Emisi Karbon Dioksida dari Lahan Gambut

8 atmosfer, namun dapat dimanfaatkan tanaman untuk proses fotosintesis. Bila tanaman dan hewan mati, kandungan karbon akan terlepas dalam bentuk karbon dioksida, demikian pula dengan kegiatan membakar kayu dan bahan bakar fosil. Tanah secara alami juga mengandung karbon sampai 50 dari berat keringnya bisa berupa bahan organik yang membusuk sebagian. Bahan organik jika terdekomposisi dapat menghasilkan karbon dioksida. Gas CO 2 memiliki waktu urai hingga 50-200 tahun dan memiliki daya tangkap sinar matahari seperti efek rumah kaca. Dari jaman pra industri tahun 1750-1800, konsentrasi CO 2 telah bertambah dari 280 ppmv part per million volume menjadi 353 ppmv pada tahun 1990. Saat ini laju penambahan CO 2 di atmosfer rata-rata berjumlah 1,8 ppmv. Kehadiran gas CO 2 memberikan kontribusi besar terhadap kenaikan suhu permukaan bumi dan IPCC menyarankan agar emisi gas CO 2 sekurang-kurangnya 60 dari emisi gas yang dikeluarkan saat ini Bapppenas, 2004.

2.3 Emisi Karbon Dioksida dari Lahan Gambut

Pengelolaan gambut mempunyai pengaruh yang besar terhadap keseimbangan karbon pada ekosistem. Secara alami gambut berfungsi sebagai penambat karbon, sehingga berperan dalam mengurangi gas rumah kaca di atmosfer. Lahan gambut menyimpan sekitar 329-525 Gt C atau 13-35 dari total karbon terestris. Sekitar 86 445 Gt dari karbon lahan gambut tersebut tersimpan di daerah temperate Kanada dan Rusia sedangkan sisanya sekitar 14 70 Gt terdapat di daerah tropis. Jika diasumsikan bahwa kedalaman rata-rata gambut di Indonesia adalah 5 m, bobot isi 114 kgm 3 , kandungan karbon 50 dan luasnya 16 juta ha, maka cadangan karbon di lahan gambut Indonesia sebesar 46 Gt Murdiyarso et al., 2004. Oleh karena itu, pertukaran CO 2 dari lahan gambut ke atmosfer sangat mempengaruhi siklus karbon dan terhadap pemanasan global. Fluks CO 2 dari tanah merupakan komponen utama dari siklus karbon global Raich and Schlesinger, 1992; Houghton, 1995 dalam Melling et al., 2005. Produksi CO 2 oleh tanah adalah suatu proses yang dapat dipertukarkan yang disebut sebagai fluks CO 2 tanah atau respirasi tanah. Fluks CO 2 tanah bervariasi menurut ekosistem, waktu, kualitas dan kuantitas C-organik, faktor lingkungan 9 terutama suhu dan kelembaban. Analisis kadar air, kadar abu, kandungan bahan organik berkaitan dengan besarnya fluks CO 2 dari lahan gambut, karena intensitas proses-proses biologi seperti absorpsi oksigen dan emisi CO 2 dalam tanah sama halnya seperti proses-proses fisik pertukaran gas dari dalam tanah ke atmosfer Handayani, 2009. Simpanan karbon dalam gambut dapat keluar dari bumi ke atmosfer melalui dua cara yaitu : 1. Pembakaran dalam degradasi lahan gambut yang menghasilkan emisi gas CO 2 . 2. Drainase lahan gambut yang menyebabkan aerasi bahan gambut di samping oksidasi dekomposisi aerobik. Oksidasi bahan gambut yang umumnya mengandung 10 organ tanaman dan 90 air menghasilkan emisi gas CO 2 Hooijer et al., 2006. Kunci utama dari pengembangan pertanian di lahan gambut adalah pengendalian atau pengelolaan air Sarwani et al., 1994; Sumangat dan Rusdi 1979. Fungsi drainase adalah untuk membuang kelebihan air, menciptakan keadaan tidak jenuh untuk pernapasan akar tanaman, dan mencuci sebagian asam- asam organik. Tindakan utama yang perlu dilakukan yaitu mempertahankan tinggi muka air. Akan tetapi sebaliknya yang terjadi kebanyakan lahan gambut adalah terjadinya over drainage pengurasan air. Salah satu komponen penting dalam pengaturan tata air lahan gambut adalah bangunan pengendali berupa pintu air di setiap saluran. Pintu air berfungsi untuk mengatur muka air tanah supaya tidak terlalu dangkal dan tidak terlalu dalam Agus dan Subiksa, 2008. Drainase pada perkebunan kelapa sawit berfungsi untuk pertumbuhan akar tanaman dan sebagai akses jalan. Tingginya muka air akibat proses drainase berpengaruh terhadap keadaan oksidasi dan reduksi pada lahan gambut dan berakibat pada laju dekomposisi serta emisi gas CO 2 . Drainase pada lahan gambut menyebabkan penurunan muka air tanah sehingga mempercepat proses dekomposisi bahan organik pada tanah gambut. Dekomposisi bahan gambut dalam kondisi jenuh air berjalan sangat lambat, namun dengan adanya drainase, proses dekomposisi berjalan cepat Rinnan et al., 2003. Selain adanya proses dekomposisi bahan gambut, respirasi akar tanaman juga mempengaruhi produksi CO 2 dari dalam tanah. Sejumlah penelitian tentang tingkat emisi CO 2 10 hubungannya dengan kedalaman drainase yang dibutuhkan dalam pengelolaan untuk budidaya telah dilakukan, dari sejumlah penelitian yang menggunakan metode penangkapan gas dengan sungkup tertutup closed chamber Hooijer et al. 2006 membuat hubungan linear antara kedalaman drainase dengan emisi tahunan. Dari review sejumlah literatur dikemukakan bahwa untuk kedalaman drainase antara 30 sampai 120 cm, emisi akan meningkat setinggi 0,91 ton CO 2 ha -1 tahun -1 untuk setiap penambahan kedalaman drainase sedalam 1 cm.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Pengumpulan Data Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011. Data yang dikumpulkan berasal dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim IPB serta Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian 2011 di perkebunan kelapa sawit, Seruyan, Kalimantan Tengah.

3.2 Metode

Penelitian ini dilakukan dengan metode pengumpulan data hasil dari pengukuran analisis sifat kimia tanah gambut, pengukuran kedalaman muka air tanah dan pengukuran fluks CO 2 , dengan metode pengukuran sebagai berikut.

a. Analisis Sifat Tanah Gambut

Analisis sifat tanah yang dilakukan di lapang berupa penetapan tingkat kematangan bahan organik pada tanah gambut dengan mengambil segenggam bahan organik kemudian diremas dengan telapak tangan. Selanjutnya dilihat sisa remasan yang tertinggal pada telapak tangan dan dikelompokkan berdasarkan kriteria berikut Sabiham, 2006: 1 Fibrik, yaitu apabila segenggam bahan organik diremas sehingga menghasilkan kurang dari 13 bagian bahan teremas keluar, atau sisa remasan lebih dari 23 bagian. 2 Hemik, yaitu apabila antara 13-23 bagian dari bahan yang teremas keluar. 3 Saprik, yaitu apabila yang teremas lebih dari 23 bagian bahan keluar, atau sisa remasan kurang dari 13 bagian. Bahan tanah gambut pada perkebunan kelapa sawit yang diamati, diambil contoh tanahnya pada kedalaman 10-20 cm, kemudian dibersihkan dari akar tanaman dan bahan kasar. Bahan tanah tersebut digunakan untuk analisis sifat kimia tanah meliputi pH, C-organik, N-total, P-total, K-total, dan kadar abu. Metode yang akan digunakan untuk penetapan analisis tanah tersebut tertera pada Tabel 1.