Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji anova. Bila uji anova hasilnya signifikan makan dilanjutkan dengan uji Duncan. Sebelum dilakukan uji anova, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas atau test of normality bertujuan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Bila p value sig seluruh kelompok data 0,05 maka H0 tidak ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan tes homeogenitas atau tes of homogeneity of variance bertujuan untuk mengetahui apakah dua data atau lebih, kelompok data sampel memiliki variasi homogen atau tidak.bila p value sig setiap kelompok data 0,05 maka H0 tidak ditolak, sehingga kesimpulannya bahwa variasi pada seluruh kelompok data adalah homogeny. Uji anova bertujuan untuk mengetahui apakah data berbeda secara statistik atau tidak. Bila p value sig 0,05 maka dapat dikatakan signifikan. Jika hasil uji anova menunjukkan bahwa data berbeda secara statistik maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Uji Duncan atau Duncan Multile Range Test DMRT bertujuan untuk menunjukkan data berbeda secara statistik. Data hasil pengamatan pada penelitian ini meliputi tinggi tanaman, lebar daun, jumlah daun, dan berat basah. Data hasil pengamatang yang diuji normalitas, homogenitas, anova, dan Duncan meliputi tinggi tanaman, lebar daun, dan jumlah daun karena data diperoleh selama pertumbuhan tanaman sawi pakcoy. Sedangkan berat basah tidak diollah dengan ke empat uji tersebut karena data diperoleh pada waktu panen. Hasil uji normalitas, uji homogenitas, uji anova, dan uji Duncan pada data pertumbuhan sawi pakcoy yang meliputi tinggi tanaman, lebar daun, dan jumlah daun dijelaskan sebagai berikut: a. Tinggi Tanaman Pengukuran tinggi tanman sawi pakcoy dimulai dari tumbuhnya kotiledon pertama sampai dengan ujung daun yang paling tinggi pada tanaman yang diamati, dengan satuan ukur centimeter cm. Data yang telah diperoleh terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitasnya. Bila hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan p value sig 0,05 maka H0 ditolak sehungga dapat disimpulkan bahwa variasi pada setiap kelompok data adalah normal dan homogen. Berikut ini adalah data hasil pengamatan tinggi tanaman sawi pakcoy pada perlakuan pemberian ZPT sintetik Auksin, Sitokinin, Giberelin, dan Kontrol. Tabel 4.2. Data hasil pengamatan tinggi tanaman pada tanaman sawi pakcoy Dari data hasil pengamatan di atas, dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sitokinin paling unggul, yaitu dengan rata-rata tinggi tanaman 25.58 cm. Perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sitokinin dan giberelin lebih unggul dari pada perlakuan kontrol. Selisih tinggi tanaman pada perlakuan kontrol dan perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh giberelin adalah 0,27 cm. Perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh auksin paling pendek, yaitu dengan rata-rata tinggi tanaman 22,1 cm. Hasil uji normalitas tinggi tanaman diperoleh p value sig = 0,195 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat Nomor Polybag Pertambahan Tinggi Tanaman Berdasarkan Perlakuan cm Auksin Sitokinin Giberelin Kontrol 1 21.2 23 23.6 26.3 2 23 26.7 20.3 20.4 3 24.5 28.9 23 9.9 4 25.6 27.1 17.8 24.7 5 18.2 25.3 28.9 25.3 6 21.8 28.5 26.8 23.5 7 24.3 22.3 22.9 22.9 8 20.5 23.3 22.0 26.3 9 19.1 27.4 22.1 25.8 10 22.8 23.3 24.3 23.9 Jumlah 221 255.8 231.7 229 Rata-rata 22.1 25.58 23.17 22.9 disimpulkan bahwa variasi pada setiap kelompok data adalah normal lihat lampiran 3. Hasil uji homogenitas diperoleh p value sig = 0,668 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variasi pada seluruh kelompok data adalah homogen. Hasil uji One-Way Anova, dapat diketahui bahwa 0,136 0,05 maka hasil tersebut berbeda tidak signifikan. Jadi pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh sintetik auksin, sitokinin, dan giberelin tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Berikut adalah grafik pertumbuhan tinggi tanaman sawi pakcoy: Grafik 4.1. Hasil pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman pada tanaman sawi pakcoy Brassica chinensis Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin lebih unggul dalam pertumbuhan tinggi tanaman sawi pakcoy. Akan tetapi, pada uji anova 5 10 15 20 25 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Per tam b ah an Ti n g g i Tan am an c m Pengamatan Ke- Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman pada Sawi Pakcoy Brassica chinensis Auksin Sitokinin Giberelin Kontrol pemberian ZPT sintetik terhadap pertumbuhan tinggi tanaman sawi pakcoy hasilnya tidak signifikan. b. Lebar Daun Pengukuran lebar daun dimulai dari mengukur tepi sisi kiri sampai dengan tepi sisi kanan daun, dengan satuan ukur centimeter cm. Berikut ini adalah data hasil pengamatan lebar daun tanaman sawi pakcoy pada perlakuan pemberian ZPT sintetik Auksin, Sitokinin, Giberelin, dan Kontrol. Tabel 4.3. Data hasil pengamatan lebar daun pada tanaman sawi pakcoy Nomor Polybag Pertambahan Lebar Daun Berdasarkan Perlakuan cm Auksin Sitokinin Giberelin Kontrol 1 5.7 9.1 8.6 9.1 2 5.1 10 5.7 9.2 3 8.2 8.4 6 2.1 4 8.6 11.1 6.6 7.7 5 5.7 10.2 8.4 8.3 6 5.4 11.2 7.7 7.4 7 8.8 6.7 7.2 8.9 8 5.9 8.8 7.6 8.4 9 6 8.4 6.9 9.4 10 8.7 8.7 8.2 7.4 Jumlah 68.1 92.6 72.9 77.9 Rata-rata 6.81 9.26 7.29 7.79 Berdasarkan data di atas, daun paling lebar adalah pada perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sintetik sitokinin yaitu dengan lebar daun rata-rata 9,26. Bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol, selisih rata-ratanya adalah 1,47 cm. daun paling sempit adalah pada perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh auksin dengan rata-rata lebar daun 6.81 cm. Hasil uji normalitas pada lebar daun diperoleh p value sig = 0,195 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variasi pada setiap kelompok data adalah normal lihat lampiran 4. Hasil uji homogenitas diperoleh p value sig = 0,512 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variasi pada seluruh kelompok data adalah homogen. Hasil uji One-Way Anova, dapat diketahui bahwa 0,008 0,05 maka hasil tersebut signifikan. Jadi pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh sintetik auksin, sitokinin, dan giberelin mempengaruhi pertumbuhan lebar daun tanaman sawi pakcoy. Setelah dilakukan uji lanjutan yaitu uji Duncan, dapat diketahui bahwa pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh sintetik sitokinin paling beda terhadap pertumbuhan lebar daun. Pertumbuhan lebar daun pada tanaman sawi pakcoy yang tidak beda adalah pada perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sintetik auksin dan giberelin, serta perlakuan kontrol. Berikut adalah grafik pertumbuhan lebar daun tanaman sawi pakcoy: Grafik 4.2. Hasil pengamatan pertumbuhan lebar daun pada tanaman sawi pakcoy Brassica chinensis Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin lebih unggul dalam pertumbuhan lebar daun tanaman sawi pakcoy. c. Jumlah Daun Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan menghitung masing-masing helai daun pada setiap tanaman sawi pakcoy. Berikut ini adalah data hasil pengamatan jumlah daun tanaman sawi pakcoy pada perlakuan pemberian ZPT sintetik Auksin, Sitokinin, Giberelin, dan Kontrol. 2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Per tam b ah an Leb ar Dau n c m Pengamatan Ke- Grafik Pertumbuhan Lebar Daun pada Tanaman Sawi Pakcoy Brassica chinensis Auksin Sitokinin Giberelin Kontrol Tabel 4.4. Data hasil pengamatan jumlah daun pada tanaman sawi pakcoy Nomor Polybag Pertambahan Jumlah Daun Berdasarkan Perlakuan helai Auksin Sitokinin Giberelin Kontrol 1 7 10 9 8 2 6 11 5 8 3 9 8 7 3 4 7 8 6 9 5 7 9 9 8 6 7 10 9 7 7 8 11 10 9 8 7 10 7 7 9 6 9 7 8 10 9 10 7 7 Jumlah 73 96 76 74 Rata-rata 7.3 9.6 7.6 7.4 Berdasarkan data di atas, daun yang paling banyak adalah perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sitokinin, yaitu dengan jumlah daun 96 helai. Perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sitokinin dan giberelin lebih unggul dari perlakuan kontrol. Selisih antara perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh giberelin dan perlakuan kontrol pada jumlah daun tanaman sawi pakcoy adalah 2 helai. Jumlah daun paling sedikit adalah pada perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh auksin yaitu 73 helai, dan berselisih satu helai dengan perlakuan kontrol. Hasil uji normalitas pada jumlah daun diperoleh p value sig = 0,195 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variasi pada setiap kelompok data adalah normal lihat lampiran 5. Hasil uji homogenitas diperoleh p value sig = 0,521 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variasi pada seluruh kelompok data adalah homogen. Hasil uji One-Way Anova, dapat diketahui bahwa 0,002 0,05 maka hasil tersebut signifikan. Jadi pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh sintetik auksin, sitokinin, dan giberelin mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun tanaman sawi pakcoy. Setelah dilakukan uji lanjutan yaitu uji Duncan, dapat diketahui bahwa pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh sintetik sitokinin paling beda terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman sawi pakcoy. Pertumbuhan jumlah daun pada tanaman sawi pakcoy yang tidak beda adalah pada perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sintetik auksin dan giberelin, serta perlakuan kontrol. Berikut adalah grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman sawi pakcoy: Grafik 4.3. Hasil pengamatan pertumbuhan jumlah daun pada tanaman sawi pakcoy Brassica chinensis Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin lebih unggul dalam pertumbuhan jumlah daun tanaman sawi pakcoy. d. Berat Basah Pengukuran berat basah tanaman sawi pakcoy dilakukan pada waktu panen, masing-masing tanaman sawi pakcoy ditimbang untuk mengetahui berat basahnya dengan satuan gram gr. Berikut ini adalah data hasil pengamatan berat basah tanaman sawi pakcoy pada perlakuan pemberian ZPT sintetik Auksin, Sitokinin, Giberelin, dan Kontrol. 2 4 6 8 10 12 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Per tam b ah an J u m lah Dau n h e lai Pengamatan Ke- Grafik Pertumbuhan Jumlah Daun pada Tanaman Sawi Pakcoy Brassica chinensis Auksin Sitokinin Giberelin Kontrol Tabel 4.5. Data hasil pengamatan berat basah pada tanaman sawi pakcoy Nomor Polybag Pertambahan Berat Basah Berdasarkan Perlakuan gram Aiksin Sitokinin Giberelin Kontrol 1 20 45 30 65 2 20 55 15 35 3 40 45 19 50 4 30 60 15 35 5 25 35 25 25 6 25 60 25 40 7 45 35 20 40 8 20 30 20 50 9 30 38 35 60 10 35 50 20 30 Jumlah 290 453 224 430 Rata-rata 2.9 4.53 2.24 4.3 Tanaman sawi pakcoy paling berat adalah dengan perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sintetik sitokinin dengan rata-rata berat basah 4,53 gram. Bila dibandingkan dengan kontrol, hasilnya tidak jauh berbeda yaitu 4,3 gram, hanya berselisih 0,23 gram. Pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh sintetik auksin lebih unggul daripada pemberian zat pengatur tumbuh auksin dan giberelin, dimana berat kedua perlakuan tersebut setengah dari berat perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sintetik sitokinin. Berikut adalah grafik berat basah tanaman sawi pakcoy: Grafik 4.4. Hasil pengamatan berat basah pada tanaman sawi pakcoy Brassica chinensis Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin lebih unggul dalam pertumbuhan berat basah tanaman sawi pakcoy. 10 20 30 40 50 Auksin Sitokinin Giberelin Kontrol N il ai B e rat B asah g ram Perlakuan Grafik Berat Basah pada Tanaman Sawi Pakcoy Brassica chinensis Auksin Sitokinin Giberelin Kontrol 2. Data Kualitatif Data kualitatif pada penelitian ini meliputi warna daun, kesegaran daun, dan serangan hamapenyakit. Data diambil selama pertumbuhan tanaman sawi pakcoy. Berikut ini adalah gambar tanaman sawi pakcoy sebelum dipanen. Gambar 4.1. Tanaman Sawi Pakcoy Brassica chinensis dengan Perlakuan Pemberian ZPT Sintetik Auksin Gambar 4.2. Tanaman Sawi Pakcoy Brassica chinensis dengan Pemberian ZPT Sintetik Sitokinin Gambar 4.3. Tanaman Sawi Pakcoy Brassica chinensis dengan Perlakuan Pemberian ZPT Sintetik Giberelin Gambar 4.4. Tanaman Sawi Pakcoy Brassica chinensis dengan Perlakuan Kontrol Setiap pengamatan pertumbuhan tanamna sawi pakcoy dilakukan penncatatan data kualitatif yang meliputi warna daun, kesegaran daun, dan serangan hamapenyakit. Berikut ini adalah data kualitatif hasil pengamatan pertumbuhan tanaman sawi pakcoy. a. Warna daun 1 Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik auksin Pada perlakuan pemberian ZPT sintetik auksin semua daun berwarna hijau sampai dengan pengamatan ke-6, sedangkan pada pengamatan ke-7 salah satu daun pada tanaman mulai menguning. Rata-rata daun menguning pada pengamatan ke-12. Hanya ada dua tanaman sawi pakcoy yang daun keseluruhannya hijau, dan ada satu tanaman yang daunnya coklat lihat lampiran 2 – warna daun; auksin. 2 Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin Pada perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin semua daun berwarna hijau sampai dengan pengamatan ke-7, sedangkan pada pengamatan ke-8 salah satu daun pada tanaman mulai menguning. Rata-rata daun menguning pada pengamatan ke-12. Sembilan dari sepuluh tanaman sawi pakcoy daunnya berwarna hijau lihat lampiran 2 – warna daun; sitokinin. 3 Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik giberelin Pada perlakuan pemberian ZPT sintetik giberelin semua daun berwarna hijau sampai dengan pengamatan ke-6, sedangkan pada pengamatan ke-7 salah satu daun pada tanaman mulai menguning. Rata-rata daun menguning pada pengamatan ke-12. Hanya ada satu tanaman sawi pakcoy yang daun keseluruhannya hijau lihat lampiran 2 – warna daun; giberelin. 4 Pengamatan kontrol Pada perlakuan kontrol semua daun berwarna hijau sampai dengan pengamatan ke-9, sedangkan pada pengamatan ke-10 salah satu daun pada tanaman mulai kuning. Rata-rata daun menguning pada pengamatan ke-12. Hanya ada dua tanaman sawi pakcoy yang daun keseluruhannya hijau lihat lampiran 2 – warna daun; kontrol. b. Kesegaran daun 1 Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik auksin Rata-rata kesegaran semua daun pada tanaman sawi pakcoy segar sampai dengan pengamatan ke-8, tetapi pengamatan ke-9 salah satu daun pada tanaman mulai layu. Pada pengamatan ke-11 terdapat satu daun yang kering. Rata- rata keadaan daun pada pengamatan ke-12 segar, hanya saja ada tiga daun yang kering lihat lampiran 2 – kesegaran daun; auksin. 2 Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin Rata-rata kesegaran semua daun pada tanaman sawi pakcoy segar sampai dengan pengamatan ke-11. Pada pengamatan ke-12 setengah dari jumlah tanaman layu dan kering lihat lampiran 2 – kesegaran daun; sitokinin. 3 Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik giberelin Rata-rata kesegaran semua daun pada tanaman sawi pakcoy segar sampai dengan pengamatan ke-11. Pada pengamatan ke-12 rata-rata keadaan daun segar dan hanya ada tiga tanaman sawi pakcoy yang daunnya kering lihat lampiran 2 – kesegaran daun; giberelin. 4 Pengamatan kontrol Rata-rata kesegaran semua daun pada tanaman sawi pakcoy segar sampai dengan pengamatan ke-11. Pada pengamatan ke-12 hampir semua tanaman sawi pakcoy segar, hanya ada satu tanaman sawi pakcoy yang daunnya layu lihat lampiran 2 – kesegaran daun; kontrol. c. Serangan hamapenyakit 1 Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik auksin Pada perlakuan pemberian ZPT sintetik auksin, hama mulai menyerang tanamn sawi pakcoy pada pengamatan ke-2. Penyerangan hama berlanjut sampai dengan pengamatan ke-12. Penyerangan hama pada tanaman sawi pakcoy terbanyak adalah pada pengamatan ke-12, hanya ada satu tanaman yang sama sekali tidak terkena serangan hama selama penelitian. Hama yang menyerang adalah ulat grayak Spodoptera exigua , ulat jengkal Thysanoplusia orichalcea dan kutu putih Bemisia tabaci. Hama terbayak yang menyerang tanaman sawi pakcoy adalah ulat grayak Spodoptera exigua lihat lampiran 2 – serangan hamapenyakit; auksin. 2 Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin Pada perlakuan pemberian ZPT sintetik sitokinin, hama mulai menyerang tanamn sawi pakcoy pada pengamatan ke-2. Penyerangan hama berlanjut sampai dengan pengamatan ke-7. Pada pengamatan ke-8 dan ke-9 tidak terjadi serangan hama, dan hama mulai menyerang lagi pada pengamatan ke-10 hingga sampai dengan pengamatan ke-12. Pada pengamatan ke-12 hampir semua tanaman sawi pakcoy terserang hama, hanya ada satu tanaman yang tidak terserang hama. Hama yang menyerang tanaman sawi pakcoy adalah ulat grayak Spodoptera exigua dan kutu daun Aphis gossypii. Hama terbanyak yang menyerang tanamna sawi pakcoy adalah ulat grayak Spodoptera exigua lihat lampiran 2 – serangan hamapenyakit; sitokinin. 3 Pengamatan perlakuan pemberian ZPT sintetik giberelin Pada perlakuan pemberian ZPT sintetik giberelin, hama mulai menyerang tanamn sawi pakcoy pada pengamatan ke-2. Penyerangan hama berlanjut sampai dengan pengamatan ke-8. Pada pengamatan ke-9 dan ke-10 tidak terjadi serangan hama, dan hama mulai menyerang lagi pada pengamatan ke-11 hingga sampai dengan pengamatan ke-12. Pada pengamatan ke-12 semua tanaman sawi pakcoy terserang hama. Hama yang menyerang tanaman sawi pakcoy adalah ulat grayak Spodoptera exigua dan kutu daun Aphis gossypii. Hama terbanyak yang menyerang tanamna sawi pakcoy adalah ulat grayak Spodoptera exigua lihat lampiran 2 – serangan hamapenyakit; giberelin. 4 Pengamatan kontrol Pada perlakuan kontrol, hama mulai menyerang tanamn sawi pakcoy pada pengamatan pertama. Hampir disemua pengamatan terjadi serangan hama pada tanaman sawi pakcoy, kecuali pada pengamatan ke-2 dan pengamatan ke-8. Penyerangan hama pada tanaman sawi pakcoy terbanyak adalah pada pengamatan ke-12, hanya ada satu tanaman yang sama sekali tidak terkena serangan hama selama penelitian. Hama yang menyerang adalah ulat grayak Spodoptera exigua dan belalang hijau Atractomopha crenulata. Hama terbayak yang menyerang tanaman sawi pakcoy adalah ulat grayak Spodoptera exigua lihat lampiran 2 – serangan hamapenyakit; kontrol.

B. Pembahasan

1. Data kuantitatif Data kualitatif yang diperoleh, kemudian diolah dengan menggunakan uji One-Way Anova untuk mengetahui apakah data berbeda secara statistik atau tidak. Sebelum data diolah dengan uji One- Way Anova, terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitasnya. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Sedangkan uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua data atau lebih, kelompok data sampel memiliki variasi yang homogen atau tidak. Bila hasil data signifikan, maka dilakukan uji lanjutan dengan Metode Duncan. Berdasarkan perhitungan data melalui uji One-Way Anova dapat dilihat bahwa pemberian zat pengatur tumbuh sintetik ada yang berpengaruh secara signifikan dan ada yang berpengaruh secara tidak signifikan terhadap keceptan pertumbuhan tanaman sawi pakcoy Brassica chinensis. Zat pengatur tumbuh sintetik berpengaruh secara signifikan adalah pada pertumbuhan lebar daun, jumlah daun, dan tinggi tanaman. Sedangkan zat pengatur tumbuh sintetik berpengaruh secara tidak signifikan adalah pada pertumbuhan tinggi tanaman. Zat pengatur tumbuh yang paling berpengaruh dalam mempercepat pertumbuhan tanaman sawi pakcoy Brassica chinensis adalah sitokinin. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil monitoring data observasi yang dilakukan selama penanaman hingga panen lihat Lampiran Data Hasil Pengamatan Kuantitatif. Pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh menyebabkan dampak perubahan secara morfologis yang berbeda-beda pada tanaman sawi pakcoy Brassica chinensis. a. Tinggi tanaman Menurut Sitompul 1995, tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Auksin terkenal dengan fungsinya untuk pertumbuhan memanjang pada tanamnan. Akan tetapi, pada kenyataannya perlakuan pemberian sitokinin lebih unggul dalam menumbuhkan tanaman sawi pakcoy daripada perlakuan pemberian auksin. Peristiwa tidak bekerjana auksin tersebut seperti yang terjadi pada percobaan Bonner 1949, dimana konsentrasi auksin yang efektif bagi pertumbuhan ujung batang justru menghambat pertumbuhan ujung akar. Terhambatnya pertumbuhan ujung akar mempengaruhi pertumbuhan tanaman sawi pakcoy karena akar berfungsi untuk mengambil air dan nutrisi di dalam tanah untuk tumbuh, bila pertumbuhan akar terhambat maka pertumbuhan tanaman sawi pakcoy juga lambat karena kurangnya suplai air dan nutrisi. Salah satu faktor tidak unggulnya auksin dalam menumbuhkan tanaman sawi pakcoy adalah tingkat konsentrasi auksin yang diberikan. Auksin yang diberikan dalam konsentrasi