Sumber Data Penelitian REPRESENTASI SEJARAH ORDE BARU DALAM KUMPULAN CERPEN DRAMA ITU BERKISAH TERLALU JAUH KARYA PUTHUT EA.

36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan yang diteliti dari kumpulan cerpen Drama itu Berkisah Terlalu Jauh karya Puthut EA mengenai permasalahan penelitian seperti yang telah dirumuskan pada bab awal. Hasil penelitian ini menyajikan data-data yang diperoleh dari sumber data yang disesuaikan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Data yang diperoleh tersebut dianalisis sesuai dengan teori yang dipakai dalam penelitian ini. Kemudian hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel dan deskripsi. Setelah langkah tersebut dilanjutkan dengan pembahasan terhadap hasil analisis yang dilakukan secara deskriptif kualitatif.

A. Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini berhubungan dengan tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan bentuk-bentuk representasi sejarah Orde Baru, elemen fiksi yang merepresentasikan sejarah Orde Baru, dan mendeskripsikan fungsi representasi sejarah Orde Baru dalam kumpulan cerpen Drama itu Berkisah Terlalu Jauh karya Puthut EA. Berikut hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan deskripsi. 1. Bentuk-bentuk Representasi Sejarah Orde Baru dalam Kumpulan Cerpen Drama itu Berkisah Terlalu Jauh Karya Puthut EA Dalam cerpennya Puthut EA mengangkat kondisi sosial, politik dan hukum. Kondisi sosial meliputi, pertama, kondisi mental masyarakat masa Orde Baru yang terdapat tiga deskripsi yaitu, kebencian masyarakat terhadap pemerintah Orde Baru, pola pikir masyarakat yang menganggap Orde Baru bersifat otoriter, korban penangkapan oleh aparat pemerintah Orde Baru. Kedua, situasi keamanan masyarakat masa Orde Baru yang terdapat dua deskripsi yaitu, perselisian antarumat seagama dan anak-anak yang selalu menjadi korban penindasan. Kondisi Politik meliputi, pertama, ketidakkonsistenan kebijakan yaitu berupa kerugian yang dialami masyarakat miskin, jaminan kesejahteraan masyarakat masa Orde Baru. Kedua, transisi pemerintahan Orde Baru menuju Reformasi, yaitu berupa demonstrasi penolakan Orde Baru, jatuhnya Presiden Soeharto, penculikan aktivis dan diskriminasi etnis Tionghoa. Ketiga, maraknya aksi pembantaian dan pemenjaraan massal pasca G30S. Keempat, kontrol kekuasaan pemerintah Orde Baru, yaitu berupa perlawanan masyarakat terhadap Orde Baru dan sifat sewenang-wenang pemerintah Orde Baru dan aparat- aparatnya. Kondisi Hukum, yaitu terdistorsinya fungsi dan kedudukan hukum yang berupa penangkapan tanpa disertai surat penangkapan resmi, rendahnya kesadaran hukum masyarakat, dan tidak adanya proses peradilan terhadap tahanan. Dari semua permasalahan di atas dapat dilihat pada data yang disajikan dalam tabel berikut.