5. Pendapatan
Perbedaan sektor pekerjaan para pemukim memungkinkan untuk menemukan tingkat perbedaan pendapatan. Menurut Hutomo 2000 masyarakat
yang masuk ke dalam kategori miskin hanya memiliki dua sumber pendapatan, melalui upahgaji atau surplus usaha informal, lebih lanjut pembahasan tersebut
karena masyarakat jenis ini dianggap memiliki kemampuan yang terbatas. Hal tersebut menjelaskan alasan pemilihan lokasi bermukim di bantaran karena
pendatang yang menjadi pemukim di bantaran tidak memiliki pilihan lain dengan tingkat pendapatan yang tidak mencukupi. Perbedaan tingkat pendapatan tersebut
hanya berdampak pada tercukupinya sumber daya guna memperbaiki atau membuat hunian. Dengan begitu komponen ini dapat menjelaskan bagaiman
pendapatan yang dimiliki dapat mempengaruhi kondisi bangunan maupun pemilihan lokasi pemukiman.
6. Aset Total
Perekonomian di pedesaan memiliki struktur yang tertata jelas, dimulai dari kegiatan pertanian yang menghasilkan keuntungan berupa panen, kemudian
penjualan produk kepada konsumen. Tetapi pada saat perkembangan ekonomi perkotaan yang cenderung sentralistik, fungsi pedesaan menjadi termarjinalkan
hanya sekedar pemenuhan pangan bagi warga perkotaan hal ini yang menyebabkan keuntungan bagi warga pedesaan menjadi berkurang secara
signifikan. Kondisi ini yang membuat mereka terjebak pada hutang dan kehilangan sumber daya. Evers dan Korff 2002 mengungkapkan penelitian
tentang desa di Malaysia yang menjadi kekurangan dalam kepemilikan aset-nya sendiri karena sistem ekonomi perkotaan yang membuat aktivitas pasar menjadi
meningkat dan komersialisasi di bidang pertanian yang menjadi terpusat di perkotaan. Kondisi di Malaysia tidak berbeda jauh dengan yang terjadi pada
pendatang di bantaran sungai, kepemilikan mereka pada sumber daya menjadi berkurang karena aktivitas ekonomi mereka hanya berkisar pada produksi
subsisten yang dikonsumsi sendiri, sementara itu untuk memenuhi kebutuhan lainnya sulit untuk di akses. Oleh karena itu, aset total dari pemukim diketahui
melalui adanya sumber daya yang dimiliki oleh mereka selama bermukim di bantaran.
7 . Jarak Daerah Asal Dengan Hunian
Pendatang di bantaran sungai memiliki latar belakang yang beragam, dan berakibat pada perbedaan perilaku individu pada bantaran. Pembagian pemukim
atau individu yang berinteraksi pada bantaran sungai dapat dikategorikan sebagai berikut. 1 Pemukim asli Jakarta yang lahir dan hidup di Jakarta. 2Pendatang
dari kota diluar Jakarta yang bermukim di Bantaran sungai 3 Pendatang yang bekerja yang berhubungan atau berinteraksi dengan bantaran sungai. Pembagian
tersebut dilakukan untuk mengetahui kategori pemukim dengan latar belakang yang berbeda. Pembagian melalui kondisi sosial ekonomi akan sulit dilakukan
karena tidak semua penduduk yang menjadi pemukim di bantaran sungai berada dalam kondisi ekonomi yang buruk. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya,
pemukiman yang layak huni di Jakarta selatan terutama disepanjang DAS pesanggrahan dan juga Sunter dan Ciliwung yang ditempati oleh pabrik.
Pembagian tersebut dilakukan dengan merujuk pada kondisi lahan di bantaran. Menurut Nold 2003 faktor utama dari bermukim adalah kebudayaan dan hal
itu terkait dengan sejarah yang menjadi identitas bagi keberadaan budaya tersebut. Oleh karena itu pada perencanaan pembangunan hunian budaya memiliki
pengaruh pada pemukim yang dibawa dari daerah asalnya. Konteks budaya pada pemukim terbagi menjadi dua bagian. Yang pertama penyesuaian seseorang pada
suatu daerah yang menjadi tempat tinggalnya, yang dianggap sebagai upaya adaptasi para pemukim ditempat yang baru dan hal tersebut diperlihatkan melalui
penyesuaian bangunan tempat tinggal yang membaur dengan keadaan sekitarnya seperti lingkungan dan keadaan sosial tempatnya bermukim. Sedangkan pada
bagian yang kedua kebudayaan akan tetap dipertahankan oleh seorang pemukim meski berbeda ditempat yang baru didatanginya. Hal tersebut dapat dijelaskan
melalui teori Maslow dalam Booroe 2006 sebagai upaya aktualisasi diri agar dapat dikenali oleh masyarakat. Melalui faktor kebudayaan perilaku bermukim
dapat diketahui melalui kebiasaan dan ritual yang dimiliki dalam kebudayaan
tersebut, dengan begitu aspek kebudayaan memiliki pengaruh pada perilaku bermukim di bantaran.
8. Masa Bermukim