27
membedakan. Misalnya: hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, atau dengan hak lainnya.
18
b. Sifat dan ciri
19
Dengan sifat dan ciri yang melekat pada setiap hak atas tanah tersebut terkandung hak dan kewajiban serta larangan. Hak bagi pemiliknya untuk
menggunakan sesuai dengan sifat dan cirinya. Selain itu terdapat hak untuk menggunakan ruang diatas nama hak tersebut dan ruang di bawah hak tersebut
yang dikenal dengan nama atau sebutan tubuh bumi sesuai dengan sifat dan ciri dari setiap hak.
Adapun dalam setiap hak melekat suatu kewajiban untuk memelihara agar dalam penggunaannya tidak bertentangan dengan sifat dan ciri hak tersebut serta
tidak bertentangan dengan fungsi sosial dari setiap hak. Jenis hak atas tanah dalam pasal 16 UUPA menampakkan suatu sifat pengaturan hak atas tanah dalam hukum
tanah nasional UUPA. Sifat pengaturan hak atas tanah tersebut tampak pada perumusan pasal 16 ayat 1 huruf h bagian pertama yang berbunyi: selain hak-
hak tersebut diatas akan diatur dengan undang- undang…………….. Dari
perumusan demikian memberikan pemahaman bahwa sifat pengaturan hak atas tanah dalam pasal 16 ini bersifat terbuka atau tidak limitative. Karena itu
dimungkinkan timbulnya atau lahirnya hak atas tanah baru dengan pengaturan setingkat Undang-undang.
18
Effendi Perangin, Hukum Agraria di Indonesia, CV Rajawali, Jakarta, 1986, hal 229
19
Sri Harini Dwiyatmi,.Hukum Agraria,2008, FH,Salatiga, hlm 19-22
28
Dengan demikian pasal 16 ini membuka kemungkinan lahirnya hak atas tanah baru. Dari perumusan tersebut sebenarnya tidak perlu lagi kuatir perlunya
perubahan terhadap UUPA sebab pasal 16 memang memungkinkan lahirnya hak atas tanah baru ataupun namanya selama hal tersebut merupakan bagian dari
permukaan bumi yang disebut tanah. c. Macam-macam Hak Atas Tanah menurut UUPA
20
Dalam UUPA diatur sekaligus ditetapkan tata jenjang atu hierarki hak-hak penguasaan atas tanah dalam Hukum Tanah Nasional kita, yaitu:
1 Hak Bangsa Indonesia yang disebut dalam pasal 1 UUPA, sebagai hak
penguasaan atas tanah yang tertinggi, beraspek perdata dan publik 2
Hak Menguasai dari Negara yang disebut dalam pasal 2 UUPA, semata- mata beraspek publik
3 Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat yang disebut dalam pasal 3 UUPA,
beraspek perdata dan publik 4
Hak-hak perseoranganindividual, semuanya beraspek perdata, terdiri atas:
Hak-hak atas Tanah sebagai hak-hak individual yang semuanya secara langsung ataupun tidak langsung bersumber pada Hak
Bangsa, yang disebut dalam pasal 16 dan 53 UUPA
20
Budi Harsono, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Penerbit: Djambatan, jilid 1 2005, hal 24
29
Wakaf, yaitu Hak Milik yang sudah diwakafkan dalam pasal 49 UUPA
Hak Jaminan atas Tanah yang disebut hak tanggungan dalam pasal 25, 33, 39, dan 51 UUPA
Sedangkan macam-macam Hak Atas Tanah, disebutkan dalam pasal 4 ayat 1 dan 2, dan pasal 53 UUPA.
- Pasal 4 ayat 1 dan 2 bunyinya sebagi berikut:
1. Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai dimaksud dalam pasal 2, ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang
disebut tanah,yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang- orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta
bahan-bahan hukum 2. Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini memberi
wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya sekedar
diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut undang-undang ini dan
peraturan-peraturan hukum yang lebih tinggi -
Hak-hak atas tanah yang sifatnya sementara tersebut diatur dalam pasal 53 UUPA yang bunyinya sebagai berikut:
30
1. Hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang dimaksud dalam pasal 16 ayat 1 huruf h, ialah hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang
dan hak sewa tanah pertanian diatur untuk membatasi sifat-sifatnya yang bertentangan dengan undang-undang ini dan hak-hak tersebut diusahakan
hapusnya dalam waktu yang singkat. 2. Ketentuan dalam pasal 52 ayat 2 dan 3 UUPA berlaku terhadap
peraturan yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini. Selain hak-hak atas tanah dalam Hukum Tanah Nasional yang disebutkan
diatas, dijumpai tanah-tanah lain yang juga dikuasai dengan hak-hak atas tanah primer, yang juga termasuk dalam pengertian tanah-tanah hak. Yaitu tanah-tanah
yang dikuasai dengan hak-hak individual: 1. Diatas tanah Hak Ulayat, yang diperoleh para warga masyarakat
hukum adat bersangkutan, menurut Hukum Adat yang berlaku, setelah mengalami konversi
2. Diatas tanah kaum, yang diperoleh para warganya menurut hukum adat Kaum yang bersangkutan, setelah mengalami konversi.
3. Diatas tanah Hak Pengelolaan, yang atas permintaan pemegang Hak Pengelolaan yang bersangkutan, diberikan Negara, dalam hal ini Bdan Pertanahan
Nasional, kepada pihakpihak yang memerlukan. 4. Diatas tanah yang termasuk Kawasan Hutan, yang dengan persetujuan
Menteri Kehutanan, diberikan Negara,dalam hal ini Badan Pertanahan Nasiona,
31
kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk kegiatan usaha yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan Hak Penguasaan Hutan,
Bagi pemegang hak-hak atas tanah yang disebutkan diatas juga mempunyai kewajiban-kewajiban. Pada umunya dapat disimpulkan, bahwa selain
memberikan kewenanganuntuk mempergunakan tanah yang dihaki, seperti halnya dalam Hukum Adat, hak-hak atas tanah dalam Hukum Tanah Nasional juga
meletakkan kewajiban untuk menggunakan dan memelihara potensi tanah yang bersangkutan. Dalam UUPA kewajiban-kewajiban tersebut yang bersifat umum,
artinya berlaku terhadap setiap hak atas tanah, diatur dalam: 1. Pasal 6 yang menyatakan, bahwa: Semua hak atas tanah mempunyai
fungsi sosial 2. Pasal 15 UUPA dihubungkan dengan pasal 52 ayat 1 tentang
kewajiban memelihara tanah yang dihaki 3. Pasal 10 UUPA khusus mengenai tanah pertanian, yaitu tentang
kewajiban bagi
pihak yang
mempunyai untuk
mengerjakan atau
mengusahakannya sendiri secara aktif.
32
D. Konsepsi dan Sistem Hukum Adat
21
1. Konsepsi Hukum Adat
Hukum adat dapat dirumuskan sebagai konsepsi yang komunalistik religious, yang memungkinkan penguasaan tanah secara individual, dengan hak-
hak atas tanah yang bersifat pribadi, sekaligus mengandung unsur kebersamaan. Sifat komunalistik menunjuk kepada adanya hak bersama para anggota
masyarakat hukum Adat atas tanah, dalam kepustakaan umum disebut hak ulayat. Tanah ulayat merupakan tanah kepunyaan bersama, yang diyakini sebagai karunia
suatu kekuatan gaib atau peninggalan nenek moyang kepada kelompok yang merupakan Masyarakat hukum Adat,sebagai unsur pendukung utama bagi
kehidupan dan penghidupan kelompok tersebut sepanjang masa. Disinilah tampak sifat religious atau unsur keagamaan dalam hubungan hukum antara para warga
masyarakat hukum adat dan tanah ulayatnya itu. Para warga sebagai anggota kelompok, masing-masing mempunyai hak
untuk menguasai dan menggunakan sebagian tanah bersama tersebut guna memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya, dengan hak-hak yang bersifat
sementara, sampai dengan hak yang tanpa batas waktu, yang umum disebut hak milik. Penguasaan dan penggunaan tanah tersebut dapat dilakukan sendiri secara
individual atau bersama-sama dengan warga kelompok lain. Tidak ada kewajiban untuk menguasai dan menggunakannya secara kolektif. Karena itu, penguasaan
tanahnya dirumuskan dengan sifat individual.
21
Budi Harsono, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Penerbit: Djambatan, jilid 1 2005, hal 181-185