KBBI. Kritik adalah kecaman dan anggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karaya, pendapat dan
sebagainya. Sedangkan kata sosial adalah lazimnya berkenaan dengan masyarakat. Amanat dalam bentuk pesan kritik sosial yakni pesan berupa kritik
sosial di mana pengarang memberi kritikan atas kehidupan sosial di lingkungan tertentu sesuai dengan realitas yang ada.
Kritik sosial yang ada didalam kisah tersebut dapat dimengerti sesuai interpretasi pembaca. hartoko,1992:63. Satra mengandung pesan kritik dapat
juga disebut sebagai kritik sastra kritik ini biasanya akan lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang kurang baik atau kurang menyenangkan
dalam kehidupan sosial masyarakat. Paling tidak, hal itu dalam penglihatan dan dapat dirasakan oleh pengarang yang berperasaan peka. Pengarang umumnya
tampil sebagai pembela kebenaran dan keadilan, ataupun sifat-sifat luhur kemanusiaan.Hal- hal yang memang salah dan bertentangan dengan sifat-sifat
kemanusiaan tidak akan di tutupi. Nurgiyantoro, 1995: 331.
2.3 Pengertian Tokoh
Masalah tokoh dan perwatakan ini merupakan salah satu hal yang kehadirannya dalam sebuah fiksi amat penting dan bahkan menentukan, karena tidak
mungkin ada suatu karya fiksi tanpa adanya tokoh yang bergerak yang akhirnya membentuk alur cerita.
Istilah tokoh menunjuk kepada orangnya atau kepada pelaku cerita, sedangkan perwatakan menunjuk kepada sifat dan sikap para tokoh itu, seperti yang ditafsirkan
Universitas Sumatera Utara
oleh pembaca, dan lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh Nurgiyantoro,1995:165 .
Abrams dalam Nurgiyantoro,1995:165 tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suara karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan
memiliki kualitas moral seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan sang tokoh.
Tepatnya tokoh cerita yakni sebagai pelaku yang di kisahkan perjalanan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur cerita, baik sebagai pelaku maupun penderita
berbagai peristiwa yang diceritakan. Dalam cerita fiksi anak ; tokoh cerita tidak harus berwujud manusia, seperti anak-anak atau orang dewasa lengkap dengan nama dan
karakternya, melainkan juga dapat berupa binatang atau suatu objek yang lain yang biasanya merupakan bentuk personifikasi manusia yang selalu disukai oleh anak-
anak. Dalam hal ini anak juga dapat menerima secara wajar percakapan yang terjadi antara manusia dan binatang Sastra anak Nurgiyantoro,2005:222-223.
Tokoh cerita biasanya mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan isi oleh pengarang. Perwatakan karakterisasi dapat diperoleh dengan
memberi gambaran mengenai tindak tanduk, ucapan atau sejalan tidaknya antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan dalam kisah itu.
Pada umumnya, fiksi mempunyai tokoh utama a central character, yaitu orang yang ambil bagian dalam sebagian besar peristiwa dalam cerita, biasanya
peristiwa atau kejadian-kejadian itu menyebabkan terjadinya perubahan sikap terhadap diri tokoh atau pandangan kita sebagai pembaca, terhadap tokoh tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya setelah membaca peristiwa itu pembaca menjadi benci, menjadi senang atau menjadi simpati kepadanya.
Menurut Semi 1998:39-40, cara memperkenalkan tokoh dan perwatakan tokoh dalam fiksi ada dua macam, yakni : a secara analitik b secara dramatis.
a Secara analitik, yaitu pengarang langsung memaparkan tentang watak atau
karakter tokoh, pengarang menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang, dan sebagainya.
b Secara dramatis,yaitu penggambaran perwatakan yang tidak diceritakan
langsung, tetapi hal itu disampaikan melalui: 1
Pilihan nama tokoh misalnya nama seperti sarinem untuk babu; mince untuk gadis yang rada-rada genit, bonar untuk nama tokoh yang garang dan
gesit, dan seterusnya. 2
Melalui penggambaran fisik atau postur tubuh, cara berpakaian, tingkah laku terhadap tokoh-tokoh lain, lingkungan, dan seterusnya
3 Melalui dialog, baik dialog tokoh yang bersangkutan dalam interaksinya
dengan tokoh-tokoh lain. Pada umumnya, pengarang memilih cara campuran, mempergunakan teknik
langsung dan tidak langsung dalam sebuah karya misalnya dalam cerita anak, tokoh- tokoh cerita itu mudah diidentifikasikan sehingga anak akan mudah menemukan hero
kepahlawanan pada diri tokoh yang bersangkutan. Adapun klasifikasi dan pembedaan tokoh dalam suatu karya fiksi tergantung dari
sudut pandang mana tokoh itu dipandang.
Universitas Sumatera Utara
Untuk lebih jelasnya, pembedaan tokoh menurut Nurgiyantoro 1995: 176-190 adalah:
a Tokoh utama dan tokoh tambahan
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai
pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Di sisi lain, pemunculan tokoh- tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dianggap penting dan
kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung maupun tidak langsung.
b Tokoh protagonis dan antagonis
Tokoh protagonist adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero. Tokoh yang merupakan pembawa norma-norma, nilai-
nilai, yang ideal bagi kita Alternberrnd dan Lewis, dalam Nurgiyantoro, 1995:178. Tokoh penyebab terjadinya konflik disebut juga tokoh antagonis. Tokoh ini,
barangkali dapat disebut beroposisi dengan tokoh protagonist secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik ataupun batin.
c Tokoh sederhana dan tokoh bulat
Tokoh sederhana dan tokoh tambahan simple atau flat character, tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, suatu sifat atau watak yang tertentu
saja. Sebagai seorang tokoh manusia, ia tak diungkapkan tentang berbagai kemungkinan sisi kehidupannya. Ia tak memiliki sifat dan tingkah laku yang dapat
memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sifat dan tingkah laku tokoh sederhana bersifat datar, hanya mencerminkan satu watak tertentu
Universitas Sumatera Utara
Nurgiyantoro, :181-182. Dalam hal ini penulis membatasi kajian hanya membahas tentang karakter tokoh
utama saja dalam cerita a
ẑ-ẑibu l-khāinu serigala pengkhianat.
2.4 Pengertian Nilai Sastra