Konsepsi Hukum Adat Konsepsi dan Sistem Hukum Adat

32

D. Konsepsi dan Sistem Hukum Adat

21

1. Konsepsi Hukum Adat

Hukum adat dapat dirumuskan sebagai konsepsi yang komunalistik religious, yang memungkinkan penguasaan tanah secara individual, dengan hak- hak atas tanah yang bersifat pribadi, sekaligus mengandung unsur kebersamaan. Sifat komunalistik menunjuk kepada adanya hak bersama para anggota masyarakat hukum Adat atas tanah, dalam kepustakaan umum disebut hak ulayat. Tanah ulayat merupakan tanah kepunyaan bersama, yang diyakini sebagai karunia suatu kekuatan gaib atau peninggalan nenek moyang kepada kelompok yang merupakan Masyarakat hukum Adat,sebagai unsur pendukung utama bagi kehidupan dan penghidupan kelompok tersebut sepanjang masa. Disinilah tampak sifat religious atau unsur keagamaan dalam hubungan hukum antara para warga masyarakat hukum adat dan tanah ulayatnya itu. Para warga sebagai anggota kelompok, masing-masing mempunyai hak untuk menguasai dan menggunakan sebagian tanah bersama tersebut guna memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya, dengan hak-hak yang bersifat sementara, sampai dengan hak yang tanpa batas waktu, yang umum disebut hak milik. Penguasaan dan penggunaan tanah tersebut dapat dilakukan sendiri secara individual atau bersama-sama dengan warga kelompok lain. Tidak ada kewajiban untuk menguasai dan menggunakannya secara kolektif. Karena itu, penguasaan tanahnya dirumuskan dengan sifat individual. 21 Budi Harsono, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Penerbit: Djambatan, jilid 1 2005, hal 181-185 33 Hak penguasaan yang individual tersebut merupakan hak yang bersifat pribadi, karena tanah yang dikuasainya diperuntukan bagi pemenuhan pribadi dan keluarganya. Bukan untuk pemenuhan kebutuhan kelompok. Kebutuhan kelompok dipenuhi dengan penggunaan sebagian tanah-bersama oleh kelompok dibawah pimpinan Kepala Adat Masyarakat Hukum Adat yang bersangkutan. Misalnya, tanah untuk tempat pengembalaan ternak bersama atau tanah untuk pasar dan keperluan bersama lainnya. Dengan demikian, Hak Ulayat dari Masyarakat Adat tersebut: a. Selain mengandung hak kepunyaan bersama atas tanah bersama para anggota atau warganya, yang termasuk bidang hukum perdata. b. Juga mengandung tugas kewajiban mengelola, mengatur dan memimpin penguasaan, pemeliharaan, peruntukan dan penggunaannya, yang termasuk bidang hukum publik. Tugas kewajiban mengelolah, mengatur dan memimpin penguasaan tanah- bersama, baik yang diperuntukkan bagi kepentingan kepentingan bersama oleh warga masyarakat Hukum Adat itu sendiri. Maka, sebagian tugas tersebut pelaksanaannya sehari-hari diserahkan kepada Kepala Adat atau bersama para Tetua Adat. Hak bersama yang merupakan hak ulayat itu bukan milik dalam arti yuridis, melainkan merupakan hak kepunyaan bersama. Maka, dalam rangka hak ulayat, dimungkinkan adanya Hak Milik atas tanah yang dikuasai pribadi oleh warga Masyarakat Hukum Adat yang bersangkutan. 34 2.Sistem hak-hak penguasaan atas tanah 22 Dalam hukum adat hak penguasaan atas tanah tertinggi adalah Hak Ulayat, yang mengandung 2 unsur yang beraspek hukum keperdataan dan hukum publik. Subjek Hak Ulayat adalah masyarakat hukum adat, baik territorial ataupun genealogic, sebagai bentuk-bersama para warganya. Tanah Ulayat adalah tanah bersama para warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Di bawah Hak Ulayat adalah Hak Kepala Adat dan para Tetua Adat, yang sebagai petugas masyarakat hukum adat berwenang mengelola, mengatur, pemeliharaan, peruntukkan dan penggunaan tanah bersama tersebut. Tugas kewenangan ini beraspek hukum public semata. Kemudian ada berbagai hak-hak atas tanah yang dikuasai oleh warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan, yang semuanya secara langsung ataupun tidak langsung bersumber pada Hak Ulayat, sebagai hak-bersama. Sebagai hak-hak perorangan yang merupakan hubungan hukum konkret pengaturannya termasuk bidang hukum perdata. Tetapi pengaturan penguasaan dan penggunaannya oleh masyarakat hukum adat dan Kepala Adat termasuk bidang hukum publik. Maka Hukum Tanah Adat memuat ketentuan-ketentuan hukum yang merupakan baik Hukum Tanah Perdata maupun Hukum Tanah Administratif. Dalam Hukum Tanah Adat tidak dikenal lembaga hak jaminan atas tanah dalam pengertian modern. Yaitu hak yang diberikan kepada kreditur untuk, jika debitur ingkar janji, menjual lelang tanah yang ditunjuk sebagai jaminan, dan 22 Ibid. hal 177-179 35 mengambil seluruh atau bagian dari hasil penjualan tersebut bagi pelunasan piutangnya, dengan hak mendahulu daripada kreditor-kreditor yang lain. Dalam Hukum Adat dikenal lembaga “jonggolan”. Dibandingkan dengan sistem-sistem hukum lain, akan jelas tampak perbedaannya. Sebagai telah dikemukakan diatas dalam Hukum Adat hak penguasaan tanah yang tertinggi adalah Hak Ulayat, yang memungkinkan pemilik tanah secara individual yang bersifat pribadi. Dalam sistem Hukum Tanah Barat yang berkonsepsi individualistik, hak penguasaan atas tanah yang tertinggi adalah hak milik pribadi, yang disebut Hak Eigendom. Tanah diseluruh wilayah Negara terbagi habis dalam tanah-tanah hak eigendom Negara. Hak-hak penguasaan yang lain bersumber pada hak eigendom perorangan dan hak eigendom Negara tersebut. Dalam sistem Hukum Tanah yang berkonsepsi komunis, hak penguasaan atas tanah yang tertinggi adalah hak milik-bersama dari rakyat, yang untuk sementara diwakili oleh Negara. Hak milik-bersama tersebut meliputi semua tanah diseluruh wilayah Negara. Maka tidak dikenal hak milik pribadi atas tanah. 3.Asas-asaskonsepsi, lembaga-lembaga hukum, dan sistem hukum adat 23 a. Asas-asaskonsepsi Hukum Adat yang diambil sebagai dasar. - Menurut Konsepsi Hukum Adat, hubungan manusia dengan kekayaan alam, seperti tanah mempunyai sifat “reliomagis”, artinya kekayaan alam itu merupakan kekayaan yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang 23 Prof.Dr.H.Muchsin.SH.,Iman Koeswahyono,SH.,M.Hum.,Soimin,SH.,Hukum Agraria Indonesia, Penerbit: PT.refika Aditama, Bandung, 2007, hal 67 36 Maha Esa pada masyarakat hukum adat. Konsep ini kemudian dimuat dalam pasal 1 ayat2 UUPA - Di dalam lingkungan masyarakat hukum adat dikenal hak ulayat. Hak ulayat ini bukan hak untuk dimiliki, akan tetapi hanya merupakan hak menguasai. Hak ulayat ini kemudian dijadikan dasar dalam menetukan hubungan Negara dengan bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya. pasal 2 UUPA. - Di dalam konsep Hukum Adat disamping ada hak masyarakat hukum adat yaitu hak ulayat, juga hak perseorangan atas tanah diakui. Artinya masing-masing individu mempunyai kesempatan untuk mempunyai hak atas tanah. Konsep ini kemudian dimuat dalam pasal 4 dan 16 UUPA - Di dalam Hukum Adat dikenal suatu asas:”Di dalam hak-hak individu selalu terlekat hak masyarakat”. Hal ini merupakan perwujudan dari sifat kemasyarakatan Indonesia. Asas ini mengandung arti bahwa penggunaan hak individu harus memperhatikan dan bahkan tidak boleh merugikan kepentingan masyarakat. Konsep ini kemudian dimuat dalam pasal 6UUPA. - Dalam masyarakat hukum adat dikenal asas gotong royong. Setiap usaha yang menyangkut kepentingan individu dan masyarakat selalu dikatakan sebagai gotong royong. Hal ini untuk mencegah adanya persaingan dan pemerasan antara golongan yang mampu terhadap golongan yang tidak mampu. Konsepsi ini kemudian dimuat dalam pasal 12 ayat 1UUPA. 37 - Asas yang lain dari Hukum Adat adalah ada perbedaan antara warga masyarakat dan warga asing dalam kaitannya dengan penguasaan, penggunaan kekayaan alam. Warga masyarakat dapat mengolah, memetik hasil hutan, dan bahkan mempunyai tanah. Sedangkan warga asing tidak mempunyai hak atas tanah, mereka hanya dapat memetik hasil hutan dan itupun dengan syarat harus memperoleh izin dari kepala adat masyarakat yang bersangkutan. Dalam konsepsi ini ada perbedaan kedudukan antara warga masyarakat dengan warga asing dalam hubungannya dengan penguasaan tanah tanah. Konsepsi ini kemudian dimuat dalam pasal 9 UUPA. b. Lembaga-lembaga Hukum Adat Yang dimaksud lembaga hukum adat yang diambil sebagai dasar utama pembentuk Hukum Agraria Nasional adalah susunan macam-macam hak atas tanah yang ada dalam Hukum Adat seperti hak milikhak yasan, hak pakai, hak sewa, hak membuka tanah, hak menikmati hasil hutan. Susunan macam- macam hak atas tanah yang demikian ini kemudian diangkat dan dijadikan dasar dalam penyusunan hak-hak atas tanah dalam Hukum Agraria Nasional sebagaimana yang diatur dalam pasal 16 UUPA. Namun demikian, macam-macam hak atas tanah yang ada dalam hukum adat tersebut masih perlu disempurnakan sesuai dengan perkembangan masyarakat Indonesia yang menuju masyarakat modern. Penyempurnaan tersebut adalah adanya tambahan hak baru, yaiti hak guna usaha dan hak guna 38 bangunan. Juga adanya keharusan pendaftaran tanah terhadap macam-macam hak atas tanah tersebut. c. Sistem Hukum Agraria Adat terutama mengenai sistematika hubungan manusia dengan tanah. Di dalam sistem hukum adat , tanah merupakan hak milik bersama masyarakat hukum adat atau yang dikenal dengan hak ulayat. Hak ini merupakan hak yang tertinggi kedudukannya. Hak ulayat ini mengandung dua unsur, yaitu unsur kepunyaan artinya semua anggota masyarakat mempunyai hak untuk menggunakan, dan unsur kewenangan yaitu untuk mengatur, merencanakan, dan memimpin penggunaannya. Kemudian karena anggota masyarakat tidak mungkin melaksanakan pengurusan hak ulaya, maka tugas tersebut dilimpahkan kepada kepala adat. Namun yang perlu ditekankan pelimpahan itu hanya mengenai unsure kewenangan saja. Atas dasar kewenangan itu, kepala adat berhak memberikan hak-hak atas tanah kepada perseorangan seperti hak milikhak yasan, hak pakai dan sebagainya. Sebagai hukum adat ini diangkat sebagai sistem Hukum Agraria Nasional, yang dimuat dalam pasal 2, pasal 4 dan pasal 16 UUPA.

E. Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat

Dokumen yang terkait

HAK ATAS TANAH ANTARA MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DAN NEGARA.

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksistensi Peradilan Adat Kabupaten Biak Numfor dalam Sistem Hukum di Indonesia T1 312008033 BAB II

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hak Masyarakat dan Masyarakat Adat Terhadap Sumber Daya Tambang dalam Peraturan Perundangan di Indonesia T1 312006076 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hak Masyarakat dan Masyarakat Adat Terhadap Sumber Daya Tambang dalam Peraturan Perundangan di Indonesia T1 312006076 BAB II

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hak Masyarakat dan Masyarakat Adat Terhadap Sumber Daya Tambang dalam Peraturan Perundangan di Indonesia T1 312006076 BAB IV

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hak Masyarakat dan Masyarakat Adat Terhadap Sumber Daya Tambang dalam Peraturan Perundangan di Indonesia T1 312006076 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengakuan Negara Terhadap Hak Atas Tanah Adat Bagi Masyarakat Adat dalam Sistem Hukum di Indonesia

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengakuan Negara Terhadap Hak Atas Tanah Adat Bagi Masyarakat Adat dalam Sistem Hukum di Indonesia T1 312007008 BAB I

0 1 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengakuan Negara Terhadap Hak Atas Tanah Adat Bagi Masyarakat Adat dalam Sistem Hukum di Indonesia T1 312007008 BAB IV

0 0 2

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengenaan Sanksi Adat “Epkeret” terhadap Kasus Pembunuhan dalam Masyarakat Adat di Pegunungan Buru Selatan T1 BAB II

0 7 63