95
dimaksudkan mendorong peserta untuk menemukan pengalaman hidupnya dengan Tradisi Kristiani demi terwujudnya keterlibatan baru.
Katekese dengan model SCP menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan penghayatan akan Perayaan Ekaristi bagi kaum muda. Melalui
katekese, kaum muda dapat saling mensharingkan apa yang menjadi kerinduan yang dirasakan selama ini terutama dalam hal penghayatan Ekaristi
Bahasa Jawa. Sehingga apa yang mereka rayakan bersama tidak hanya berhenti pada mengerti maksudnya saja melainkan dapat sungguh-sunggguh
memahami dan menghayati Perayaan Ekaristi serta dapat terlibat di dalamnya. Dengan demikian kaum muda turut serta dalam proses pewartaan
kepada sesama dan upaya Gereja yang terdapat dalam SC mengenai tujuan
digunakannya bahasa setempat dapat sungguh terlaksana dan mampu menggerakkan kaum muda untuk dapat terlibat aktif dalam Perayaan Ekaristi.
B. Katekese bagi Kaum Muda Sebagai Salah Satu Upaya Meningkatkan
Penghayatan Akan Perayaan Ekaristi 1.
Pengertian Katekese
Paus Yohanes Paulus II dalam
Catechesi Tradendae
CT art. 18 mendefinisikan arti dari katekese sebagai berikut “... katekese ialah
pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya
diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen”. Dengan ini katekese ialah
96
suatu pembinaan iman yang mencakup penyampaian ajaran Kristen yang diberikan secara sistematis dan organis dengan tujuan supaya dapat
memenuhi kehidupan Kristen. Melalui katekese, Gereja berusaha untuk membantu umat beriman supaya lebih memahami dan menghayati hidup
Kristen dengan harapan dapat diwujudkannyatakan dalam kehidupan sehari- hari. Terdapat tiga pokok yang disampaikan oleh Paus Yohanes Paulus II
dalam CT ialah: pembinaan iman kepada anak-anak dan orang dewasa, penyampaian ajaran Kristen, dengan harapan mengantarkan pendengar
katekese supaya hidup secara Kristen sungguh dapat dipenuhi. PPKI II Lalu, 2007: 12 mendefinisikan ketekese yang lebih akrab
dengan katekese umat sebagai suatu komunikasi iman atau tukar pengalaman iman. Masing-masing peserta katekese membawa kesaksian sebagai orang
kristiani yang kemudian saling bertukar dan saling meneguhkan dan memperkaya satu sama lain. Pengalaman dikasihi oleh Yesus Kristus yang
secara bebas dan kehendak hati untuk mengimani Yesus Kristus. Dengan kesaksian akan sabda Allah yang telah tersampaikan dan kemudian
ditanggapai oleh umat itu sendiri. Dalam hal ini yang bekatekse ialah umat yang senantiasa berkumpul atas nama Yesus Kristus.
Katekese ialah salah satu bentuk perwujudan Gereja, yang bermaksud menerangi existensi manusia, sebagai tindakan penyelamatan Allah,
dengan memberikan kesaksian tentang rahasia Kristus dalam bentuk permakluman sabda, yang bertujuan mengunggah dan memupuk iman
serta menolong manusia untuk menghayati imannya dalam situasi hidup sehari-hari yang konkrit Soetawan, 1974:5.
Katekese ialah salah satu bentuk perwujudan Gereja, ialah umat Allah
yang melalui bimbingan Roh Kudus yang menghadapkan kepada kehidupan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
konkrit kepada keselamatan Allah. Bentuk perwujudan Gereja antar lain perayaan liturgi, permakluman sabda dan usaha-usaha sosial dan keutamaan-
keutamaan yang lain.
2. Tujuan Katekese
Berdasarkan dari definisi katekese dapat dikatakan bahwa katekese bertujuan untuk membantu umat Kristiani lebih memaknai ajaran Kristus
sehingga dapat semakin beriman kepada Yesus Kristus. Paus Yohanes Paulus II dalam
CT art. 25 memaparkan tujuan katekese sebagai berikut:
Pada intinya katekese sungguh perlu baik bagi pendewasaan iman maupun bagi kesaksian umat Kristen ditengah masyarakat: tujuannya
ialah mendampingi umat Kristen untuk meraih kesatuan iman serta pengertian akan Putera Allah, kedewasaan pribadi manusia, dan
tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Katekese bertujuan juga menyiapkan mereka untuk membela diri terhadap
siapapun, yang meminta pertanggungjawaban mereka atas harapan yang ada pada mereka.
Dengan ini tujuan katekese ialah supaya semakin mendewasankan iman umat beriman supaya kepenuhan hidup Kristen sungguh dirasakan dan
tersampaikan dalam kehidupan. Umat senantiasa dapat beriman yang penuh sehingga tidak mudah tergoyahkan dengan hal-hal yang mungkin akan
menghampiri. Suasana yang terjadi hendaknya saling terbuka dan saling menghargai serta saling mendengar antar peserta. Berkatekese tidak hanya
cukup dilaksanakan sekali atau dua kali melainkan upaya untuk mempertebal iman yang dilakukan terus menerus.
98
Dalam PKKI II yang dilaksanakan pada tanggal 29 Juni s.d 5 Juli 1980 di Klendar Jakarta Yosep Lalu merumuskan tujuan katekese sebagai
berikut: 1
Supaya dalam terang injil kita semakin meresapi arti pengalaman- pengalaman kita sehari-hari
2 Dan kita bertobat metanoia kepada Allah dan semakin menyadari
kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari 3
Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita
4 Pula kita masing bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin
tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta
5 Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam
hidup kita di tengah masyarakat Berdasarkan rumusan dari tujuan katekese yang telah dicantumkan
diatas, maka tujuan katekese yang akan dilakukan kepada kaum muda di Stasi St. Fransiskus Xaverius Kemrangge, ialah untuk membantu kaum muda
dalam meningatkan penghayatan akan Perayaa Ekaristi dengan menggunakan Bahasa Jawa. Melalui katekese peserta diharapkan mempunyai kedasaran
untuk mampu mempelajari bahasa Jawa supaya dengan sungguh-sungguh dapat membantu meningkatkan penghayatan umat dalam Perayaan Ekaristi.
Sehingga tujuan yang katekese untuk mendewasakan iman dan memebri kesaksian ditengah masyarakat sungguh dapat terwujud.
99
3. Model Katekese
Dalam PKKI III menyebutkan beberapa unsur dalam ketekese antara lain: proses penyadaran pengalaman hidup, hal ini menjadi pokok dalam
suatu katekese karena proses katekese berpangkal dari kenyataan hidup yang dialami oleh umat. Proses penyadaran pengalaman hidup dengan terang Kitab
Suci dan Tradisi Gereja, dimana umat memadukan pengalamnnya dengan pengalaman iman dalam Kitab Suci, dengan artian bahwa umat melihat
campur tangan Tuhan dalam setiap pengalamannya. Yang terakhir ialah proses penyadaran akan keterlibatan untuk pembaharuan masyarakat atau
keterlibatan baru, setelah umat menyadari pangilana sebagai murid maka mereka pun siap untuk menjalankan perutusan. Katekese dibagi menjadi tiga
model yaitu model pengalaman hidup, model blibis, dan model campuran Sumarno DS, 2005:11. Model-model tersebut merupakan alternatif yang
digunakan dalam berkatekese seturut dengan perkembangan zaman. Dalam menyusun program yang akan dilaksanakan bagi umat di Stasi Kemranggen
menggunakan model
Shered Christian Praxis
SCP. Model ini bermula dari model pengalaman hidup umat
yang kemudian direfleksikan secara kritis dengan pengalaman iman dan visi misi kristiani supaya muncul sikap
kesadaran baru. Katekese model SCP mengutamakan peserta sebagai subyek yang senantiasa akan membagikan pengalaman hidupnya untuk saling
menguatkan yang kemudian diteguhkan melalui kitab suci atau Tradisi Gereja.
100
a. Tiga komponen utama dalam
Shered Christian Praxis
SCP. 1
Praxis
Praxis dalam Shared Shristian Praxis diartikan sebagai suatu tindakan yang sudah direfleksikan. Praxis sebagai tindakan meliputi seluruh
keterlibatan manusia dalam dunia, segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia dengan tujuan tertentu, yaitu suatu perubahan hidup yang meliputi
kesatuan praktek dan teori, antara refleksi kritis dan histori yang mengarah kepada keterlibatan baru. Praxis merupakan suatu praktek yang didukung
oleh refleksi teoritis dan sekaligus refleksi teoritis yang didukung oleh praktek. Yang merupakan ungkapan pribadi meliputi fisik, emosional,
intelektual, spiritualitas dari hidup kita. Menyangkut 3 unsur pembentuk yang saling berkaitan yaitu: aktivitas, refleksi dan kreativitas Sumarno DS,
2005:15.
2 Christian
Corak kehidupan Kristiani terdapat dalam Tradisi Gereja, yaitu: Kitab Suci tertulis, ajaran Gereja resmi, tafsir, ajaran para teolog, praktek suci,
ibadat, sakramen, simbol, ritus, peringatan, lukisan atau hiasan yang menjadi ekspresi iman akan pengalamannya kepada Allah, peristiwa historis
khususnya kehadiran Allah dalam peristiwa hidup, mati dan kebangkitan Kristus. Tradisi dalam Gereja Katolik merupakan pengalaman iman dalam
bentuk apapun dan telah dibakukan oleh Gereja dalam menanggapi pewahyuan Allah didunia. Tidak semua tradisi dapat di sebut Tradisi, bahkan
Tradisi tidak dapat diciptakan begitu saja oleh seseorang. Setiap orang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
memiliki pengalaman dan sejarah masing-masing serta memiliki tradisinya sendiri. Dalam hal ini setiap orang mencipakan tradisinya sendiri sebagai
orang beriman. Pengalamn kontrit yang dialami oleh setiap orang inilah yang dimaksud dengan tradisi dengan huruf t kecil.
3 Shared
Sharing mengungkapkan berbagai rasa, pengalaman, pengetahuan serta saling mendengarkan pengalaman orang lain,
shared
bukan berarti peserta terus menerus harus berbicara. Dalam dialog ini meliputi untuk
penting
to tell
membicarakan yang tidak sama dengan berbicara yang didasari oleh sikap keterbukaan dan kejujuran serta kerendahan hati untuk
mengungkapkan pengalaman nyata yang terjadi. Dan
to listen
mendengarkan dengan hati dan rasa tentang apa yang dikomunikasikan oleh orang lain. Ketentuan sharing dalam berkatekese model SCP ialah rasa cinta
kasih kepada dunia dan manusia yang menjadi dasar dalam berkomunikasi, sikap kerendahan hati dan mau menerima dan menghargai pribadi yang lain,
suasana saling berharap akan kekuatan dan dukungan dengan peserta yang lain, bijaksana atas apa yang akan disharingkan. Sehingga dalam sharing
diharapkan terjadinya dialog antar peserta dengan Tuhan bukan hanya anatar peserta yang lain.
b. Langkah-langkah Model
Shered Christian Praxis
SCP. 1
Langkah 0 Awal : Pemusatan Aktivitas
Langkah awal ini dimaksudkan agar mendorong peserta untuk menemukan topik pertemuan yang bertolak dari kehidupan konkret yang
102
selanjutnya diangkat menjadi tema pertemuan. Dengan demikian tema yang diangkat sungguh-sungguh mencerminkan kehidupan umat sendiri. Langkah
awal ini tidak selalu dan bahkan jarang digunakan karena sebagian besar pemandu katekese umat sudah mempersiapkan tema yang akan digunakan
dalam berkatekese. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa kaum muda kurang menghayati Perayaan Ekaristi bahasa Jawa. Maka, tema sudah
ditentukan sesuai dengan keprihatinan tersebut, supaya kaum muda dapat meningkatkan penghayatan akn Perayaan Ekaristi bahasa Jawa.
2 Langkah 1 Pertama : Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta
Dalam langkah awal telah dibahas tentang bagaimana membuat tema yang mencerminkan hidup umat sendiri sehingga mereka mampu tersapa
dengan tema yang diambil. Pada langkah pertama ini pendamping bisa membagikan teks cerita yang sesuai dengan tema ataupun video yang mampu
mengantar umat, sehingga umat dapat lebih terlibat aktif untuk mensharingkan pengalamannya. Dalam langkah ini pendamping tidak boleh
menanggapi sebagai suatu laporan tetapi dengan sabar, ramah dan hormat untuk mendengarkan sharing dari umat sekalian tentang pengalaman hidup
yang mereka alami. Dalam langkah ini peserta mengungkapkan pengalaman kenyataan hidup yang dialami sesuai dengan tema yang dibahas. Sesuai
dengan tema yang telah dipilih, peserta diharapkan dapat mengungkapkan pengalaman selama mengikuti Perayaan Ekaristi.
103
3 Langkah II Kedua : Mendalami Pengalaman Hidup Peserta.
Dalam Langkah pertama telah mendengar sharing dari umat mengenai pengalaman hidup yang mereka alami. Pada Langkah kedua ini tidak terlepas
dari langkah pertama dimana para peserta diajak untuk lebih mendalami pengalaman yang mereka alami dengan panduan pertanyaan yang mampu
membawa umat untuk lebih mendalami pengalaman tersebut. Supaya lebih memperdalam pada saat refleksi dan mengantar peserta untuk sampai kepada
kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan tindakannya. Dalam langkah ini peserta diajak untuk dapat mensharingkan dan saling menguatkan satu sama
lain dengan bantuan pertanyaan untuk menggali pengalaman, namun tidak memaksa peserta untuk berbicara. Setelah peserta mengungkapkan
pengalaman konkrit mengenai keterlibatan dalam Perayaan Ekaristi kemudian peserta diajak untuk mendalami dan merefleksikan pengalamannya tersebut.
4 Langkah III Ketiga : Menggali Pengalaman Iman Kristiani
Dalam langkah ini bertujuan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan visi kristiani supaya lebih terjangkau dan lebih mengena kepada
kehidupan peserta yang memiliki latarbelakang yang berbeda. Dalam setiap pengalaman yang kita alami Tuhan selalu ada bersama kita. Oleh karena itu,
pada langkah ketiga ini peserta diajak untuk mampu memaknai dan merefleksikan pengalaman yang dialami dengan terang Injil maupun Tradisi
Gereja sehingga peserta mampu menemukan makna hidup sejati. Pemandu kateseke sebagai fasilitator memberikan tafsiran Kitab Suci untuk lebih
104
menguatkan apa yang telah dibahas dalam katekese, sehingga iman umat semakin diteguhkan. Pengalaman peserta yang sudah direfleksikan kemudian
dihubungan dengan Tradisi Gereja. Hal ini dimaksudkan supaya peserta diteguhkan,
sehingga mulai
muncul kesadaran
sehingga mampu
menggunakan unsur budaya setempat dapat digunakan untuk membantu menghayati Perayaan Ekaristi.
5 Langkah IV Keempat : Menerapkan Iman Kristiani dalam situasi
peserta konkrit.
Mengajak peserta untuk menemukan bagi dirinya sendiri nilai hidup yang hendak di garisbawahi, sikap-sikap pribadi yang picik di hilangkan dan
nilai-nilai baru yang hendak di perkembangkan. Dalam langkah keempat peserta mendialogkan apa yang telah diperoleh selama berkatekese dari
langkah pertama hingga langkah ketiga, dan fasilitator mengundang umat untuk melangkah kepada kehidupan yang lebih baik dengan semangat dan
iman yang baru. Langkah keempat ini peserta mereflesikan kembali sambil merenungkan selama proses yang telah berlangsung dan diarahkan untuk
menemukan sikap baru berkaitan dengan tema yang telah didalami, sehingga peserta semakin mampu untuk belajar untuk mempelajari dan tidak begitu
saja kehilangan Bahasa Jawa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
6 Langkah V Kelima : Mengusahakan suatu aksi konkrit
Mengajak peserta agar sampai pada keputusan praksis yang dipahami sebagai tanggapan jemaat terhadap pewahyuan Allah dan nantinya mereka
mampu untuk membuat aksi baik dalam bentuk kelompokkomunitas maupun secara individu sehingga mereka mampu menjawab kebutuan masyarakat
disekitar dan terlibat didalamnya. Bertolak dari keprihatinan yang dialami oleh kaum muda sebagai peserta, dan setelah menemukan niat baru secara pribadi,
kemudian peserta secara bersama-sama mengusahakan aksi yang akan dilakukan guna meningkatkan penghayatan akan Perayaan Ekaristi dengan
menggunakan Bahasa Jawa.
C. Usulan Program Katekese dengan Model SCP