Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji anova. Bila uji anova hasilnya signifikan makan dilanjutkan dengan uji Duncan.
Sebelum dilakukan uji anova, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas atau test of normality
bertujuan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Bila p value sig seluruh
kelompok data 0,05 maka H0 tidak ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi
normal. Sedangkan tes homeogenitas atau tes of homogeneity of variance
bertujuan untuk mengetahui apakah dua data atau lebih, kelompok data sampel memiliki variasi homogen atau tidak.bila p
value sig setiap kelompok data 0,05 maka H0 tidak ditolak, sehingga kesimpulannya bahwa variasi pada seluruh kelompok data
adalah homogeny. Uji anova bertujuan untuk mengetahui apakah data berbeda secara statistik atau tidak. Bila p value sig 0,05 maka dapat
dikatakan signifikan. Jika hasil uji anova menunjukkan bahwa data berbeda secara statistik maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Uji
Duncan atau Duncan Multile Range Test DMRT bertujuan untuk menunjukkan data berbeda secara statistik.
Data hasil pengamatan pada penelitian ini meliputi tinggi tanaman, lebar daun, jumlah daun, dan berat basah. Data hasil
pengamatang yang diuji normalitas, homogenitas, anova, dan Duncan meliputi tinggi tanaman, lebar daun, dan jumlah daun karena data
diperoleh selama pertumbuhan tanaman sawi pakcoy. Sedangkan berat basah tidak diollah dengan ke empat uji tersebut karena data diperoleh
pada waktu panen. Hasil uji normalitas, uji homogenitas, uji anova, dan uji Duncan pada data pertumbuhan sawi pakcoy yang meliputi
tinggi tanaman, lebar daun, dan jumlah daun dijelaskan sebagai berikut:
a. Tinggi Tanaman
Pengukuran tinggi tanman sawi pakcoy dimulai dari tumbuhnya kotiledon pertama sampai dengan ujung daun yang
paling tinggi pada tanaman yang diamati, dengan satuan ukur centimeter cm. Data yang telah diperoleh terlebih dahulu diuji
normalitas dan homogenitasnya. Bila hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan p value sig 0,05 maka H0 ditolak
sehungga dapat disimpulkan bahwa variasi pada setiap kelompok data adalah normal dan homogen. Berikut ini adalah data hasil
pengamatan tinggi tanaman sawi pakcoy pada perlakuan pemberian ZPT sintetik Auksin, Sitokinin, Giberelin, dan Kontrol.
Tabel 4.2. Data hasil pengamatan tinggi tanaman pada
tanaman sawi pakcoy
Dari data hasil pengamatan di atas, dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sitokinin paling unggul,
yaitu dengan rata-rata tinggi tanaman 25.58 cm. Perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sitokinin dan giberelin lebih
unggul dari pada perlakuan kontrol. Selisih tinggi tanaman pada perlakuan kontrol dan perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh
giberelin adalah 0,27 cm. Perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh auksin paling pendek, yaitu dengan rata-rata tinggi
tanaman 22,1 cm. Hasil uji normalitas tinggi tanaman diperoleh p value sig = 0,195 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat
Nomor Polybag
Pertambahan Tinggi Tanaman Berdasarkan Perlakuan cm
Auksin Sitokinin Giberelin Kontrol 1
21.2 23
23.6 26.3
2 23
26.7 20.3
20.4 3
24.5 28.9
23 9.9
4 25.6
27.1 17.8
24.7 5
18.2 25.3
28.9 25.3
6 21.8
28.5 26.8
23.5 7
24.3 22.3
22.9 22.9
8 20.5
23.3 22.0
26.3 9
19.1 27.4
22.1 25.8
10 22.8
23.3 24.3
23.9 Jumlah
221 255.8
231.7 229
Rata-rata 22.1
25.58 23.17
22.9
disimpulkan bahwa variasi pada setiap kelompok data adalah normal lihat lampiran 3. Hasil uji homogenitas diperoleh p value
sig = 0,668 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variasi pada seluruh kelompok data adalah homogen. Hasil
uji One-Way Anova, dapat diketahui bahwa 0,136 0,05 maka hasil tersebut berbeda tidak signifikan. Jadi pemberian perlakuan
zat pengatur tumbuh sintetik auksin, sitokinin, dan giberelin tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Berikut adalah grafik
pertumbuhan tinggi tanaman sawi pakcoy:
Grafik 4.1. Hasil pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman pada tanaman sawi pakcoy Brassica chinensis
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin lebih unggul dalam pertumbuhan
tinggi tanaman sawi pakcoy. Akan tetapi, pada uji anova
5 10
15 20
25 30
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Per tam
b ah
an Ti
n g
g i
Tan am
an c
m
Pengamatan Ke-
Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman pada Sawi Pakcoy
Brassica chinensis
Auksin Sitokinin
Giberelin Kontrol
pemberian ZPT sintetik terhadap pertumbuhan tinggi tanaman sawi pakcoy hasilnya tidak signifikan.
b. Lebar Daun
Pengukuran lebar daun dimulai dari mengukur tepi sisi kiri sampai dengan tepi sisi kanan daun, dengan satuan ukur centimeter
cm. Berikut ini adalah data hasil pengamatan lebar daun tanaman sawi pakcoy pada perlakuan pemberian ZPT sintetik Auksin,
Sitokinin, Giberelin, dan Kontrol. Tabel 4.3. Data hasil pengamatan lebar daun pada tanaman sawi
pakcoy Nomor
Polybag Pertambahan Lebar Daun Berdasarkan
Perlakuan cm Auksin Sitokinin Giberelin Kontrol
1 5.7
9.1 8.6
9.1 2
5.1 10
5.7 9.2
3 8.2
8.4 6
2.1 4
8.6 11.1
6.6 7.7
5 5.7
10.2 8.4
8.3 6
5.4 11.2
7.7 7.4
7 8.8
6.7 7.2
8.9 8
5.9 8.8
7.6 8.4
9 6
8.4 6.9
9.4 10
8.7 8.7
8.2 7.4
Jumlah 68.1
92.6 72.9
77.9 Rata-rata
6.81 9.26
7.29 7.79
Berdasarkan data di atas, daun paling lebar adalah pada perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sintetik sitokinin yaitu
dengan lebar daun rata-rata 9,26. Bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol, selisih rata-ratanya adalah 1,47 cm. daun paling
sempit adalah pada perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh auksin dengan rata-rata lebar daun 6.81 cm. Hasil uji normalitas
pada lebar daun diperoleh p value sig = 0,195 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variasi pada setiap
kelompok data adalah normal lihat lampiran 4. Hasil uji homogenitas diperoleh p value sig = 0,512 0,05 maka H0
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variasi pada seluruh kelompok data adalah homogen.
Hasil uji One-Way Anova, dapat diketahui bahwa 0,008 0,05 maka hasil tersebut signifikan. Jadi pemberian perlakuan zat
pengatur tumbuh sintetik auksin, sitokinin, dan giberelin mempengaruhi pertumbuhan lebar daun tanaman sawi pakcoy.
Setelah dilakukan uji lanjutan yaitu uji Duncan, dapat diketahui bahwa pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh sintetik sitokinin
paling beda terhadap pertumbuhan lebar daun. Pertumbuhan lebar daun pada tanaman sawi pakcoy yang tidak beda adalah pada
perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sintetik auksin dan giberelin, serta perlakuan kontrol. Berikut adalah grafik
pertumbuhan lebar daun tanaman sawi pakcoy:
Grafik 4.2. Hasil pengamatan pertumbuhan lebar daun pada tanaman sawi pakcoy Brassica chinensis
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan
pemberian ZPT sintetik sitokinin lebih unggul dalam pertumbuhan lebar daun tanaman sawi pakcoy.
c. Jumlah Daun
Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan menghitung masing-masing helai daun pada setiap tanaman sawi pakcoy.
Berikut ini adalah data hasil pengamatan jumlah daun tanaman sawi pakcoy pada perlakuan pemberian ZPT sintetik Auksin,
Sitokinin, Giberelin, dan Kontrol.
2 4
6 8
10 12
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12
Per tam
b ah
an Leb
ar Dau
n c
m
Pengamatan Ke-
Grafik Pertumbuhan Lebar Daun pada Tanaman Sawi Pakcoy
Brassica chinensis
Auksin Sitokinin
Giberelin Kontrol
Tabel 4.4. Data hasil pengamatan jumlah daun pada tanaman sawi pakcoy
Nomor Polybag
Pertambahan Jumlah Daun Berdasarkan Perlakuan helai
Auksin Sitokinin Giberelin Kontrol 1
7 10
9 8
2 6
11 5
8 3
9 8
7 3
4 7
8 6
9 5
7 9
9 8
6 7
10 9
7 7
8 11
10 9
8 7
10 7
7 9
6 9
7 8
10 9
10 7
7 Jumlah
73 96
76 74
Rata-rata 7.3
9.6 7.6
7.4 Berdasarkan data di atas, daun yang paling banyak adalah
perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sitokinin, yaitu dengan jumlah daun 96 helai. Perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh
sitokinin dan giberelin lebih unggul dari perlakuan kontrol. Selisih antara perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh giberelin dan
perlakuan kontrol pada jumlah daun tanaman sawi pakcoy adalah 2 helai. Jumlah daun paling sedikit adalah pada perlakuan pemberian
zat pengatur tumbuh auksin yaitu 73 helai, dan berselisih satu helai dengan perlakuan kontrol. Hasil uji normalitas pada jumlah daun
diperoleh p value sig = 0,195 0,05 maka H0 diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa variasi pada setiap kelompok data adalah normal lihat lampiran 5. Hasil uji homogenitas diperoleh p value
sig = 0,521 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variasi pada seluruh kelompok data adalah homogen.
Hasil uji One-Way Anova, dapat diketahui bahwa 0,002 0,05 maka hasil tersebut signifikan. Jadi pemberian perlakuan zat
pengatur tumbuh sintetik auksin, sitokinin, dan giberelin mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun tanaman sawi pakcoy.
Setelah dilakukan uji lanjutan yaitu uji Duncan, dapat diketahui bahwa pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh sintetik sitokinin
paling beda terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman sawi pakcoy. Pertumbuhan jumlah daun pada tanaman sawi pakcoy
yang tidak beda adalah pada perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sintetik auksin dan giberelin, serta perlakuan kontrol.
Berikut adalah grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman sawi pakcoy:
Grafik 4.3. Hasil pengamatan pertumbuhan jumlah daun pada tanaman sawi pakcoy Brassica chinensis
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin lebih unggul dalam pertumbuhan
jumlah daun tanaman sawi pakcoy. d.
Berat Basah Pengukuran berat basah tanaman sawi pakcoy dilakukan
pada waktu panen, masing-masing tanaman sawi pakcoy ditimbang untuk mengetahui berat basahnya dengan satuan gram gr. Berikut
ini adalah data hasil pengamatan berat basah tanaman sawi pakcoy pada perlakuan pemberian ZPT sintetik Auksin, Sitokinin,
Giberelin, dan Kontrol.
2 4
6 8
10 12
14
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12
Per tam
b ah
an J
u m
lah Dau
n h
e lai
Pengamatan Ke-
Grafik Pertumbuhan Jumlah Daun pada Tanaman Sawi
Pakcoy Brassica chinensis
Auksin Sitokinin
Giberelin Kontrol
Tabel 4.5. Data hasil pengamatan berat basah pada tanaman sawi pakcoy
Nomor Polybag
Pertambahan Berat Basah Berdasarkan Perlakuan gram
Aiksin Sitokinin Giberelin Kontrol
1 20
45 30
65 2
20 55
15 35
3 40
45 19
50 4
30 60
15 35
5 25
35 25
25 6
25 60
25 40
7 45
35 20
40 8
20 30
20 50
9 30
38 35
60 10
35 50
20 30
Jumlah 290
453 224
430 Rata-rata
2.9 4.53
2.24 4.3
Tanaman sawi pakcoy paling berat adalah dengan perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sintetik sitokinin dengan
rata-rata berat basah 4,53 gram. Bila dibandingkan dengan kontrol, hasilnya tidak jauh berbeda yaitu 4,3 gram, hanya berselisih 0,23
gram. Pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh sintetik auksin lebih unggul daripada pemberian zat pengatur tumbuh auksin dan
giberelin, dimana berat kedua perlakuan tersebut setengah dari berat perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sintetik sitokinin.
Berikut adalah grafik berat basah tanaman sawi pakcoy:
Grafik 4.4. Hasil pengamatan berat basah pada tanaman sawi pakcoy Brassica chinensis
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin lebih unggul dalam pertumbuhan
berat basah tanaman sawi pakcoy.
10 20
30 40
50
Auksin Sitokinin
Giberelin Kontrol
N il
ai B
e rat
B asah
g ram
Perlakuan
Grafik Berat Basah pada Tanaman Sawi Pakcoy Brassica
chinensis
Auksin Sitokinin
Giberelin Kontrol
2. Data Kualitatif
Data kualitatif pada penelitian ini meliputi warna daun, kesegaran daun, dan serangan hamapenyakit. Data diambil selama
pertumbuhan tanaman sawi pakcoy. Berikut ini adalah gambar
tanaman sawi pakcoy sebelum dipanen.
Gambar 4.1. Tanaman Sawi Pakcoy Brassica chinensis dengan Perlakuan Pemberian ZPT Sintetik Auksin
Gambar 4.2. Tanaman Sawi Pakcoy Brassica chinensis dengan Pemberian ZPT Sintetik Sitokinin
Gambar 4.3. Tanaman Sawi Pakcoy Brassica chinensis dengan Perlakuan Pemberian ZPT Sintetik Giberelin
Gambar 4.4. Tanaman Sawi Pakcoy Brassica chinensis dengan Perlakuan Kontrol
Setiap pengamatan pertumbuhan tanamna sawi pakcoy dilakukan penncatatan data kualitatif yang meliputi warna daun,
kesegaran daun, dan serangan hamapenyakit. Berikut ini adalah data kualitatif hasil pengamatan pertumbuhan tanaman sawi pakcoy.
a.
Warna daun
1
Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik auksin
Pada perlakuan pemberian ZPT sintetik auksin semua daun berwarna hijau sampai dengan pengamatan ke-6,
sedangkan pada pengamatan ke-7 salah satu daun pada tanaman mulai menguning. Rata-rata daun menguning pada
pengamatan ke-12. Hanya ada dua tanaman sawi pakcoy yang daun keseluruhannya hijau, dan ada satu tanaman yang
daunnya coklat lihat lampiran 2 – warna daun; auksin.
2
Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin
Pada perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin semua daun berwarna hijau sampai dengan pengamatan ke-7,
sedangkan pada pengamatan ke-8 salah satu daun pada tanaman mulai menguning. Rata-rata daun menguning pada
pengamatan ke-12. Sembilan dari sepuluh tanaman sawi pakcoy daunnya berwarna hijau lihat lampiran 2
– warna daun; sitokinin.
3
Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik giberelin
Pada perlakuan pemberian ZPT sintetik giberelin semua daun berwarna hijau sampai dengan pengamatan ke-6,
sedangkan pada pengamatan ke-7 salah satu daun pada tanaman mulai menguning. Rata-rata daun menguning pada
pengamatan ke-12. Hanya ada satu tanaman sawi pakcoy yang
daun keseluruhannya hijau lihat lampiran 2 – warna daun;
giberelin. 4
Pengamatan kontrol
Pada perlakuan kontrol semua daun berwarna hijau sampai dengan pengamatan ke-9, sedangkan pada pengamatan
ke-10 salah satu daun pada tanaman mulai kuning. Rata-rata daun menguning pada pengamatan ke-12. Hanya ada dua
tanaman sawi pakcoy yang daun keseluruhannya hijau lihat lampiran 2
– warna daun; kontrol. b.
Kesegaran daun
1
Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik auksin
Rata-rata kesegaran semua daun pada tanaman sawi pakcoy segar sampai dengan pengamatan ke-8, tetapi
pengamatan ke-9 salah satu daun pada tanaman mulai layu. Pada pengamatan ke-11 terdapat satu daun yang kering. Rata-
rata keadaan daun pada pengamatan ke-12 segar, hanya saja ada tiga daun yang kering lihat lampiran 2
– kesegaran daun;
auksin.
2
Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin
Rata-rata kesegaran semua daun pada tanaman sawi pakcoy segar sampai dengan pengamatan ke-11. Pada
pengamatan ke-12 setengah dari jumlah tanaman layu dan kering lihat lampiran 2
– kesegaran daun; sitokinin.
3
Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik giberelin
Rata-rata kesegaran semua daun pada tanaman sawi pakcoy segar sampai dengan pengamatan ke-11. Pada
pengamatan ke-12 rata-rata keadaan daun segar dan hanya ada tiga tanaman sawi pakcoy yang daunnya kering lihat lampiran
2 – kesegaran daun; giberelin.
4 Pengamatan kontrol
Rata-rata kesegaran semua daun pada tanaman sawi pakcoy segar sampai dengan pengamatan ke-11. Pada
pengamatan ke-12 hampir semua tanaman sawi pakcoy segar, hanya ada satu tanaman sawi pakcoy yang daunnya layu lihat
lampiran 2 – kesegaran daun; kontrol.
c.
Serangan hamapenyakit
1
Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik auksin
Pada perlakuan pemberian ZPT sintetik auksin, hama mulai menyerang tanamn sawi pakcoy pada pengamatan ke-2.
Penyerangan hama berlanjut sampai dengan pengamatan ke-12. Penyerangan hama pada tanaman sawi pakcoy terbanyak
adalah pada pengamatan ke-12, hanya ada satu tanaman yang sama sekali tidak terkena serangan hama selama penelitian.
Hama yang menyerang adalah ulat grayak Spodoptera exigua
, ulat jengkal Thysanoplusia orichalcea dan kutu putih Bemisia tabaci. Hama terbayak yang menyerang tanaman
sawi pakcoy adalah ulat grayak Spodoptera exigua lihat lampiran 2
– serangan hamapenyakit; auksin. 2
Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin
Pada perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin, hama mulai menyerang tanamn sawi pakcoy pada pengamatan ke-2.
Penyerangan hama berlanjut sampai dengan pengamatan ke-7. Pada pengamatan ke-8 dan ke-9 tidak terjadi serangan hama,
dan hama mulai menyerang lagi pada pengamatan ke-10 hingga sampai dengan pengamatan ke-12. Pada pengamatan
ke-12 hampir semua tanaman sawi pakcoy terserang hama, hanya ada satu tanaman yang tidak terserang hama. Hama yang
menyerang tanaman sawi pakcoy adalah ulat grayak Spodoptera exigua dan kutu daun Aphis gossypii. Hama
terbanyak yang menyerang tanamna sawi pakcoy adalah ulat grayak Spodoptera exigua lihat lampiran 2
– serangan hamapenyakit; sitokinin.
3
Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik giberelin
Pada perlakuan pemberian ZPT sintetik giberelin, hama mulai menyerang tanamn sawi pakcoy pada pengamatan ke-2.
Penyerangan hama berlanjut sampai dengan pengamatan ke-8. Pada pengamatan ke-9 dan ke-10 tidak terjadi serangan hama,
dan hama mulai menyerang lagi pada pengamatan ke-11 hingga sampai dengan pengamatan ke-12. Pada pengamatan
ke-12 semua tanaman sawi pakcoy terserang hama. Hama yang menyerang tanaman sawi pakcoy adalah ulat grayak
Spodoptera exigua dan kutu daun Aphis gossypii. Hama terbanyak yang menyerang tanamna sawi pakcoy adalah ulat
grayak Spodoptera exigua lihat lampiran 2 – serangan
hamapenyakit; giberelin. 4
Pengamatan kontrol
Pada perlakuan kontrol, hama mulai menyerang tanamn sawi pakcoy pada pengamatan pertama. Hampir disemua
pengamatan terjadi serangan hama pada tanaman sawi pakcoy, kecuali pada pengamatan ke-2 dan pengamatan ke-8.
Penyerangan hama pada tanaman sawi pakcoy terbanyak adalah pada pengamatan ke-12, hanya ada satu tanaman yang
sama sekali tidak terkena serangan hama selama penelitian. Hama yang menyerang adalah ulat grayak Spodoptera exigua
dan belalang hijau Atractomopha crenulata. Hama terbayak yang menyerang tanaman sawi pakcoy adalah ulat grayak
Spodoptera exigua
lihat lampiran
2 – serangan
hamapenyakit; kontrol.