Berdasarkan triangulasi sumber, maka peneliti melakukan pencarian data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama, yaitu dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada beberapa sumber dengan teknik wawancara secara mendalam dengan membandingkan dan mengecek ulang antara
informasi dari:
Gambar 5. Triangulasi Sumber
Diadaptasikan dari Sugiyono, 2012:331
G. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono 2012: 333, dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data
yang bermacam-macam triangulasi, dan dilakukan secara terus menerus sampai Wawancara mendalam
Peserta didik kelas
VIII G
Kartiningsih guru mata
pelajaran mulok batik
Mujiasih Pegawai
DikDas Kab Bantul
datanya jenuh. Dalam analisis data, peneliti menggunakan metode analisis data deskriptif kualitatif. Pada metode deskriptif kualitatif peneliti menjelaskan,
menggambarkan dan mencatat semua kegiatan-kegiatan penelitian dengan panduan dan pedoman yang sesuai dengan metode yang digunakan.
Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Nasution
menyatakan bahwa analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan
hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data, namun dalam
kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada, setelah selesai pengumpulan data Sugiyono, 2012: 336.
Metode Analisis data kualitatif diperoleh dari pengumpulan data observasi, dokumentasi, wawancara dan catatan lapangan, dengan cara
mengorganisasi data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Data observasi dilakukan untuk mengetahui kegiatan
membatik selama pembelajaran keterampilan batik di SMP Negeri I Bantul. Wawancara digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran mulok batik,
keunggulan mulok batik di SMP Negeri I Bantul dan pendapat para siswa di SMP Negeri I Bantul tentang adanya mata pelajaran keterampilan batik sebagai muatan
lokal wajib di kabupaten Bantul.
Data dokumentasi dilakukan untuk teknik mencatat dan melaporkan hasil data yang diperoleh selama penelitian. Dokumentasi tidak hanya barupa bahan
tertulis saja, tetapi juga berupa rekaman maupun gambar atau foto. Gambar atau foto sendiri berfungsi sebagai bukti fisik kegiatan penelitian selama penelitian
berlangsung di SMP Negeri I Bantul dan pendokumentasian dilakukan sendiri oleh peneliti selama mengikuti pembelajaran muatan lokal batik di SMP Negeri I
Bantul, sedangkan catatan lapangan digunakan untuk mendiskripsikan kegiatan- kegiatan penelitian yang dilakukan selama pembelajaran muatan lokal batik di
SMP Negeri I Bantul. Catatan lapangan penelitian dibuat oleh peneliti dengan dibantu oleh guru berdasarkan kegiatan penelitian dalam pembelajaran.
BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN
PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL BATIK DI SMP NEGERI I BANTUL
A. Setting Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini adalah pembelajaran muatan lokal di SMP Negeri I Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan fokus
masalah yang telah diuraikan pada Bab 1, yaitu pembelajaran muatan lokal wajib keterampilan batik di SMP Negeri I Bantul ditinjau dari persiapan pembelajaran,
proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Masalah yang diteliti tersebut akan diuraikan pada BAB IV. Sebelum diuraikan fokus masalah tersebut, akan
diuraikan terlebih dahulu deskripsi lokasi penelitian. SMP Negeri I Bantul terletak di Jl. RA. Kartini No. 44 Bantul Yogyakarta. Secara geografis, letak SMP Negeri
I Bantul sangat strategis, tidak terlalu jauh dari jalan raya Parangtritis dan jalan raya Bantul.
Awal berdirinya SMP Negeri I Bantul pada tahun 1955 beberapa tokoh masyarakat kota Bantul bersama dengan Pemerintah Kabupaten Bantul pada saat
itu yang menjabat Bupati Bapak KRT Purwodiningrat bertekat mendirikan sebuah Sekolah Menengah Pertama SMP. Bapak Bupati Bantul KRT Purwodiningrat
kemudian menyusun Panitia Pendiri Sekolah yang terdiri atas :1. KRT Purwodiningrat, 2. KRT Brotoningrat, 3. KRT Dirdjoningrat, 4. Bapak
Prodjokastowo. Usaha Panitia Pendiri Sekolah tersebut mendapat dukungan dari berbagai pihak dan berhasil mendirikan SMP Negeri Bantul. Hal ini dinyatakan
dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia