atau destilasi molekuler. Sejak asam lemak dari TAG murni dirilis selama pembelajaran asidolisis, asam lemak plus penetapan dari substrat asli dapat
dipindahkan dari lipid. Akhir dari kelabilan panas asam lemak tidak jenuh, secara tradisional artinya adalah asam lemak yang berpindah tersebut sebagai destilasi
molekuler telah ditempatkan sebagai metode titrasi dengan garam untuk mengendapkan asam lemak.
2.6.3. Gliserolisis Esterifikasi
Gliserolisis adalah reaksi antara TAG dan gliserol, dimana esterifikasi adalah reaksi antara gliserol atau gugus alkohol yaitu gliserida sebagian dan sebuah asam lemak
bebas Gambar 2.3. Aplikasi yang penting dari esterifikasi yaitu dalam produksi TAG yang mengandung semua rantai panjang asam lemak tidak jenuh untuk digunakan
sebagai suplemen dewasa atau semua asam lemak rantai menengah untuk nutrisi oarng lanjut usia, dimana gliserolisis telah digunakan untuk memproduksi asam lemak
tidak jenuh yang mengandung monoasilgliserol. Manfaat dari gliserolisis dan esterifikasi merupakan pemurnian yang tinggi dari TAG yang mengandung hanya 1
macam asam lemak yang dapat dihasilkan, meskipun kemurnian TAG cenderung menjadi rendah. Kerugian dari esterifikasi adalah bahwa substrat asam lemak yang
tetap akan dipisahkan. Sebaliknya, esterifikasi menggunakan etil ester tetap layak secara ekonomi untuk biaya produksi yang tinggi dalam memproduksi EPA dan DHA
yang berkonsentrasi.
2.6.4. Hidrolisis Pengayaan yang Selektif
Seperti ynag telah disebutkan sebelumnya, beberapa lipase spesifik terhadap asam lemak tertentu, sebuah properti yangmana dapat digunakan untuk asam lemak
berkonsentrasi selama hidrolisis dan transesterifikasi. Lipase dengan spesifitas menurun terhadap DHA telah sering digunakan untuk menaikkan konsentrasi DHA
dalam minyak ikan. Aktivitas yang lebih rendah dari beberapa lipase terhadap DHA disebabkan oleh bukti bahwa ikatan rangkap karbon yang paling dekat dengan gugus
karbonil adalah satu karbon yang lebih dekat dengan dekat didalam DHA dibandingkan dalam EPA yangmana mempengaruhi kemampuannya untuk dapat
Universitas Sumatera Utara
masuk ke sisi aktif. Ketika pengayaan selektif ini digunakan secara efektif dalam modifikasi nutrisi lemak dan minyak, kepedulian harus diambil untuk mengakui
spesifitas lipase ini ketika metode modifikasi lain lipase untuk mencegah tingkat rendah dari nggabungan beberapa asam lemak. Secara keseluruhan, pengayaan
selektif merupakan metode yang menjanjikan untuk konsentrasi asam lemak dalam minyak, secara spesifik minyak ikan, sejak ini tidak memerlukan asam lemak tidak
jenuh yang berkonsentrasi yangmana sulit dan mahal untuk manufaktur.
Gambar 2.4. TAG yang potensial dari esterifikasi nonspesifik yang dikatalisis oleh lipaseA dan gliserolisis B reaksi antara gliserol dan sebuah sam lemak
tidak jenuh dan sebuah asam lemak tidak jenuh-etil ester, secara bersamaan.
Willis, 1999.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Alat-Alat
- Gelas Ukur
Pyrex
- Gelas Beaker
Pyrex
- Gelas Erlenmeyer
Pyrex
- Labu Takar
Pyrex
- Buret
Pyrex
- Neraca Analitis
Mettler Toledo
- Sentrifugasi 5000 rpm
Gemmy Corp KCE
- Sentrifugasi 3400 rpm
Fisher Scientific
- Freeze drier
Edwards -
Blender National
- Inkubator
Gallenkamp
- Pipet Tetes
- Kapas
- Statif dan Klem
- Botol Akuades
- pH meter
Walklab
- Hot Plate
Thermolyne
- Pipet Serologi
Pyrex
- Pipet Volumetri
Pyrex
3.2. Bahan-bahan
Universitas Sumatera Utara
- Etanol
Teknis Bratachem -
NaH
2
PO
4.
H
2
O p.a.E.Merck
- Na
2
HPO
4
p.a.E.Merck -
Indikator Phenolphtalein p.a.E.Merck
- KOH
s
p.a.E.Merck -
Asam oksalat
s
p.a.E.Merck -
Akuades -
Biji jarak kepyar Ricinus communis L -
Minyak wijen
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Pembuatan Larutan Pereaksi
3.3.1.1. Indikator Phenolphtalein 1
Ditimbang 1 g indikator Phenolphtalein dan dilarutkan dengan etanol dalam labu takar 100 mL sampai garis tanda.
3.3.1.2. Pembuatan Larutan KOH 0,087 N a. Pembuatan larutan KOH 0,087 N
Ditimbang 5,61 g KOH dan dimasukkan kedalam labu takar 1000 mL, kemudian dilarutkan dengan akuades hingga garis tanda, setelah itu dihomogenkan.
b. Standarisasi Larutan KOH 0,087 N dengan asam oksalat
Ditimbang dengan teliti 0,1 g asam oksalat BM = 126, kemudian dilarutkan kedalam 50 mL akuades dan ditambahkan 3 tetes indikator Phenolphtalein kemudian dititrasi
dengan larutan KOH yang akan distandarisasi hingga warna merah lembayung. Hal yang sama dilakukan 3 kali ulangan.
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan N Larutan KOH = Sudarmadji, 1997
3.3.2. Pembuatan Buffer Fosfat 0,05 M
A = X gram Na
2
HPO
4
B = Y gram NaH
2
PO
4.
H
2
O A + B dimasukkan kedalam labu takar 1000 mL dan diencerkan sampai garis tanda.
Tabel 3.1. Pembuatan Larutan Buffer Phosfat pH 6,0 – 8,0
Perhitungan pembuatan buffer fosfat 0,05 M dapat dilihat pada lampiran 1.
3.3.3. Pembuatan Kecambah Dari Biji Jarak Kepyar
Dijemur 75 gram biji jarak kepyar selama ± 1 hari, kemudian dipisahkan antara cangkang dan biji bagian dalamnya. Direndam biji bagian dalam di dalam air selama ±
3 jam, setelah itu dikecambahkan dengan cara ditaburkan diatas kapas yang lembab pada suhu 28 – 30
o
C selama 4 hari.
3.3.4. Penyediaan Crude Enzim Lipase Dari Kecambah Biji Jarak Kepyar
Ditimbang kecambah sebanyak 65 gram, ditambahkan dengan buffer fosfat pH 7,0 sebanyak 150 mL dan diblender selama ± 1 menit, kemudian disaring. Filtrat
disentrifugasi pada 5000 rpm selama 30 menit. Didekantasi supernatan sebanyak 120 mL dan ditambahkan 60 mL aseton kemudian didiamkan selama 1 malam pada suhu
pH X gram
Na
2
HPO
4
Y gram NaH
2
PO
4.
H
2
O 6,0
0,421 6,491
6,5 1,179
5,755 7,0
2,747 4,23
7,5 4,726
2,307 8,0
6,128 0,944
Universitas Sumatera Utara
4
o
C. Suspensi yang terbentuk disentrifugasi pada 3400 rpm selama 30 menit dan pellet yang terbentuk dikeringkan dengan freeze drier. Sebanyak 0,5 gram serbuk crude
enzim lipase dilarutkan dengan 50 mL buffer fosfat pH 7,0 dan diuji aktivitasnya dalam menghidrolisis minyak wijen.
3.3.5. Penentuan Suhu Optimum Untuk Aktivitas Crude Enzim Lipase Pada Hidrolisis Minyak Wijen