Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kuantitatif. Pemberian perlakuan zat pengatur tumbuh menyebabkan dampak perubahan secara morfologis yang berbeda-beda pada tanaman sawi pakcoy Brassica chinensis. a. Tinggi tanaman Menurut Sitompul 1995, tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Auksin terkenal dengan fungsinya untuk pertumbuhan memanjang pada tanamnan. Akan tetapi, pada kenyataannya perlakuan pemberian sitokinin lebih unggul dalam menumbuhkan tanaman sawi pakcoy daripada perlakuan pemberian auksin. Peristiwa tidak bekerjana auksin tersebut seperti yang terjadi pada percobaan Bonner 1949, dimana konsentrasi auksin yang efektif bagi pertumbuhan ujung batang justru menghambat pertumbuhan ujung akar. Terhambatnya pertumbuhan ujung akar mempengaruhi pertumbuhan tanaman sawi pakcoy karena akar berfungsi untuk mengambil air dan nutrisi di dalam tanah untuk tumbuh, bila pertumbuhan akar terhambat maka pertumbuhan tanaman sawi pakcoy juga lambat karena kurangnya suplai air dan nutrisi. Salah satu faktor tidak unggulnya auksin dalam menumbuhkan tanaman sawi pakcoy adalah tingkat konsentrasi auksin yang diberikan. Auksin yang diberikan dalam konsentrasi tinggi memberi efek dapat menghambat pertumbuhan pemanjangan sel. Pada percobaan konsentrasi auksin tergolong tinggi bila diberikan pada tanaman sawi pakcoy. Konsentrasi auksin yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan seperti teori yang diungkapkan Meyer 1973, bahwa auksin dapat meningkatkan dan menghambat pertumbuhan, dimana merupakan respon dari efek yang diberikan, tergantung pada konsentrasi auksin. Efektivitas auksin diberikan tidak hanya tergantung pada konsentrasi, tetapi juga jenis tertentu respon pertumbuhan yang dipengaruhi. Beberapa efek penghambatan auksin, terutama pada pemanjangan segmen batang beberapa spesies dan pertumbuhan tunas pada organ lain. Selain itu ia juga mengungkapkan banwa auksin menyebabkan pemanjangan sel. Kisaran konsentrasi optimum untuk pemanjangan sel bervariasi pada jaringan yang berbeda, dan pemberian konsentrasi yang relatif tinggi dapat menghambat fase pertumbuhan. Bila auksin diberikan pada tanaman sawi pakcoy dengan konsentrasi yang sesuai makan dapat meningkatkan pertumbuhan pemanjangan, seperti yang diungkapkan Meyer 1973, bahwa dalam konsentrasi yang sesuai, auksin menyebabkan peningkatan panjang batang, koleoptil, hipokotil dan epikotil. Pada umumnya orang beranggapan bahwa pemberian giberelin pada tumbuhan akan menyebabkan tinggi tanaman menjadi 3 sampai 5 kali tingginya yang normal. Hal tersebut memang benar seperti percobaan yang telah dilakukan pada tanaman kobis yang diberi perlakuan hormon giberelin, dimana tanaman kobis jarak antar ruas daun pada batang pendekberdekatan dan setelah diberi hormon giberelin jarak antar ruas daun pada batang panjangberjauhan. Giberelin yang digunakan pada percobaan tersebut adalah giberelin dengan konsentrasi tinggi, sedangkan pada penelitian ini menggunakan giberelin dengan konsentrasi sedang. b. Lebar daun Berdasarkan data yang diperoleh, daun tanaman sawi pakcoy yang paling lebar adalah pada perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sintetik sitokinin, sedangkan perlakuan pemberian auksin paling lambat untuk pertumbuhan lebar daun tanaman sawi pakcoy. Hal tersebut berkaitan dengan efek dari kerja sitokinin yaitu memacu kecepatan pertumbuhan tanaman karena berperan dalam proses pembelahan dan pembesaran sel. Seperti teori Meyer 1973, bahwa sitokinin terbukti dapat mempercepat pembelahan sel pada jaringan bila diberikan pada konsentrasi yang tinggi. c. Jumlah daun Pada percobaan ini jumlah daun yang paling banyak adalah pada perlakuan pemberian sitokinin dengan jumlah daun sebanyak 96 helai, sedangkan perlakuan pemberian auksin paling sedikit yaitu sebanyak 73 helai. Hal tersebut berkaitan dengan efek dari kerja sitokinin yaitu berperan dalam pembentukan tunas-tunas baru. Seperti yang diungkapkan Loveless 1991, bahwa sitokinin yang disintesis dalam akar, diedarkan ke daun melalui pembuluh xilem. Dimana, sitokinin diperlukan untuk pertumbuhan normal dan diferensiasi, serta meningkatkan pembelahan sel dan menahan ketuaan senescence. d. Berat basah Berat basah merupakan hasil dari semua pertumbuhan tanaman baik tinggi tanaman, lebar daun, dan jumlah daun. Berat basah diukur pada waktu panen, dimana pengukuran atau penimbangannya adalah keseluruhan dari bagian tanaman sawi pakcoy. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat pada grafik di atas bahwa sawi pakcoy paling berat adalah pada perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh sintetik sitokinin, dimana berat basah rata-rata adalah 4,53 gram. Sitokinin berperan dalam memacu kecepatan pertumbuhan tanaman karena berperan dalam proses pembelahan dan pembesaran sel, pembentukan tunas-tunas baru, penundaan penuaankerusakan pada hasil panen sehingga lebih awet, menaikkan tingkat mobilitas unsur-unsur dalam tanaman, dan meningkatkan sintesis pembentukan protein. 2. Data kualitatif a. Warna daun Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa warna daun tanaman sawi pakcoy dengan diberi ZPT sitokinin lebih tahan lama daripada perlakuan pemberian ZPT auksin dan giberelin. Pada perlakuan pemberian ZPT sitokinin daun tanaman sawi pakcoy mulai menguning pada pengamatan ke-8, sedangkan pada perlakuan pemberian ZPT auksin dan giberelin daun tanaman sawi pakcoy menguning pada pengamatan ke-7. Perlakuan kontrol warna daun tanaman sawi pakcoy paling tahan lama yaitu mulai menguning pada pengamatan ke-10, walaupun demikian penelitian ini lebih mengamati pengaruh dari pemberian ketiga ZPT tersebut. Pengaruh ZPT sitokinin terhadap ketahanan warna daun tanaman sawi pakcoy sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Anestis 2011, bahwa hormon sitokinin berperan dalam memperlambat penuaan daun. Selain itu, Weaver 1972 telah melakukan percobaan yang membuktikan bahwa sitokinin dapat menghambat penuaan. Percobaan yang dilakukan yaitu selembar daun terdapat dua belahan kanan dan kiri. Belahan kiri sebagai kontrol, sedangkan belahan kanan diberi perlakuan dibubuhi BA. Daerah daun yang dibubuhi BA tersebut menunjukkan penarikan nutriea kearah tersebut dan terjadi penundaan proses penuaan. Jadi hasil dari percobaan tersebut adalah daun yang tidak diberi perlakuan kontrol lebih cepat mengalami penuaan dibandingkan daun yang diberi perlakuan BA. Selain itu Loveless 1991 juga mengungkapkan, bahwa sitokinin menahan menguningnya daun dengan jalan membuat kandungan protein dan klorofil seimbang dalam daun. Ketuaan senescence merupakan peristiwa menguningnya daun, yang terjadi karena protein pecah dan klorofil rusak. b. Kesegaran daun Berdasarkan data hasil pengamatan yang diperoleh, daun pada tanaman sawi pakcoy rata-rata hampir semuanya segar sampai dengan pengamatan ke-11, hanya saja pada perlakuan pemberian ZPT auksin pada pengamatan ke-9 ada yang layu kemudian pengamatan ke-10 segar kembali. Hal tersebut karena kurangnya air dan suhu udara yang panas sehingga terjadi penguapan yang berlebihan pada daun tanaman sawi pakcoy sehingga menyebabkan layu. Dengan demikian dilakukan penyiraman lebih banyak untuk menyegarkan kembali tanaman sawi pakcoy, sehingga pada hari ke-10 tanaman sawi pakcoy segar kembali. Pada hari ke-12 rata-rata tanaman sawi pakcoy layu dan kering. Hal tersebut terjadi karena efek dari penuaan tanaman sawi pakcoy. Keadaan kering juga dikarenakan efek dari kesalahan penggunaan pestisida yang dosisnya tinggi. c. Serangan hamapenyakit Rata-rata hama menyerang tanaman sawi pakcoy pada pengamatan ke-2, hanya pada perlakuan kontrol hama menyerang pada pengamatan pertama. Penyerangan hama terbanyak adalah pada perlakuan kontrol, sedangkan penyerangan hama paling sedikit adalah pada perlakuan pemberian ZPT giberelin. Berikut ini adalah gambar hama yang menyerang tanaman sawi pakcoy: Gambar 4.5. Ulat Jengkal Thysanoplusia orichalcea Gambar 4.6. Ulat Grayak Spodoptera exigua Gambar 4.7. Ulat Tritip Plutella xylostella, Sumber: http:lifetoscienceadventure.blogspot.com Gambar 4.8. Belalang Hijau Atractomopha crenulata, Sumber: http:omkicau.com Gambar 4.9. Kutu Putih Bemisia tabaci, Sumber: www.kebunpedia.com Gambar 4.10. Kutu Daun Aphis gossypii, Sumber: http:pursuingmydreams.com Ulat jengkal berwarna coklat, cara berjalannya dengan melangkah cukup jauh karena kakinya terletak di depan dan belakang tubuh. Ulat ini menyerang tanaman sawi pakcoy dengan memakan daunnya. Ulat grayak Spodoptera exigua berwarna hijau kecoklatan dengan totol-totol hitam di ruas buku bandannya. Ulat grayak Spodoptera exigua memakan daun hingga menyebabkan daun berlubang-lubang terutama pada daun muda. Ulat Tritip Plutella xylostella berwarna hijau muda, dengan panjang tubuh sekitar 7-10 mm. Pada saat melakukan penyerangan, ulat ini suka bergerombol dan lebih menyukai pucuk tanaman. Akibatnya daun muda dan pucuk tanaman berlubang- lubang. Selain itu terdapat hama kutu daun yang menyerang daun bagian sisi bawah. Kutu daun menyerang secara bergerombol. Penanganan untuk mengatasi serangan ulat dan kutu daun tersebut adalah dengan cara mematikannya langsung dan penyemprotan insektisida. Kendala dan penanganan selama penelitian: 1. Pada awal penelitian tanaman mengalami etiolasi yang ditandai tingginya pertumbuhan tanaman yang pesat. Etiolasi disebabkan karena atap rumah tanaman berbahan paranet hitam sehingga cahaya yang masuk kedalam rumah tanaman kurang. Penanganan yang dilakukan adalah mengganti atap paranet dengan menggunakan plastik transparan. 2. Curah hujan yang tinggi menyebabkan tanah asam dan kadar air yang berlebihan. Hal tersebut juga dikarenakan masalah atap paranet yang strukturnya berlubang-lubang, sehingga air hujan masuk ke dalam rumah tanaman. Penanganan yang dilakukan adalah mengganti atap paranet dengan menggunakan plastik transparan. 3. Tanaman mengalami kekurangan nutrisi pokok unsur Natrium, Phospat, dan Kalium. Selama awal penelitian menggunakan pupuk kandang, yaitu kotoran sapi. Ternyata unsur-unsur yang terkandung dalam kotoran sapi sangat kurang sebagai nutrisi sawi pakcoy, sehingga tanaman menjadi kurang nutrisi dengan ditandai pertumbuhan sawi pakcoy memanjang berbentuk seperti sawi bakso. Padahal sawi pakcoy berbentuk seperti sendok dengan batang daun dan helai daun melebar ke samping. Penanganan yang dilakukan adalah memberi pupuk dasar NPK, dan beberapa hari setelah diberi NPK tanaman menjadi subur dan bentuk tanaman seperti sawi pakcoy pada umumnya. 4. Kesalahan dalam pengendalian hama. Hama yang menyerang berupa ulat grayak Spodoptera exigua, ulat jengkal, ulat tritip Plitella xylostella, belalang hijau Atractomopha crenulata, kutu daun Aphis gossypii, dan kutu putih Bemisia tabaci. Pada penelitian ini, seluruh tanaman sawi pakcoy bentuknya kurang sesuai dengan bentuk sawi pakcoy pada umumnya. Hal ini dikarenakan kesalahan pada saat pemberantasan hama dengan pestisida yang berdosis tinggi, sehingga menyebabkan tanaman sawi pakcoy mengkerut dan hampir mati. Pada grafik pengamatan ke-11 menuju pengamatan ke-12, garis grafik relatif naik karena pengaruh pemberian pupuk NPK untuk menmulihkan nutrisi pada tanaman sawi pakcoy akibat kekurangan suplay nutrisi dari pupuk kandang. Pemupukan tersebut juga memulihkan keadaan tanaman sawi pakcoyyang mengkerut akibat perlakuan pemberian pestisida yang berdosis tinggi. Berikut ini adalah perbandingan tanaman sawi pakcoy yang tidak terkena pestisida dosis tinggi dan tanaman sawi pakcoy yang terkena pestisida dosis tinggi. Tabel 4.6. Perbandingan Tanaman Sawi Pakcoy Tidak Terkena Pestisida Dosis Tinggi dengan Terkena Pestisida Dosis Tinggi Tanaman sawi pakcoy yang tidak terkena pestisida dosis tinggi Tanaman sawi pakcoy yang terkena pestisida dosis tinggi Keterangan:  Jarak antar buku pada batang lebih pendekrapat.  Tangkai daun lebih tebal.  Bentuk daun lebih bulat.  Daun lebih tebal.  Tangkai daun dan batang berwarna hijau.  Jumlah daun lebih banyak. Perlakuan Pemberian ZPT Sintetik Auksin Keterangan:  Jarak antar buku pada batang lebih panjangrenggang.  Tangkai daun lebih tipis karena menyusut.  Bentuk daun agak lonjong.  Daun lebih tipis.  Tangkai batang dan daun berwarna hijau kecoklatan karena bekas luka penyusutan akibat pemberian pestisida.  Jumlah daun lebih sedikit karena daun pucuk ada yang mati dan ada yang hampir mati akibat peemberian pestisida, sehingga butuh waktu lama untuk tumbuh kembali. Perlakuan Pemberian ZPT Sintetik Sitokinin Perlakuan Pemberian ZPT Sintetik Giberelin Perlakuan Kontrol

C. Aplikasi Penelitian dalam Proses Pembelajaran

Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan dalam dunia pendidikan melalui pembelajaran kelas XII SMA semester 1 pada materi BAB 1 yaitu Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan. Pada pembelajaran ini peserta didik dapat mempelajari atau bereksperimen untuk membuktikan pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan tanamn. Materi Pertumbuhan dan Perkembangan tercantum dalam Silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran RPP pada: Kompetensi Inti KI: KI.1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI.2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli gotong royong, kerjasama, toleran, damai, santun, responsif dan proaktifdan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI.3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untukmemecahkan masalah. KI.4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. Kompetensi Dasar KD: KD.1.2. Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati bioproses. KD.2.1. Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelaslaboratorium maupun di luar kelaslaboratorium. KD.3.1. Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan dan perkembangan pada Mahluk Hidup berdasarkan hasil percobaan. KD.4.1. Melaksanakan percobaan tentang faktor luar yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan melaporkan secara tertulis dengan menggunakan tata cara penulisan ilmiah yang benar.