Botani Sawi Pakcoy Brassica chinensis

Tanaman sawi pakcoy mempunyai sistem akar serabut. Memiliki bentuk bangun daun bulat orbicularis, dimana ujung daun dan pangkal daunnya membulat. Pertulangan daun menyirip, dimana memiliki satu ibu tulang yang terletak dari pangkal ke ujung daun, dari ibu tulang ke samping keluar tulang-tulang cabang sehingga susunannya seperti sirip ikan. Tepi daun rata, permukaan daun gundul, dan daun berwarna hijau. Menurut Gembong 1985, pada berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang terlihat daun-daun yang dudukannya rapat berjejal-jejal, yaitu jika ruas-ruas batang sangat pendek, sehingga duduk daun pada batang terlihat hampir sama tinggi, dan sangat sulit untuk menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun-daun yang mempunyai susunan demikian disebut roset rosula. Pada tanaman sawi pakcoy susunan daunnya termasuk roset akar karena susunan daun-daunnya mengumpul di bagian bawah dekat dengan akar, batangnya sangat pendek sehingga semua daun berjejal-jejal di atas tanah. Berikut ini adalah gambar tanaman sawi pakcoy: Gambar 2.1. Tanaman Sawi Pakcoy Brassica chinensis Klasifikasi ilmiah: Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rhoeadales Brassicales Famili : Cruciferae Brassicaceae Genus : Brassica Spesies : Brassica chinensis a. Syarat Tumbuh Alex 2004 mengungkapkan, bahwa sawi pakcoy cocok ditanam di dataran tinggi 1000-1200 m dpl, dengan syarat tumbuh sinar matahari yang cukup, aerasi sempurna tidak tergenang air, dan pH tanah berkisar antara 5,5 – 6. Sedangkan Haryanto 1995 mengungkapkan, bahwa tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, pembuangan airnya baik, dan derajat keasaman pH tanah yang optimal untuk pertumbuhannya berkisar antara 6-7. Sebagian besar daerah-daerah di Indonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut. Menurut Sutirman 2011 sawi pakcoy bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalanya di Asia. Karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca, dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesiaini. Daerah penanaman yang cocok adalah muali dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpt. Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Tanaman pakcoy tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang tahun. b. Kandungan Gizi dan Manfaat Sawi Pakcoy Brassica chinensis Menurut data yang tertera dalam daftar komposisi makanan yang diterbitkan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan, komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam setiap 100 g berat basah sawi dan selada adalah seperti disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi dalam 100 gr Sawi dan Selada Zat gizi Sawi Selada Protein g 2,3 1,2 Lemak g 0,3 0,2 Karbohidrat g 4,0 2,9 Ca mg 220,0 22,0 P mg 38,0 25,0 Fe mg 2,9 0,5 Vitamin A mg 1.940 162 Vitamin B mg 0,09 0,04 Vitamin C mg 102 8,0 Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1979 Haryanto, 1995 Selain memiliki kandungan vitamin dan zat gizi yang penting bagi kesehatan, sawi dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Sawi yang dikonsumsi berfungsi pula sebagai penyembuh sakit kepala. Orang-orang pun mempercayai sawi mampu bekerja sebagai bahan pembersih darah. Penderita penyakit ginjal dianjurkan untuk banyak-banyak mengonsumsi sawi karena dapat membantu memperbaiki fungsi kerja ginjal Haryanto, 1995. 1 Budidaya Sawi Pakcoy Brassica chinensis Haryanto 1995 mengungkapkan, bahwa budidaya sawi pakcoy meliputi: 2 Pembenihan Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani sawi dan selada. Benih yang baik menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus, sedangkan benih yang jelek menghasilkan tanaman pertumbuhannya tidak normal sehinga hasilnya kurang memuaskan bahkan tanaman tidak tumbuh. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil, permukaannya licin mengkilap dan agak keras, serta warna kulit benih coklat kehitaman. 3 Pengolahan Tanah Secara umum sebelum tanah ditanamai sayuran dilakukan penggemburan tanah serta pembuatan bedengan. Pencangkulan dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah serta sirkulasi udara. Pemberian pupuk dasar berguna untuk memperbaiki struktur fisik serta kimia tanah sehingga menambah kesuburan tanah. Tanah harus gembur karena sawi pakcoy merupakan tanaman yang berusia pendek, sehingga dapat menunjang pertumbuhan. Tanah yang bergumpal atau keras dapat menghambat pertumbuhan sawi pakcoy, sehingga masa panen dapat lebih lama atau tanaman tumbuh kerdil. Lahan yang sudah digemburkan, kemudian dibuat bedengan dengan tujuan memberikan perlakuan pada tanaman agar tumbuh lebih teratur dan baik. Bedengan sebaiknya dibuat memanjang dari atah timur ke barat agar tanaman dapat menerima cahaya matahari yang perlu untuk pertumbuhan sebanyak-banyaknya. 4 Pembibitan Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengelolaan tanah untuk penanaman. Benih yang berkualitas baik ditabur pada permukaan tanah, kemudian ditutupi dengan tanah yang halus setebal 1-2 cm. Perawatan selama pembenihan yaitu dengan penyiraman. Benih tumbuh setelah 3-5 hari. 5 Penanaman Bibit sawi pakcoy ditanam dengan jarak penanaman 20 x 20 cm dalam satu bedengan. 6 Pemeliharaan Menurut Alex 2014, pemeliharaan sawi pakcoy meliputi pengairan, pemupukan susulan, penyiangan, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. 7 Hama, Penyakit, dan Pengendaliannya a Hama Menurut Tora 2014, hama yang menyerang sawi pakcoy antara lain:  Ulat Tanah Agrotis sp. Ulat tanah berwarna coklat sampai coklat kehitaman, biasanya menyerang tanaman yang masih kecilmuda. Serangan biasanya terjadi pada malam hari, hal tersebut disebabkan karena ulat ini takut sinar matahari. Ulat ini menyerang pada bagian pangkal batang tanaman yang masih sangat sukulen dan mengakibatkan tanaman mati karena sudah tidak memiliki titik tumbuh. Pemberantasan hama ulat tanah biasasnya menggunakan insektisida berbentuk butiran granul. Caranya dengan menaburkan sedikit insektisida tersebut di samping pokok tanaman, dengan dosis 0,3 – 0,4 gr per tanaman atau 6 kg insektisida granul per hektar. Insektisida granul yang dapat diaplikasikan di antaranya Furadan 3 G dan Curater 3 G.  Ulat Grayak Spodoptera litura dan Spodoptera exigua Spodoptera litura berukuran sekitar 15-25 mm, berwarna hijau tua kecoklatan dengan totol-totol hitam di setiap ruas buku badannya. Sedangkan Spodoptera exigua , mempunyai ukuran yang sama dengan Spodoptera litura tetapi warna tubuhnya hijau sampai hijau muda tanpa totol-totol hitam di ruas buku badannya. Kedua jenis ulat ini sering menyerang tanaman dengan cara memakan daun hingga menyebabkan daun berlubang-lubang terutama pada daun muda. Agar tanaman tidak terserang, maka perlu dilakukan pencegahan yaitu dengan melakukan sanitasi lahan dengan baik. Apabila tanaman telah terserang ulat jenis ini, maka segera disemprot dengan insektisida yaitu Matador 25 EC, Curacron 500 EC dan Buldok 25 EC. Dosis yang digunakan disesuaikan dengan anjuran pada label kemasan.  Ulat Perusak Daun Plutella xylostella Ulat ini berwarna hijau muda, panjang tubuh sekitar 7-10 mm. Penyerangan dilakukan secara bergerombol dan bagian tanaman yang siserang adalah pucuk tanaman. Akibatnya daun muda dan pucuk tanaman berlubang- lubang. Penanganan dilakukan dengan sanitasi penyiangan lahan dan penyemprotan insektisida yaitu March 50 EC, Proclaim 5 SG, Decis 2,5 EC dan Buldok 25 EC. Dosis yang digunakan sesuai anjuran yang ada pada label kemasan.  Leaf Miner Liriomyza sp. Serangga ini menyerang tanaman bagian daun. Serangga dewasa meletakkan telur di daun, selanjutnya larva yang berukuran sangat kecil masuk ke dalam daun. Larva ini memakan daging daun dan hanya menyisakan kulit daunnya. Akibatnya, di permukaan daun tampak bercak kuning kecoklatan melingkar-lingkar ke segala arah yang sebenarnya merupakan jalur larva memakan daging daun. Untuk mencegah terjadinya serangan dengan melakukan sanitasi lahan. Bila sudah nampak gejala serangan, segera menyemprotkan insektisida sistemik karena sasaran hama berada di dalam daging daun. Insektisida sistemik yang dapat digunakan yaitu Trigard 75 WP dan Proclaim 5 SG. Dosis penggunaannya sesuai dengan anjuran yang terdapat pada label kemasan. b Penyakit Menurut Tora 2014, penyakit yang menyerang sawi pakcoy antara lain:  Penyakit Busuk Daun Phytoptora sp. Gejala serangan ditandai dengan bercak basah coklat kehitaman di daun. Bentuk bercak tidak beraturan, awalnya kecil, lalu melebar dan akhirnya busuk basah. Serangan akan semakin parah jika suhu dan kelembaban udara terlalu tinggi. Umumnya kondisi ini terjadi ketika hujan sehari diikuti panas atau terik pada beberapa hari berikutnya. Agar tanaman tidak diserang maka dilakukan pencegahan dengan melakukan sanitasi lahan dengan baik, selain itu juga menghindari penanaman pada musim hujan. Apabila penanaman dilakukan pada musim hujan, jarak tanam perlu dilebarkan menjadi 30 x 25 cm, dan selokan diperlebar agar sirkulasi air dan udara lancar. Namun bila sudah tampak gejala serangan, segera menyemprotkan fungisida yaitu Bion M 148 WP, Topsin M 70 WB dan Kocide 60 WDG. Dosis yang digunakan sesuai dengan anjuran yang ada pada label kemasan.  Penyakit Akar Gada Plasmodiophora brassicae Penyakit ini menyerang bagian perakaran tanaman. Gejala serangan ditunjukkan dengan tanaman tampak layu hanya pada siang hari yang cerah dan panas. Sebaliknya, pada pagi hari kondisi tanaman segar. Pertumbuhan tanaman yang terserang penyakit ini akan terhambat. Apabila tanaman dicabut, akan tampak benjolan-benjolan besar seperti kanker di perakarannya. Jika tingkat serangannya sudah parah, tanaman sama sekali tidak bisa berproduksi. Pencegahan yang harus dilakukan adalah dengan: - Menghindari menanam di lahan bekas tanaman sawi caisim dan pakcoy brokoli, bunga kol, kol, sawi putih, dan kailan yang terindikasi serangan penyakit ini. - Melakukan pergiliran tanaman, terutama dengan jagung dan kacang-kacangan untuk memutus rantai hidup fungi penyebab penyakit ini. - Penggunaan teknologi EMP dikombinasi dengan pengapuran tanah untuk menaikkan pH tanah. Namun bila tanaman sudah terserang penyakit ini, maka dilakukan pemberantasan. Akan tetapi sampai saat ini belum ditemukan fungisida untuk memberantas penyakit akar gada, khususnya setelah tanaman terserang. Dengan demikian hal yang perlu diperhatikan adalah melakukan pengawasan dan pencegahan secara ketat agar usaha tani sawi caisim dan pakcoy berhasil. a Pengendalian Hama dan Penyakit Istilah “pestisida” pestpengganggu; caedomembunuh, berarti sesungguhnya adalah pembunuh pengganggu atau pembunuh hama dalam arti yang luas. Tetapi istilah ini sering tidak dimengerti oleh petani desa yang kemudian diterjemahkan menjadi “obat” anti hama. Istilah obat pun juga akan membingungkan, karena dalam bahasa sehari-hari petani sering minum obat untuk menyembuhkan penyakitnya. Untuk menghindari kecelakaan dalam hal-hal yang tidak diinginkan, maka perlu dicari istilah ini untuk penyuluhan yang tepat. Sementara diusulkan oleh Triharso tahun 1978 istilah racun hama saja bagi “pestisida”, racun serangga untuk insektisida dan racun tikus untuk rodentisida, racun gulma untuk herbisida dan racun cendawan untuk fungisida Djafaruddin, 2000. Menurut Djafaruddin 2000, bahwa cara pengendalian hama dapat dilakukan sebagai berikut:  Cara bercocok tanam atau kultur teknis cultural practicescultural methods:  Penggunaan varietas resisten terhadap hama dan penyakit tertentu.  Pergiliran dan pola tanaman pada suatu lahan, waktu dan musim.  Pemusnahan bahan-bahan sisa tanaman dari lahan atau lapangan.  Pengolahan tanah yang baik dan sempurna serta matang.  Mengubah waktu tanam dan waktu panen.  Pemangkasan dan penjarangan, baik tanaman pokok atau pelindung.  Pemupukan yang seimbang antar unsur-unsur hara tanaman.  Sanitasi, pencegahan dengan meniadakan sumber infeksi.  Pengelolaan airkelembapan tanah dan lingkungan lainnya.  Pertanaman perangkap trap-crop atau umpan baiting crop.  Dan lain-lain, sesuai jenis hama, pathogen, jenis tanaman, dan cara kultur teknisnya.  Cara mekanik:  Mematikan langsung dengan tangan.  Pembuatan barrier.  Perangkap mekanis terutama pada hama.  Mematikan dengan alat.  Dan lain-lain, sesuai jenis hama, tanaman, dan cara kultur teknisnya.  Cara fisik: a Pengguanaan suhu tinggi. b Penggunaan suhu renda. c Penggunaan energi perangkap lampu, pengaturan cahaya. d Penggunaan suara pada hama. e Dan lain-lain, sesuai jenis hama, tanaman, dan cara kultur teknisnya.  Cara hayati: a Melindungi dan mempertinggi populasi musuh alami parasit, predator, pathogen dan lain sebagainya, disebut juga konservasi. b Introduksi, mempertinggi cara buatan dan kolonisasi parasit atau pathogen khusus, disebut juga inokulasi. c Membiakkan dan menyebarkan penyakit bakteri, virus, cendawan, dan protozoa dari hama, disebut juga inundasi. d Dan lain-lain, sesuai jenis hama, tanaman, dan cara kultur teknisnya.  Cara genetik: a Membiakkan dan pelepasan serangan hama yang dimandulkan atau secara genetik tidak kompatibel dengan populasi hama di lapangan. b Ras-ras fisiologis patogen yang tak cocok dengan tanaman inang. c Dan lain-lain, sesuai jenis hama, tanaman, dan cara kultur teknisnya.  Cara dengan peraturan undang-undang karantina: a Karantina Tumbuhan asing dan domestik. b Eradikasi atau pengendalian secara luas melalui suatu peraturan.  Cara kimiawi, atau pestisida: a Dengan pestisida selektif, baik jenis maupun caranya. b Pestisida sistemik, dalam pencegahan dampak lingkungan. c Dan lain-lain, sesuai jenis hama, tanaman, dan cara kultur teknisnya. 8 Panen dan Penanganan Pascapanen Menurut Tora 2014, sawi pakcoy sudah bisa dipanen pada umur 30 -35 HST, tergantung pada ketinggian tempat penanaman. Semakin tinggi tempat penanaman, umur panen akan bertambah. Pangkal batang sawi pakcoy dipotong dengan menggunakan pisau yang tajam, kemudian sawi pakcoy hasil panen dicuci dan dibersihkan dari bekas-bekas tanah serta tangkai yang tua atau rusak, kemudian ditiriskan. Untuk sawi pakcoy yang akan dipasarkan ke supermarket dikemas dengan mengikat sawi pakcoy dengan label isolasi. Berat setiap kemasan sekitar 250- 300 gram. Sedangkan untuk dipasarkan ke pasar tradisional, sawi pakcoy tidak perlu dikemas dan dijual dalam kondisi masih segar dan tidak rusak.

B. Zat Pengatur Tumbuh

Kata hormon berasal dari kata-kerja bahasa Yunani yang berarti “merangsang”. Ditemukan pada semua organisme multiseluler. Hormon adalah sinyal kimia yang mengkoordinasi bagian-bagian suatu organisme. Sebagaimana pertama kali didefinisikan oleh ahli fisiologi hewan, hormon adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh salah satu bagian tubuh dan kemudian diangkut ke bagian tubuh lain, dimana hormon tersebut akan memicu respons-respons di dalam sel dan jaringan sasaran. Karakteristik penting lain dari suatu hormon adalah bahwa pembawa pesan kimiawi ini hanya dibutuhkan dalam konsentrasi yang sangat kecil untuk menginduksi perubahan besar dalam suatu organisme Campbell, 2003. 1. Auksin Istilah auksin dari bahasa Yunani auxein , „meningkatkan‟ pertama kali digunakan oleh Frist Went, seorang mahasiswa pascasarjana di Negeri Belanda pada tahun 1926, yang menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat dicirikan mungkin menyebabkan pembengkokan koleoptil oat ke arah cahaya. Fenomena pembengkokan ini, yang disebut fototropisme Salisbury, 1995. Campbell 2003 mengungkapkan, bahwa istilah auksin auxin sebetulnya digunakan untuk menjelaskan segala jenis bahan kimia yang membantu proses pemanjangan koleoptil, meskipun auksin sesungguhnya memiliki banyak fungsi baik pada monokotil maupun pada dikotil. Auksin alamiah yang diekstraksi dari tumbuhan merupakan suatu senyawa yang dinamai asam indolasetat indoleacetic acid, IAA. Selain auksin alamiah ini, beberapa senyawa lain, termasuk beberapa senyawa sintetik, memiliki aktivitas auksin. Meskipun auksin mempunyai beberapa aspek perkembangan tumbuhan, salah satu fungsinya yang paling penting adalah merangsang pemanjangan sel pada tunas muda yang sedang berkembang. Meyer 1973 menjelaskan, bahwa pusat sintesis auksin adalah jaringan meristematik apikal, seperti tunas, daun muda, ujung akar, dan bunga. Auksin disintesis dalam suatu jaringan, dan ditranslokasikan ke