17
dibuat  pada  masa  sebelum  kemerdekaan  cenderung  kaku  dalam  kondisi masyarakat adat  yang statis tanpa tekanan perubahan, sedangkan rumusan
tentang  masyarakat  adat  yang  dibuat  setelah  kemerdekaan  lebih  bersifat dinamis  melihat  kenyataan  masyarakat  adat  saat  ini  dalam  tekanan
perubahan.
14
- Kusumadi  Pudjosewojo  menggunakan  seburan  “hukum  Adat”  sebagai
keseluruhan aturan hukum tidak tertulis. Hukum adat dalam pengertian ini bukan  merupakan  bidang  hukum  tersendiri  disamping  bidang-bidang
hukum yang lain. Dengan  demikian  hubungan  hukum  adat  dengan  masyarakat  adat  adalah
hukum  aslinya  golongan  pribumi  yang  merupakan  hukum  yang  hidup  dalam bentuk  tidak  tertulis  dan  mengandung  unsur-unsur  nasional  yang  asli,  yaitu  sifat
kemasyarakatan  dan  kekeluargaan,  yang  berasaskan  keseimbangan  serta  diliputi oleh suasana keagamaan di dalam masyarakat adat.
C. Prinsip dan Asas dalam Hukum Tanah Nasional dan Hukum Adat
1. Pengertian
Dasar-dasar hukum agraria nasional diletakkan mulai pasal 1 sampai pasal 15 UUPA,  sifat  dari  UUPA  ialah  nasional,  baik  formal  maupun  material.  Formal
nasional,  karena  dibuat  oleh  pembentuk  undang-undang  Indonesia,  dan  disusun
14
Martua Sirait,
disadur dari:
http:www.worldagroforestrycenter.orgseaPublicationfilesbookBK0047-04.PDF. tanggal
akses: 28 november 2011
18
dalam bahasa  Indonesia. Material  Indonesia, karena berisi  ketentuan  yang sesuai dengan asas-asas dan kepentingan nasional.
15
2. Asas Hukum Adat dalam Hukum Tanah Nasional
Asas-asas Hukum Adat yang digunakan dalam Hukum Tanah Nasional antara lain adalah
a Asas religiusitas pasal1
b Asas kebangsaan pasal 1,2,dan 9
c Asas demokrasi pasal 9
d Asas kemasyarakatan, pemerataan dan keadilan sosial pasal 6,7,10,11dan
13 e
Asas penggunaan dan pemeliharaan tanah secara berencana pasal 14dan 15
f Asas  pemisahan  horizontal  tanah  dengan  bangunan  tanah  dan  tanaman
yang ada diatasnya
3. Sifat-sifat Hukum Tanah Nasional.
16
15
Effendi Perangin, Hukum Agraria di Indonesia, CV Rajawali, Jakarta 1986, hal 200
16
Budi  Harsono,  Sejarah  Pembentuk  Undang-Undang  Pokok  Agraria,  isi  dan  Pelaksanaannya, penerbit:DJambatan, jilid 1 1997,hal 158
19
a. Sifat Nasional formal
UUPA  memulai  dengan  menyebut  dalam  konsideransnya  cacat-cacat  dan kekurangan-kekurangan  Hukum  tanah  yang  lama.  Berhubung  dengan  itu
Hukum  Tanah  yang  lama  tersebut  harus  diganti    Hukum  Tanah  yang  baru, Hukum  Tanah  Nasional.  Hukum  Tanah  yang  baru  itu  harus  bersifat  nasional,
baik  mengenai  segi  formal  maupun  materiilnya.  Mengenai  segi  formalnya Hukum  Tanah  Nasional  harus  dibuat  oleh  pembentuk  Undang-Undang
Indonesia,  dibuat  di  Indonesia  dan  disusun  pula  dalam  Bahasa  Indonesia. Lagipula  Hukum  Tanah  Nasional  berlaku  diseluruh  wilayah  Indonesia  dan
meliputi  semua  tanah  yang  ada  diwilayah  tanah  yang  ada  di  wilayah  Negara. UUPA memenuhi syarat nasional yang formal itu.
b. Sifat nasional materiil
Mengenai  segi  materiilnya  Hukum  Tanah  yang  baru  harus  nasional pula,yaitu  berkenaan  dengan  tujuan,  konsepsi,  asas-asas,  sistem  dan  isinya.
Dalam  hubungan  ini  UUPA  menyatakan  pula  dalam  Konsideransnya,  bahwa Hukum Agraria  Tanah harus:
1 Harus didasarkan atas hukum adat tentang tanah
2 Harus sederhana
3 Harus menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia
4 Harus  tidak  mengabaikan  unsur-unsur  yang  bersandar  pada  hukum
agama
20
5 Harus  memberi  kemungkinan  supaya  bumi,  air  dan  ruang-angkasa
dapat mencapai fungsinya dalam membangun masyarakat yang adil dan makmur
6 Harus sesuai dengan kepentingan rakyat Indonesia
7 Harus memenuhi pula keperluan rakyat Indonesia menurut permintaan
zaman dalam soal agraria 8
Harus  mewujudkan  penjelmaan  daripada  Ketuhanan  Yang  Maha Esa,Perikemanusiaan,  Kebangsaan,  Kerakyatan  dan  Keadilan  Sosial,
sebagai  asas  kerohanian  Negara  dan  cita-cita  Bangsa,  seperti  yang tercantum didalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
9 Harus merupakan pelaksanaan daripada Dekrit Presiden tanggal 5 juli
1959  dan  Manifesto  Politik  Republik  Indonesia  sebagai  yang ditegaskan dalam Pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1960
10 Harus  melaksanakan  pula  ketentuan  dalam  pasal  33  Undang-Undang
Dasar,  yang  mewajibkan  Negara  untuk  mengatur  pemilikan  tanah dalam  memimpin  penggunaannya,  hingga  semua  tanah  di  seluruh
wilayah  kedaulatan  Bangsa  dipergunakan  untuk  sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,  penggunaan itu bisa secara  perseorangan maupun
secara gotong royong.
21
4. Gambaran Hukum Tanah Nasional
17
a Hukum adat sebagai dasar
Bahwa Hukum Adat  diakui  sebagai  dasar  Hukum  Tanah Nasional  adalah sesuai dengan kepribadian bangsa kita, karena Hukum Adat adalah hukum asli
kita.  Dengan  demikian,  Hukum  Adat  tersebut  masih  harus  dibersihkan  dari cacatnya  yang  tidak  asli  dan  kemudian  disempurnakan  hingga  sesuai  dengan
tuntunan zaman.penjelasan pasal 5 UUPA. b
Hukum yang sederhana
Kesederhanan adalah sesuai dengan sifat dan tingkat pengetahuan Bangsa Indonesia.  Oleh  karena  itu  hukumnya  harus  sederhana  pula.  Dengan
menghapuskan dualisme dan memilih Hukum Adat sebagai dasar hukum baru, maka akan diperoleh kesederhanaan itu.
c Jaminan kepastian hukum
Dengan  bertambah  majunya  perekonomian  rakyat  dan  perekonomian nasional  kita  bertambah  pula  keperluan  akan  kepastian  mengenai  soal-soal
yang  bersangkutan  dengan  kegiatan-kegiatan  ekonomi  itu.  Tanah  rakyat tambah  lama  tambah  banyak  tersangkut  dalam  kegiatan-kegiatan  tersebut,
misalnya  dalam  jual-beli,  sewa-menyewa,  pemberian  kredit  dan  lain-lainnya. Berhubung dengan itulah makin lama makin terasa pula perlunya ada jaminan
kepastian hukum dan kepastian hak di bidang pertanahan.
17
Ibid, hal 159-169
22
d Unsur-unsur hukum agama
Bahwa  Hukum  Tanah  Nasioanal  tidak  boleh  mengabaikan  unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama adalah sesuai dengan Pancasila, khususnya
sila  pertama.  Bukankah  Hukum  Tanah  harus  mewujudkan  pula  penjelmaan dari  Pancasila?  Hubungan  antara  masyarakat  dan  orang-seorang  anggota
masyarakat  dengan  tanah  dan  bumi  menurut  Hukum  Adat  dan  kepercayaan rakyat merupakan hubungan yang sifatnya bukan hanya sosial-ekonomis atau
yuridis  saja,  tetapi  juga  apa  yang  dikatakan  religio  magis,  suatu  hubungan gaib, seperti; upacara panen, upacara jual-beli tanah dan sebagainya.
e Fungsi bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung
didalamnya  dalam  pembangunan  masyarakat  yang  adil  dan  makmur berdasarkan Pancasila
Betapa  pentingnya  fungsi  bumi,  air  dan  ruang  angkasa  serta  kekayaan alam  yang  terkandung  didalamnya  dalam  pembangunan  masyarakat  adil  dan
makmur,  yang  merupakan  tujuan  perjuangan  kita,  kiranya  tidak  memerlukan penjelasan  lagi.  Untuk  mewujudkan  masyarakat  yang  adil  dan  makmur  perlu
dilakukan kegiatan-kegiatan
pembangunan. Bagi
penyelenggaraan pembangunan fisik selalu diperlukan tanah. Bahkan bagi pembangunan dalam
bidang-bidang tertentu  yang memerlukan tanah yang luas seperti perusahaan kebun  besar,  kawasan  industri,  perusahaan  pembangunan  perumahan
tersedianya  tanah  merupakan  unsur  yang  menentukan  apakah  usaha  yang direncanakan akan dapat dilaksanakan atau tidak.
23
Dengan  meningkatnya  kegiatan  pembangunan  seperti  dialami  dimulai pelaksanaan  Pembangunan  Lima  Tahun  PELITA  Pertama  yang  lalu  1969-
1974 meningkat pula kebutuhan akan tanah. Hal ini tampak sekali didaerah- daerah  dimana  kegiatan  pembangunan  meningkat  dengan  cepat,  seperti  yang
terjadi  di  Daerah  Khusus  Ibukota  Jakarta  dan  sekitarnya.  Untuk  dapat memenuhi  kebutuhan  akan  tanah  bagi  keperluan  pembangunan  itu  secara
memuaskan, dengan meningat pula penyediaannya untuk keperluan-keperluan lain,  hingga  tanah  yang  tersedia  itu  dapat  dipergunakan  secara  efisien,
diperlukan  pengaturan,  pengendalian  dan  pembinaan  oleh  Pemerintah, disamping jaminan kepastian hukum dan kepastian hak bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.  Hal-hal  tersebut  memerlukan  landasan  hukum  dituangkan dalam Hukum Tanah yang efisien dan efektif.
f Masyarakat Sosialis Indonesia dan unsur-unsur Sosialisme Indonesia
Pada  waktu  terbentuknya  UUPA  lazim  dipergunakan  kata-kata “Revolusi”,  “Sosialis  Indonesia”  dan  “Masyarakat  Sosialis  Indonesia”.
Sebagai  suatu  Undang-Undang  yang  merupakan  produk  dari  zamannya, didalam  UUPA  terdapat  juga  kata-kata  tersebut.  Dalam  perkembangannya
sebutan  “Sosialisme  Indonesia”  dalam  Konsiderans  dan  berbagai  pasalnya, harus  diartikan  menurut  pengertiannya  pada  tahun  1959-1960,  yaitu  tahun
disusunnya kembali Rancangan UUPA  menjadi “Rancangan Sadjarwwo” dan mulai berlakunya UUPA sendiri.
24
Dalam  Konsiderans  Ketetapan  Majelis  Permusyawaratan  Rakyat Sementara no.IIMPRS1960 terdapat penjelasan otentik mengenai pengertian
“Sosialisme  Indonesia”  tersebut.  Dinyatakan  bahwa  “Masyarakat  Sosialis Indonesia”  adalah  sama  dengan  “masyarakat-adil-dan-makmur-berdasarkan
Pancasila”.  Ringkasan  Ketetapan  Majelis  Permusyawaratan  Rakyat Sementara  Republik  Indonesia  np.  I  dan  IIMPRS1960  terbitan  Departemen
Penerangan tahun 1962, halaman 51. Dalam  buku  ringkasan  tersebut  diatas  dimuat  penjelasan  mengenai
pengertian  “Sosialisme  Indonesia”,  antara  lain  sebagai  berikut:  “Sosialisme Indonesia  adalah  suatu  ajaran  gerakan  tentang    tata-masyarakat-adil-dan-
makmur berdasarkan
Pancasila. Tata-masyarakat-adil-dan-makmur-
berdasarkan Pancasila adalan tuntunan Amanat Penderitaan Rakyat Indonesia. Masyarakat-adil-dan-makmu  berdasrkan  Pancasila  sebagai  perwujudan
Sosialisme  Indonesia  bersendi  pokok  pada  Keadilan,  Kerakyatan  dan Kesejahteraan”.  Sosialisme  Indonesia  Indonesia  yaitu  tata-masyarakat-adil-
dan- makmur  berdasarkan  Pancasila”.  Sosialisme  Indonesia  bukanlah
sosialisme  seperti  diartikan  oleh  negara-negara  Barat  atau  seperti  diartikan oleh  negara-negara  Sosialis  asing,  tetapi  Sosialisme  Indonesia  berisi
perpaduan  yang  laras  dari  unsur-unsur  Sosialisme,  yaitu  Keadilan  Sosial  dan Kesejahteraan,  dan  unsur-unsur  Indonesia,  seperti  tergambar  dalam  asas:
Gotong-royong  dan  Kekeluargaan,  yang  merupakan  ciri-ciri  pokok  dari kepribadian Indonesia.
25
Dalam  melaksanakan  Keadilan  Sosial  dan  Kesejahteraan  dengan berlandaskan Gotong-royong dan Kekeluargaan, tujuan yang dikejar dan akan
dilaksanakan  adalah:  kesejahteraan  bersama,  dimana  terdapat  kemakmuran materiil  dan  spiritual  dalam  bentuk  kekayaan  umum  bendaniah  dan  rohaniah
yang  melimpah-limpah  serta  pembagiannya  yang  rata  dan  merata  sesuai dengan sifat perbedaan masing-masing warga dalam keluarga bangsa... Dalam
bidang  ekonomi  Sosialisme  Indonesia  mengejar  terwujudnya  suatu  tata- perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan kekeluargaan,
dimana  Pemerintah  dan  Rakyat  atau  Negara  dan  Swasta  bekerja  bersama saling  isi-mengisi  untuk  menjalankan  produksi  dan  distribusi  guna
mewujudkan  kekayaan  umum  yang  berlimpah-limpah  serta  pembagiannya adil-merata.  Dengan  berpedoman,  bahwa  kemakmuran  masyarakatlah  yang
harus  senatiasa  diutamakan  dan  bukan  kemakmuran  orang  seorang.  Tata- perekonomian  Sosialisme  Indonesia  berpedoman-dasar,  bahwa  tujuan  dari
segala  usala  dalam  lapangan  ekonomi  dan  keuangan  adalah  untuk mewujudkan  keadilan  dan  melenyapkan  penjajahan  dalam  bentuk  apapun
serta pemberantasan perbudakan yang memandang manusia hanya sebagai alat untuk  kepentingan  sendiri  atau  golongan  sendiri.  Kata-kata  Sosialisme
terdapat dalam UUPA dalam pasal 5 dan 14. g
Harus sesuai dengan kepentingan rakyat
Hukum  Tanah  Nasional  sudah  barang  tentu  harus  sesuai  dengan kepentingan  rakyat,  artinya  rakyat  banyak,  rakyat  Indonesia.  Bukan  hanya
rakyat  orang-perorangan,  apalagi  rakyat  asing.  Hukum  Tanah  Nasional  tidak
26
diadakan  untuk  hanya  menjamin  kepentingan  orang-orang  asing  atau  modal asing, seperti Agrarische Wet dahulu.
h Harus memenuhi keperluan menurut permintaan zaman
Hukum  Tanah  Nasional  bukan  saja  memenuhi  keperluan-keperluan dewasa  sekarang  ini,  tetapi  harus  memberi  kemungkinan  untuk  menampung
dan menyelesaikan persoalan-persoalan hari depan. i
Harus mewujudkan penjelmaan daripada Pancasila Bahwa  Hukum  Tanah  Nasional  harus  mewujudkan  penjelmaan  daripada
Pancasila kiranya tidak memberikan penjelasan. Bukan hanya Hukum Tanah, bukan  hanya  Hukum  Indonesia  seluruhnya,  tetapi  seluruh  kehidupan  dan
penghidupan Bangsa harus mewujudkan pancasila itu.
5. Hak Atas Tanah Adat a. Pengertian Hak Atas Tanah