Limbah Cair Pasar Tradisional

9 kaca tersebut dapat dilewati radiasi matahari gelombang panjang. Selanjutnya radiasi tersebut masuk ke dalam rumah kaca. Oleh permukaan tanah radiasi gelombang panjang dari sinar matahari tersebut dipantulkan kembali dalam bentuk sinar gelombang pendek atau sinar infra merah yang panas. Sinar gelombang pendek ini tidak dapat menembus atap atau dinding kaca sehingga menaikkan temperatur di dalam ruangan rumah kaca tersebut. Demikian halnya yang terjadi di atmosfir bumi, radiasi gelombang panjang yang dapat melewati atmosfir bumi dipantulkan kembali oleh permukaan bumi dalam bentuk sinar infra merah. Pada kondisi normal sinar infra merah sebagian besar akan kembali ke luar angkasa. Namun, terdapatnya gas seperti karbon dioksida, metan dan sebagainya dalam atmosfir yang dapat menyerap sinar panas pantulan dari bumi tersebut telah menaikkan temperatur udara di atmosfir. Gas metan dibandingkan dengan gas karbon dioksida, dapat menimbulkan pemanasan global yang lebih besar. Gas metan tidak dapat terserap oleh klorofil tumbuh-tumbuhan sehingga lebih stabil di atmosfir dibanding gas CO 2 yang dapat terserap tanaman melalui proses fotosintesis. Gas metan merupakan senyawa hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas, tidak berwarna dan juga tidak berbau dengan rumus kimia CH 4 . Gas ini ditemukan oleh Alessandro Volta sekitar tahun 1776- 1778 yang melakukan penelitian di Danau Manggiore dan mengamati adanya gelembung-gelembung gas dan ternyata gas tersebut dapat terbakar. Kadar gas metan di atmosfir telah mengalami kenaikan yang cukup besar sejak sebelum era industrialisasi. Pada sekitar tahun 1750, kadar metan di atmosfir masih sekitar 700 parts per billion ppb dan pada saat ini diperkirakan sudah mencapai 1800 ppb. Selain tidak berwarna dan tidak berbau, sifat-sifat lain gas metan antara lain dapat terbakar pada kadar antara 5-15, mempunyai titik didih −161°C dan mempunyai kelarutan dalam air sekitar 35 mgL pada tekanan 1 atmosfir. Gas metan termasuk salah satu jenis gas rumah kaca yang cukup potensial www.methanlandfield, 2010.

2.1.2. Limbah Cair

Limbah cair merupakan bahan pencemar yang berbentuk cair yang masuk ke dalam badan air sungai. Hampir setiap saat sungai yang ada di dunia menerima sejumlah besar aliran sedimen baik secara alamiah maupun buangan hasil kegiatan 10 manusia. Terkadang sungai menerima pencemaran yang berat dengan kandungan pencemar yang tinggi. Sungai dinyatakan tercemar jika sifat fisik, kimia dan biologinya mengalami perubahan kearah negatif. Menurut Wardhana 2001 indikator air tercemar adalah 1 perubahan suhu air, pH, warna, bau, dan rasa; 2 timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut; 3 meningkatnya mikroorganisme dan radioaktivitas air. Parameter Fisik – Kimia Peraiaran Perubahan suhu, pH, warna, bau dan rasa dapat terjadi dengan meningkatnya buangan industri dan aktivitas manusia lainnya, akibatnya akan menurunkan kadar oksigen air, meningkatkan reaksi kimia dan mengganggu kehidupan organisme air Kristanto, 2004. Endapan dan koloid serta bahan terlarut yang berasal dari buangan akan mempengaruhi kualitas air sungai. Bahan buangan padat kalau tidak dapat larut sempurna akan mengendap di dasar sungai dan yang dapat larut akan menjadi koloid. Endapan sebelum sampai ke dasar akan melayang bersama koloid, kondisi ini akan menghalangi penetrasi cahaya matahari yang mengganggu proses fotosintesis. Akibatnya akan mengganggu kehidupan mikroorganisme air. Penentuan padatan yang terdapat di air sangat berguna dalam analisis perairan dan menentukan efisensi unit pengolahan. Dissolved Oxygen DO merupakan banyaknya oksigen yang terkandung didalam air dan diukur dalam satuan milligram per liter Gurnham, 1965. Oksigen terlarut di dalam perairan bersumber dari difusi langsung melalui lapisan permukaan dan proses fotosintesis. Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh suhu air dan tekanan parsial oksigen di atmosfir. Penyebab utama berkurangnya konsentrasi oksigen terlarut adalah pencemar yang masuk dan mengkonsumsi oksigen terutama bahan organik. Parameter Biokimia Perairan Kandungan oksigen secara biokimia dapat digunakan untuk menduga banyaknya senyawa organik yang ada dalam suatu perairan melalui pengukuran BOD dan COD. Biochemical Oxygen Demand BOD atau kebutuhan oksigen biologis adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecah bahan buangan organik yang masuk ke perairan Wardhana, 2001. BOD merupakan gambaran seberapa banyak oksigen yang telah digunakan oleh aktivitas mikroba selama kurun waktu yang 11 ditentukan. Analisis BOD adalah suatu analisa empirik yang mendekati secara global proses biokimia maupun mikrobiologis yang benar-benar terjadi di alam, sehingga uji BOD berlaku sebagai simulasi suatu proses biologis. Semakin besar nilai BOD semakin besar tingkat pencemaran oleh bahan organik. Chemical Oxygen Demand COD merupakan ukuran banyaknya oksigen yang digunakan dalam mendegradasi bahan organik dengan menggunakan kalium dikromat, yang merupakan pengoksidasi kuat untuk mengoksidasi zat organik secara lengkap dalam suasana asam dengan katalis peraksulfat. Hubungan antara COD dan BOD menggambarkan bahwa jumlah senyawa kimia yang dapat doksidasi secara kimiawi lebih besar dari biologis Kristianto, 2004. Mikroorganisme Perairan. Mikrorganisme sangat berperan dalam proses degradasi bahan buangan yang masuk ke sungai. Parameter mikrobiologi seperti Eschericia coli E.coli termasuk parameter baku mutu air. Keberadaan E.coli dalam perairan menunjukkan pencemaran akibat tinja manusia. Dalam saluran pencernaan E.coli berkembang biak dan mengalami mutasi dari yang tidak potogen menjadi patogen atau sebaliknya sebagai penyebab penyakit diare Hasutji, 1995.

2.2. Faktor yang Mempengaruhi Sistem Daerah Aliran Sungai