Uji Pengganda Lagrange Model Otoregresi Spasial SAR Model Galat Spasial SEM
Membangkitkan data sesuai banyaknya N dan T, menggunakan model:
dengan
dan
µ
i
~ iid.N
, σ
µ 2
,
~iid.U-5,5 , , ~iid.N0,
dan menginisiasi , , serta matriks W
Mendapatkan data y
it
dan x
it.
untuk setiap lokasi dan setiap series waktu
Membangun model spasial data panel model gabungan
Mendapatkan nilai RMSE 1
4 Mengulangi langkah 1-4
sebanyak 1000 replikasi 5
Mengevaluasi W berdasarkan nilai RMSE dari setiap model
pada berbagai kombinasi simulasi
Menerapkan W terbaik untuk menyusun model
produksi beras seluruh provinsi di Indonesia
Mendapatkan W terbaik
Memberikan saran kebijakan kaitannnya dengan hasil permodelan.
Berikut gambaran alur penelitian selengkapnya:
Gambar 4 Algoritma simulasi dan alur penelitian data panel spasial P
rose s S
im ulasi
2
3
Mengulangi sebanyak kombinasi N3, 9, 25 lokasi , T 3, 6, 12, 36 deret dan berbagai model GSM, SAR dan SEM yang akan dicobakan untuk setiap W
Gambar 5 Diagram alir pendugaan parameter data panel spasial
Ana li
si s d
at a p
ane l
Ana li
si s da
ta pa ne
l spasi al
Analisis Data Panel Model
Gabungan Ho ditolak
Ho diterima
Tidak tepenuhi Ho ditolak
Ho diterima
Pengujian asumsi
LM test
Pengujian asumsi model spasial data
panel Mengatasi
pelanggaran asumsi
Mengatasi pelanggaran asumsi
Tidak tepenuhi
Terpenuhi Tepenuhi
Pendugaan parameter model
data panel spasial Data
W terbaik dari hasil simulasi
Uji Chow
Model Gabungan Model Tetap
Model Acak Uji
Hausman
SEM SAR
Data simulasi Data empiris
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tiga Jenis Matriks Pembobot Spasial Matriks pembobot spasialW yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
W biner, W seragam, W kernel Gaussian berdasarkan jarak antar centroid dari
masing-masing lokasi. Matriks-matriks ini akan dibandingkan mana yang lebih baik untuk prediksi dan penentuan nilai parameter pada model data panel spasial
menggunakan nilai RMSE. Penelitian ini menggunakan simulasi untuk mengkaji jenis matriks pembobot spasial manakah yang sesuai untuk berbagai kombinasi
jumlah lokasi dan jumlah deret waktu yang berbeda serta pada beberapa model spasial yaitu GSM, SAR dan SEM pada keseluruhan lokasi yang menjadi amatan.
Jumlah lokasi yang disimulasikan ada 3 jenis yaitu 3 lokasi, 9 lokasi dan 25 lokasi tujuannya agar amatan lokasi sedikit, sedang dan banyak terwakili, sedangkan
jumlah deret waktu yang disimulasikan ada 4 jenis yaitu 3 deret, 6 deret, 12 deret dan 36 deret, tujuannya agar deret waktu sangat pendek, pendek, sedang dan lama
terwakili. Masing-masing peta lokasi disajikan pada Gambar 6, 11 dan 16. Penulis mengakui bahwa mensimulasikan peta cukup tidak mudah, terutama
dengan kondisi riil dilapangan. Untuk itu mencoba menggambar peta yang hampir sesuai untuk mayoritas kondisi dilapangan. Peta yang dibuat sengaja berhimpitan
untuk semua lokasi karena ingin mencoba mensimulasikan matriks pembobot spasial yang pada dasarnya melihat kebertetanggaan antar lokasi dan jauh
dekatnya antara lokasi jarak. Matriks pembobot spasial dengan konsep kebertetanggan yang dicobakan adalah matriks pembobot spasial biner W Biner
dan matriks pembobot spasial seragam W Seragam, sedangkan yang menggunakan konsep jarak dicobakan matriks pembobot spasial dengan fungsi
kernel normal Gaussian. Penyusunan tiga jenis W ini disesuaikan dengan bentuk peta dari masing-masing lokasi N=3, N=9, N=25 yang dipetakan.
Peta yang akan di cobakan ada 3 macam dengan berbagai rancangan lokasi, sebagai berikut:
a. Jumlah lokasi sebanyak tiga Berikut adalah ilustrasi dari peta tiga lokasi, dibuat berjajar dengan maksimal
jumlah tetangga ada 2 karena lokasi hanya sebanyak 3. Kemudian akan dibuat matriks pembobot spasial biner, seragam dan kernel gaussian dari peta pada
Gambar 6 dibawah ini.
A B C
Gambar 6 Peta Tiga Lokasi W
biner dibentuk dengan menerapkan konsep queen contiguity antar lokasi yang menjadi pusat amatan. Nilai 1 menunjukan bahwa kedua lokasi tersebut
saling bertetangga sedangkan nilai 0 menunjukan kedua lokasi tersebut tidak saling bertetangga. Misalkan untuk gambar di atas antara A dan B
bersinggungan maka diberi nilai 0 pada sel A,B sedangkan antara A dan C tidak bersinggungan maka sel A,C bernilai 0. W biner yang bisa terbentuk
dapat dilihat pada Gambar 7.