Tabel 11. Pengaruh Pemupukan terhadap Efisiensi Pupuk
Perlakuan Efiesiensi Pupuk
N P
K Ca
Mg Pupuk SA1 PA
4.24a 0.48a
7.48 c 8.21a
0.56a Pupuk GDP PB
0.90a 0.18a
2.81a 5.33a
0.57a Pupuk GDL PC
4.30a 0.54a
4.37ab 12.26a
1.40 b Gandasil D PG
2.44a 0.22a
2.89a 8.94a
0.96a Pupuk Urin PU
4.15a 0.48a
5.19 b 8.71a
0.57a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda pada taraf nyata 5 dengan Uji Wilayah Berganda Duncan DMRT.
Tabel 11 menunjukkan bahwa unsur K dan Mg memiliki pengaruh yang nyata. Efisiensi K tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk SA1 PA sedangkan
efisiensi Mg teringgi terdapat pada perlakuan PC. Secara umum efisiensi N, P, dan Ca tertinggi terdapat pada perlakuan PC.
4.2 Pembahasan
Pupuk merupakan salah satu faktor produksi utama selain lahan, tenaga kerja, dan modal. Pemupukan memegang peranan penting dalam upaya
meningkatkan hasil pertanian. Anjuran pemupukan terus digalakkan melalui program pemupukan berimbang dosis dan jenis pupuk yang digunakan sesuai
dengan kebutuhan tanaman dan kondisi lokasispesifik lokasi. Namun, sejak beberapa tahun terakhir telah terjadi pelandaian produktivitas leveling off,
sedangkan penggunaan pupuk terus meningkat. Hal ini berarti suatu petunjuk terjadinya penurunan efisiensi pemupukan karena berbagai faktor tanah dan
lingkungan yang harus dicermati. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan mengenai jenis pupuk mana yang paling sesuai untuk mendukung pertumbuhan
maupun produktivitas tanaman sehingga efek yang ditimbulkan oleh pemupukan bernilai seminimal mungkin. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini
terhadap kangkung darat oleh berbagai perlakuan, termasuk di dalamnya perlakuan dengan menggunakan pupuk urin kambing Etawah maupun pupuk
Gandasil D yang merupakan pupuk yang sudah beredar luas di pasaran. Perlakuan pupuk SA1 menunjukkan bahwa pupuk SA1 mampu mengimbangi kemampuan
urin kambing Etawah maupun Gandasil D baik itu dari hal pertumbuhan, produksi, kadar hara, serapan hara maupun efisiensi produksi. Walaupun
demikian, pupuk urin kambing Etawah memiliki variasi kandungan unsur hara
ataupun hal-hal lain yang tidak dianalisis pada penelitian ini serta memiliki kandungan hara Mn, Cu, Zn, Ca, Mg, dan Na 100 kali lebih banyak dibandingkan
pupuk SA1 PA. Pemupukan pada daun lebih efisien pada tanaman tertentu, karena pupuk
tersebut masuk ke dalam tubuh tanaman melalui stomata yang ada di permukaan daun sebelah bawah Lingga, 2004. Penyerapan hara pupuk yang diberikan pada
daun lebih cepat dibandingkan diberikan pada akar. Tanaman memberikan respons yang lebih cepat dengan munculnya tunas dan juga tanah tidak terlalu
rusak atau lelah. Pada penelitian terlihat adanya keterkaitan yang erat antara pemupukan
dengan tinggi tanaman, di mana semua perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman kontrol. Tinggi tanaman merupakan ukuran
tanaman yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan
yang diterapkan Sitompul dan Guritno, 1995. Dari pengamatan, tinggi tanaman pada perlakuan pupuk urin alami PU tidak berbeda nyata dengan perlakuan
pupuk SA1 PA, tetapi pupuk urin alami PU memberikan produksi yang paling tinggi dibandingkan pupuk SA1 PA. Akan tetapi, kedua perlakuan tersebut
mempunyai tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan perlakuan pupuk Gandasil D PG. Hal ini disebabkan masing-masing perlakuan memiliki
kandungan nutrisi yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dengan baik sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Perlakuan pada PB menghasilkan
tinggi tanaman tertinggi. Selain meningkatkan tinggi tanaman, pemupukan juga meningkatkan
bobot basah dan bobot kering tanaman dibanding dengan tanaman yang tidak mendapat pemupukan kontrol. Berat basah tanaman mencerminkan secara
langsung produksi tanaman, sedangkan berat kering tanaman merupakan salah satu parameter yang secara langsung mencerminkan efisiensi interaksi proses
fisiologis dengan lingkungannya. Bobot basah dan bobot kering tertinggi terdapat pada perlakuan PC, sedangkan para perlakuan pupuk SA1 PA, pupuk urin alami
PU maupun pupuk Gandasil D PG, bobot basah antar satu sama lain tidak berbeda nyata. Akan tetapi, pada bobot kering terlihat perbedaan nyata antara
pupuk Gandasil D PG dengan pupuk urin alami PU serta pupuk SA1 PA, di mana pupuk Gandasil D PG menunjukkan produksi yang lebih rendah
dibandingkan keduanya. Peningkatan bobot basah dan bobot kering pada perlakuan cenderung dikarenakan adanya peningkatan kadar hara dan serapan
hara oleh tanaman. Hal tersebut terintergrasi karena pemberian pupuk dilakukan melalui daun sehingga dapat menghindari ataupun menekan kemungkinan adanya
fiksasi unsur apabila dibandingkan dengan pemberian pupuk langsung pada tanah. Unsur hara merupakan zat yang diserap tanaman yang berpengaruh
tehadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Hara yang diserap oleh tanaman dapat berupa kation maupun anion. Kebutuhan unsur hara mutlak bagi setiap
tanaman dan tidak bisa digantikan oleh unsur yang lain tentunya dengan kadar yang berbeda sesuai jenis tanamannya sebab jika kekurangan unsur hara akan
menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri. Kadar hara N dan K tersedia pada perlakuan menunjukkan adanya
pengaruh nyata. Kadar hara N tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk SA1 PA, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk urin alami PU. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian pupuk dapat meningkatkan serapan unsur N pada tanaman. Sejalan dengan unsur N, kadar hara unsur K tertinggi terdapat pada
perlakuan pupuk SA1 PA dan berbeda nyata dengan perlakuan pupuk urin alami PU. Hal ini dimungkinkan tingginya kadar K pada bahan baku pembuatan pupuk
sehingga tingkat penyerapan unsur K melalui daun meningkat seiring dengan berkurangnya fiksasi apabila diberikan melalui tanah. Kadar hara lain seperti P,
Ca, Mg tidak berpengaruh nyata. Untuk kadar P, walaupun tidak berpegaruh nyata tetapi pada perlakuan cenderung menunjukkan peningkatan kadar hara
dibandingkan kontrol K. Selain itu, pada Tabel 9 terlihat bahwa pupuk urin alami PU dan pupuk SA1 PA memiliki kadar hara N, P, dan K yang lebih
tinggi dibandingkan pupuk Gandasil D PG tetapi memiliki kadar hara Ca dan Mg yang lebih rendah dibandingkan pupuk Gandasil D PG.
Kadar hara erat kaitannya dengan serapan hara. Pada penelitian, semua perlakuan menunjukkan serapan yang lebih tinggi dibandingkan kontrol K.
Serapan N, K, dan Mg mempunyai pengaruh yang nyata tetapi serapan P dan Ca mempunyai pengaruh yang tidak nyata. Hal ini membuktikan bahwa pemupukan
melaui daun cukup baik untuk menekan tingkat fiksasi unsur-unsur sehingga unsur-unsur yang diperlukan dan digunakan oleh tanaman relatif cepat tersedia
untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Akan tetapi, pemupukan melalui daun harus memperhatikan waktu dan dosis pemberian pupuk agar tingkat penyerapan
maupun keseimbangan hara berada pada kondisi yang paling baik. Pendekatan terhadap efisinsi pupuk adalah berdasar pada pengambilan
unsur hara oleh tanaman, yakni jumlah pupuk yang paling sedikit yang diperlukan tanaman untuk memproduksi hasil maksimal dianggap sebagai dosis pupuk yang
paling efisien Prasad dan De Datta, 1978. Tingkat efisiensi N, P, dan K pupuk urin alami PU dan pupuk SA1 PA memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan
Gandasil D PG akan tetapi memiliki efisiensi Ca dan Mg lebih rendah dibandingkan pupuk Gandasil D PG. Secara umum tingkat efisiensi pupuk yang
paling baik pada penelitian ini terdapat pada perlakuan PC. Hal ini dimungkinkan karena bahan baku pembuatan pupuk tersebut beragam dan lengkap. Walaupun
demikian, perlakuan pada pupuk SA1 PA ataupun pupuk urin alami PU memberikan tingkat efisiensi yang cukup baik sehingga bisa dijadikan alternatif
penggunaan pupuk untuk tanaman. Hal lain yang terlihat pada penelitian ini yaitu terjadinya efek pengenceran
pada perlakuan PC untuk unsur Ca serta pupuk urin kambing Etawah PU dan pupuk SA1 PA untuk unsur Mg. Efek pengenceran ini terjadi pada kondisi di
mana bobot perlakuan lebih tinggi dibandingkan bobot kontrol tetapi beberapa kandungan unsur hara perlakuan memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan
kontrol yang kemudian kembali meningkatkan serapan hara pada perlakuan dibandingkan kontrol.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan