilaku Seksual Pranikah Perilaku  seksual  merupakan  segala  tingkah  laku  atau  tindakan  yang
didorong oleh hasrat  seksual terhadap lawan jenis atau sesama jenis  yang
berasal dalam maupun luar dirinya. Bentuk-bentuk perilaku seksual dapat perilaku  seksual  dapat  dikelompokkan  menjadi  perilaku  seksual  yang
dilakukan  sendiri,  seperti  menaksir,  menghayal,  dan  masturbasi,  dan perilaku  seksual  yang  dilakukan  dengan  orang  lain,  seperti  pergi
berkencan,  berpegangan  tangan,  berpelukan,  kissing,  necking,  touching, stimulasi  oral-genital,  petting,  dan  intercourse
L”Engle  et.al.,  2005; Rathus,  Nevid,    Fichner-Rathus,  2008;  Sarwono,  2011;  Wulandari
Muis,  2014;  Lehmiller,  2014;  Yuniarti    Rusmilawaty,  2015.  Perilaku seksual  ini  akan  diukur  dengan  menggunakan  alat  ukur  yang  melihat
tingkatan  dari  perilaku  seksual  pranikah  remaja  berdasarkan  bobot  nilai median  dari  masing-masing  item  skala,  mulai  dari  perilaku  seksual  yang
ringan  hingga  perilaku  seksual  yang  berat.  Skor  yang  semakin  tinggi mengindikasi  bahwa  subjek  melakukan  perilaku  seksual  yang  semakin
berat, dan begitupun sebaliknya. 2.  Komunikasi Seksual dalam Keluarga
Komunikasi dalam
keluarga termasuk
dalam komunikasi
interpersonal.  Komunikasi  dalam  keluarga  merupakan  proses  komunikasi atau  pengiriman  pesan-pesan  mengenai  seksual  yang  terjadi  secara
langsung  maupun  tidak  langsung  antara  satu  individu  dengan  individu lainnya  didalam  keluarga  dan  memerlukan  tanggapan  feedback.
Komunikasi  dalam  keluarga,  khususnya  komunikasi  mengenai  seksual dapat diukur menggunakan dua dimensi menurut Warren dan Neer 1986,
yaitu  kenyamanan  comfort  dan  informasi  information.  Tinggi
rendahnya  skor  yang  dihasilkan  dalam  skala  komunikasi  seksual  dalam keluarga  dapat  menunjukkan  komunikasi  seksual  telah  dilakukan  dalam
keluarga  tersebut.  Skor  yang  semakin  tinggi  mengindikasikan  adanya komunikasi seksual yang lebih di dalam keluarga, sedangkan skor rendah
mengindikasikan  komunikasi  seksual  yang  rendah  atau  kurang  dalam keluarga.
3.  Sikap Remaja terhadap Seks Sikap  merupakan  bentuk  evaluasi  atau  reaksi  perasaan,  pemikiran,
dan  kecenderungan  bertindak  yang  relatif  konsisten  dari  seseorang terhadap  suatu  stimulus  atau  objek  di  lingkungan  sekitarnya,  serta  dapat
bersifat  positif  atau  mendukung  maupun  bersifat  negatif  atau  tidak mendukung  objek  sikap  tersebut,  dalam  hal  ini  terhadap  hal-hal  seksual.
Sikap  terdiri  atas  tiga  komponen  yang  bersama-sama  membentuk  sikap yang  utuh,  yaitu  komponen  kognitif,  komponen  afektif,  dan  komponen
konatif  Allport,  1954,  dalam  Notoatmodjo,  1993;  Azwar,2009.  Sikap terhadap seks ini dapat diungkap melalui beberapa komponen objek sikap
menurut  Rice  dalam  Rini,  2002,  yaitu  sikap  terhadap  hubungan  seksual pranikah  dengan  pasangan  tetap,  sikap  dalam  melakukan  hubungan
seksual  pranikah  pada  kondisi  spesifik,  dan  sikap  terhadap  hubungan seksual  pranikah  sebagai  pengalaman  hidup.  Sikap  remaja  terhadap  seks
ini  dapat  bersifat  positif  atau  mendukung  dan  negatif  atau  tidak mendukung.  Sikap  yang  dimiliki  tersebut  dapat  diketahui  melalui  tinggi
rendahnya  skor  yang  diperoleh  dari  skala  sikap  remaja  terhadap  seks.
Subjek  yang  memperoleh  skor  yang  semakin  rendah  mengindikasikan sikap  terhadap  seks  yang  semakin  negatif,  sedangkan  skor  yang  semakin
tinggi  mengindikasikan  bahwa  subjek  memiliki  sikap  terhadap  seks  yang semakin positif.
D. SUBJEK PENELITIAN