Pengindekan Sistem Kristal Kubus

Bila ditinjau kembali hukum Bragg dengan orde difraksi n = 1, λ = 2 d hkl sin θ maka bila kedua ruas dikuadratkan akan diperoleh persamaan, 2 2 2 4 sin d λ θ = atau θ λ 2 2 2 sin 4d = 2.24 Bila persamaan 2.23 dan 2.24 dikombinasikan akan diperoleh persamaan, 2 2 2 2 2 2 2 sin 4 1 λ θ = + + = d l k h d 2.25 atau 2 2 2 2 2 2 4 sin l k h a + + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = λ θ 2.26 2 2 4a λ Oleh karena λ dan a adalah konstan, maka juga konstan, maka 2 2 2 l k h + + θ 2 sin sebanding dengan , sehingga dengan indeks Miller lebih tinggi akan didifraksikan pada sudut yang lebih tinggi pula. Tahapan dalam pengindekkan pola difraksi untuk materials kubus adalah sebagai berikut : 1 Identifikasi puncak-puncak yang muncul. 2 Hitung nilai sin 2 θ. egers K int , sin 2 θ 3 Tentukan nilai atau sin 2 2 2 2 l k h K + + = θ 4 Identifikasi pembagi terendah dari hasil 3 dan juga identifikasi bilangan bulat yang bersesuaian. Namakan pembagi terendah tersebut adalah K. 40 5 Bagi sin 2 θ dengan K untuk masing-masing puncak. Dari sini akan diperoleh daftar bilangan bulat yang bersesuaian dengan h 2 + k 2 + l 2 . 6 Pilih pola yang sesuai dengan nilai h 2 + k 2 2 + l dan identifikasi kisi Bravaisnya 7 Hitung parameter kisinya. Sebagai contoh, dapat dilihat pada lampiran.

2. Pengindekan Struktur Kristal Non Kubus

Untuk material yang berstruktur bukan kubus, memiliki indeks Miller yang dapat dicari dengan persamaan seperti yang telah disajikan pada Tabel I, yaitu : 2 2 2 2 2 2 120 , 90 , , 3 4 1 = = = ≠ = + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + + = → γ β α c b a c l a k hk h d Hexagonal 2.27 2 2 2 2 2 2 90 , , 1 = = = ≠ = + + = → γ β α c b a c l a k h d Tetragonal 2.28 2 2 2 2 2 2 2 90 , , 1 hom = = = ≠ ≠ + + = → γ β α c b a c l b k a h d bic Orthor 2.29 Dan dengan mengingat hukum Bragg orde 1, λ = 2 d hkl sin θ maka bila kedua ruas dikuadratkan akan diperoleh persamaan, 2 2 2 4 sin d λ θ = 2 2 2 sin 4 1 λ θ = d atau θ λ 2 2 2 sin 4d = atau Dan bila kedua persamaan ini dikombinasikan, maka akan diperoleh persamaan 41 2 2 2 2 2 2 2 2 sin 4 3 4 1 λ θ = + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + + = → c l a k hk h d Hexagonal 2.30 2 2 2 2 2 2 2 2 sin 4 1 λ θ = + + = → c l a k h d Tetragonal 2.31 2 2 2 2 2 2 2 2 2 sin 4 1 hom λ θ = + + = → c l b k a h d bic Orthor 2.32 Persamaan tersebut dapat disusun kembali dalam bentuk persamaan Sin 2 θ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = → 2 2 2 2 2 2 2 3 4 4 sin c l a k hk h Hexagonal λ θ 2.34 ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = → 2 2 2 2 2 2 2 4 sin c l a k h Tetragonal λ θ 2.35 ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = → 2 2 2 2 2 2 2 2 4 sin hom c l b k a h bic Orthor λ θ 2.36

a. Sistem kristal Tetragonal

Nilai sin 2 θ untuk struktur kristal dari Tetragonal diberikan oleh persamaan, ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = → 2 2 2 2 2 2 2 4 sin c l a k h Tetragonal λ θ Karena untuk setiap pola difraksi yang diberikan, nilai a dan ca ádalah tetap, sehingga nilai 2 2 4a λ juga tetapkonstan, maka persamaan . 2.35 dapat dituliskan dalam bentuk yang lebih sederhana yaitu, 42