mengangkat reaksi-reaksi pribadi yang pada umumnya menentang pengaruh sosial. Terakhir yaitu tema ketuhanan yang berkaitan dengan kondisi dansituasi
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Sayuti, 2000: 193-194
b. Plot
Plot merupakan elemen fiksi yang paling penting. Plot merupakan unsur jalan cerita atau memaparkan peristiwa demi peristiwa yang susul-menyusul,
namun plot ini lebih dari sekedar rangkainya cerita. Secara sederhana plot dapat diartikan sebagai peristiwa-peristiwa yang menimbulkan sebab akibat. Plot sebuah
karya sastra
yang komplek
atau sulit
dikenali hubungan
kausalitas antarperistiwanya
akan membuat cerita menjadi menarik dan indah
Nurgiyantoro, 2012: 110-112. Plot atau alur cerita memiliki struktur yang dibagi menjadi tiga bagian
yaitu, awal, tengah, dan akhir. Bagian awal merupakan perkenalan karakter dan latar belakang cerita pada sebuah karya fiksi. Bagian tengah merupakan pola
konfik yang dibagi menjadi tiga yaitu, konflik dalam diri seseorang atau yang sering disebut dengan konflik kejiwaan, konflik antara masyarakat atau konflik
sosial, dan konflik antar manusia dan alam atau disebut juga dengan konflik alamiah, konflik ini muncul tatkala tokoh tidak dapat menguasai atau
memanfaatkan serta membudayakan alam sekitar sebagaimana mestinya. Setelah adanya konflik, pada bagian tengah juga terdapat komplikasi dan klimaks.
Komplikasi merupakan perkembangan konflik permulaan yang bergerak dalam mencapai klimaks, sedangkan klimaks merupakan titik intensitas tertinggi dari
komplikasi. Bagian akhir dari plot merupakan pengembangan konflik, yaitu dari klimaks menuju ke pemecahan atau hasil cerita Sayuti, 2000: 33-47.
Penjelasan di atas disebut dengan plot runtut atau beralur maju, tetapi plot juga
dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu plot lurus atau dinamakan plot maju, plot sorot-balik, Flash-back atau plot mundur dan plot
campuran. Peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa yang kemudian, atau diceritakan secara runtut
dari awal yaitu perkenalan, kemudian tengah berupa konflik meningkat menjadi klimaks dan akhir berupa penyelesaian ini disebut dengan plot maju. Sedangkan
plot mundur atau flash-back, urutan kejadian yang dikisahkan tidak bersifat kronologis, cerita tidak mulai dari awal, melaikan dari tahap tengah atau bahkan
dari tahap akhir terlebih dahulu kemudian baru ke tahap awal. Terakhir adalah plot campuran. Sebuah karya fiksi tidak hanya menggunakan plot maju atau
mundur saja, tetapi dalam sebuah novel atau cerpen dapat menggunakan keduanya. Secara garis besar sebuah karya fiksi mungkin beralur maju, tetapi
didalamnya sering terdapat adegan sorot balik, begitu juga sebaliknya Nurgiyantoro, 2012: 153-154.
c. Penokohan
Penokohan dapat mencakup masalah seperti tokoh cerita, perwatakan, dan penempatan serta pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga memberi gambaran
yang jelas kepada pembaca. Penokohan dapat diartikan sebagai pelaku cerita dan juga dapat diartikan perwatakan. Tokoh dan perwatakannya memang merupakan
suatu kepaduan yang utuh. Setiap tokoh dalam cerita pasti memiliki perwatakan yang berbeda-beda.
Menurut Abrams via Nurgiyantoro, 2012: 165 tokoh cerita character adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari
pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pembacalah yang dapat menilai tokoh dalam suatu cerita.
Tokoh dalam sebuah fiksi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Pertama, tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang
diutamakan penceritaannya dalam sebuah cerita. Ia juga yang paling manyak diceritakan. Karena tokoh utama yang paling banyak diceritakan, pasti selalu
berhubungan dengan tokoh lain. Tokoh lain ini lah yang disebut sebagai tokoh tambahan. Tokoh tambahan dalam kemunculannya akan lebih sedikit, ia akan
muncul ketika ada kaitanya dengan tokoh utama. Tokoh utama selalu akan dimunculkan dalam pembuatan sinopsis cerita, sedangkan tokoh tambahan
biasanya akan diabaikan Nurgiyantoro, 2012: 176-177. Kedua adalah tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Dalam sebuah cerita
pasti sebagai pembaca tidak hanya fokus pada tokoh utama saja, melainkan pembaca juga melihat dari segi emosional. Tokoh protagonis inilah yang sering
dikagumi oleh pembaca. Ia selalu digambargan sebagai tokoh yang memiliki sifat baik dan sering disebut hero. Sedangkan tokoh antagonis merupakan penyebab