kelompk harus bergantian. Hal ini menyebabkan waktu yang digunakan banyak terbuang.
Kekurangan yang dirasakan pada pembelajaran ini adalah waktu pembelajaran kurang memadai apabila digunakan untuk
menampilkan semua kelompok untuk mempresentasikan hasil karyanya. Hal ini mengakibatkan aktivitas siswa menurun dari siklus
sebelumnya. Secara garis besar penerapan komponen contextual teaching
and learning telah dilaksanakan akan tetapi masih ada salah satu komponen yang belum yaitu authentic asasment. Hal ini dikarenakan
waktu yang terbatas sehingga dalam penilaian presentasi siswa tidak bisa dilaksanakan
Dari refleksi suklus ke III ini maka bisa diambil kesimpulan kriteria pembelajaran yang berkualitas sudah tercapai. Yaitu siswa
aktif dalam pembelajaran mencapai 75 atau lebih. Dimana pada siklus II aktivitas siswa mencapai 80 sedangkan pada siklus III 76
dari hal tersebut maka pengambilan data dicukupkan sampai pada siklus III.
C. Pembahasan
Pembelajaran dengan metode contextual teaching and learning dengan pendekatan cooperative learning tipe STAD mampu meningkatkan
kualitas pembelajaran pada pebelajaran Sistem Pemindah Tenaga pada
kompetensi dasar memeliharamerawat transmisi dan komponen sistem pengoperasiannya. Kegiatan pembelajaran dengan metode contextual
teaching and learning yang terkandung dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi yang dilaksanakan guru dapat
memberikan dorongan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa hal ini terbukti bahwa guru telah
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah disusun, dengan pencapaian skor mencapai 83 pada siklus III. Dari kriteria yang telah
dibuat angka tersebut dalam kategori baik atau 79 indikator pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas telah tercapai.
Aktivitas belajar siswa dalam mata diklat Sistem Pemindah Tenaga dapat dilihat saat siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan guru,
menjawab pertanyaan guru, maju ke depan kelas untuk menjelaskan pada siswa lain, memberikan tanggapan tentang jawaban siswa lain,
mengemukakan ide atau tanggapan pada siswa lain, membuat kesimpulan materi baik secara mandiri atau kelompok dan aktif memanfaatkan sumber
belajar yang ada di sekitar. Dari penelitian yang dilakukan dapat digambarkan ativitas siswa adalah sebagai berikut :
Gambar 5. Grafik persentase aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
Penjelasan dari grafik tersebut dapat dikemukakan bahwa dengan metode contextual teaching and learning dengan pendekatan cooperative
learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Pada pra siklus pembelajaran dilakukan dengan metode konvensional, tercatat aktifitas
siswa mencapai 24. Pada siklus I pembelajaran dilaksanakan dengan metode contextual teaching and learning dengan pendekatan cooperative learning tipe
STAD dengan tingkat aktifitas siswa mencapai 56. Pada siklus II aktifitas siswa mencapai 80 dan siklus III 76.
Peningkatan aktivitas ditunjukkan mencapai 32 hal ini terlihat pada siklus I. pada siklus II tingkat aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran
mencapai 80, pada siklus II indikator pembelajaran yang berkualitas telah tercapai. Pada siklus III aktivitas siswa mencapai 76, walaupun terjadi
penurunan akan tetapi masih dalam indikator pembelajaran yang berkualitas. Berdasarkan peningkatan aktivitas siswa tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran teori sistem pemindah tenaga dengan kompetensi dasar memperbaiki dan merawat transmisi dan sistem pengoperasiannya dengan
menerapkan pembelajaran contextual teaching and learning dengan
pendekatan cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa pada proses pembelajaran.
Dengan menerapkan pembelajaran contextual teaching and learning dengan pendekatan STAD dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas
siswa. Hal tersebut juga didasari oleh penelitian yang pernah dilakukan oleh Suprihatin Eko Rahayu dengan penelitiannya yang berjudul Optimalisasi
Pembelajaran Geografi Dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning Model Jigsaw Untuk Meningkatkan Keaktivan dan Hasil Belajar
Siswa SMA Negeri 1 Wonosari Gunungkidul. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan penbelajaran CTL dengan model Jigsaw dapat
meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa yang terbukti dengan peningkatan persentase peran serta dan hasil belajar siswa dari sebelum
dilaksanakan tindakan penelitian. setelah siklus I hingga siklus III yaitu: partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dengan metode ceramah
{sebelum penelitian tindakan dilakukan 4 siswa 12,5 dan setelah dilakukan tindakan pada siklus I besarnya siswa yang berpartisipasi aktif
meningkat menjadi 48,40 sedangkan pada siklus I partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran bertambah menjadi 51,60 demikian pula terjadi
peningkatan pada siklus III menjadi 51,94. Tingkat penguasaan materi siswa dapat diketahui dengan menganalisis
rata-rata pre test dan post test setiap siklusnya. Data tersebut terangkum dalam lampiran nilai siswa pada lampiran 10, dan secara rinci tersaji pada gambar
grafik berikut ini :
Gambar 6. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar
Untuk mengetahui tingkat penguasaan materi siswa sebelum dilakukan tindakan, maka hal tersebut bisa dianalisis melalui membandingkan antara
pre test pada pra siklus dan pre test siklus I dengan peningkatan 6 poin. Dari hal tersebut bisa diperoleh kesimpulan bahwa dengan pembelajaran inquiry
learning dapat meningkatkan pengetahuan awal siswa, dan dari tabel tersebut dapat dianalisis bahwa dengan pembelajaran contextual teaching and
learning dengan pendekatan cooperative learning tipe STAD dapat memperbaiki hasil belajar pada pembelajaran sistem pemindah tenaga, hal
tersebut dapat diketahui dari peningkatan hasil belajar siswa setiap siklusnya dan pada siklus III tercatat 80 siswa telah memperoleh nilai sesuai dengan
batas kelulusan minimal. Dari hal tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan
penerapan pembelajaran contextual teaching and learning dengan pendekatan cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran teori sistem pemindah tenaga dengan kompetensi dasar memperbaiki dan merawat transmisi dan sistem pengoperasiannya
kesimpulan ini dapat diambil dengan bukti data hasil penelitian yang telah dilakukan, selain itu didasari dengan adanya penelitian yang sejenis yang
telah dilakukan Suprihatin Eko Rahayu dengan penelitiannya yang berjudul Optimalisasi Pembelajaran Geografi Dengan Pendekatan Contextual
Teaching and Learning Model Jigsaw Untuk Meningkatkan Keaktivan dan Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Wonosari Gunungkidul.
109
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan