Motivasi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemukim di Bantaran Sungai Ciliwung di DKI Jakarta

secara psikologis yang diaplikasikan melalui kesadaran pada tanggung jawab. Hurlock 1980 mengungkapkan jika masa kanak-kanak dan remaja merupakan fase pertumbuhan maka masa dewasa erat kaitannya dengan tanggung jawab. Hal ini berhubungan dengan keputusan yang harus diambil sehubungan dengan kehidupannya. Keputusan yang dibuat oleh pemukim tidak sepenuhnya dibuat berdasarkan keputusan dari diri sendiri, hal tersebut merupakan dampak dari kematangan wawasan yang merupakan pengaruh dari informasi yang terpapar pada individu. Proses pengambilan keputusan tersebut secara spesifik mengungkapkan kematangan intelektual yang berdampak pada daya analisis seseorang. Informasi dari masyarakat pendatang mengenai tanggung jawab yang harus diambil alih ketika seseorang berada di fase dewasa, ditambah dengan contoh adanya keberhasilan dan perubahan yang dialami ketika seseorang berpindah dari desa ke kota. Fakta tersebut yang membuat adanya kesinambungan antara umur pada karakteristik pemukim. Lebih jauh lagi diungkapkan Brim 1966 proses tersosialisasinya seseorang di usia tertentu juga karena adanya interaksi dari lingkungan sekitar dan etika maupun kepercayaan yang berlaku di suatu sistem sosial, pada saat itu seseorang diharapkan dapat berubah mengikuti hal tersebut, karena lingkungan sosial mengharapkan adanya peranan yang dipenuhi oleh seseorang ketika berada pada usia tertentu. Karena hal tersebut pemukim yang merupakan pendatang pada umumnya berada pada fase usia remaja dan dewasa. Tanggung jawab yang dibebankan oleh lingkungan maupun keluarga pemukim memiliki pengaruh pada kedatangan mereka untuk bermukim di bantaran sungai.

2. Motivasi

Motivasi diartikan oleh Johannson dan Page dalam Crawford 2005 sebagai sebuah proses-proses atau faktor yang bisa menyebabkan orang lain bertindak atau berperilaku dengan cara tertentu. Sedangkan Maslow dalam Boeree 2006 mengungkapkan bahwa motivasi seseorang memiliki tingkatan yang saling menutupi satu dengan lainnya. Kondisi tersebut memiliki prinsip yaitu homeostatis, prinsip ini yang membuat seseorang dapat dengan sendirinya membuat prioritas dalam kebutuhannya yang dikatakan sebagai instictold kebutuhan yang mirip insting melalui prinsip tersebut kedatangan pemukim untuk berpindah tempat tinggal karena kondisi yang tidak menguntungkan dan membuat mereka melakukan usaha untuk survive. Kondisi tersebut kemudian menimbulkan efek berantai pada pemukim melalui adanya kebutuhan-kebutuhan lain seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan. Upaya pemukim untuk mendirikan bangunan erat kaitannya dengan motivasi pemukim untuk bertahan di Jakarta. Hal tersebut karena pada umumnya seorang pendatang yang ingin bermukim di kota telah menjual atau kehilangan seluruh asset yang dimiliki di desa menurut Abrams 1964 kebutuhan seseorang atau sebuah keluarga pada tempat tinggal, karena adanya persaingan manusia dengan manusia lainnya. Munculnya sifat manusia untuk dapat mempertahankan hidupnya karena desakan sumber daya alam yang sudah tidak dapat lagi mencukupi diri dan keluarganya. Semakin banyaknya lahan-lahan pertanian dipedesaan yang tidak lagi menghasilkan sesuatu untuk dimakan serta gambaran tentang kehidupan yang lebih baik yang lebih baik di perkotaan membuat pendatang pindah dan bermukim di kota. Kondisi tersebut yang memaksa pemukim untuk dapat bertahan hidup dengan sumber daya seadanya yang dibawa ke kota, bahkan tidak jarang para pendatang yang harus meminjam aset pada sanak saudaranya guna memenuhi kebutuhan bermukim di Jakarta. Melalui proses tersebut motivasi pemukim menjadi besar artinya, modal besar yang telah dikeluarkan serta motivasi untuk dihargai kerabat menjadi pemicu perilaku bermukim di bantaran sungai. Menurut Robbins 2007 suatu energi dari dalam diri dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dari motivasi seseorang dan peluang yang tersedia. Diantaranya faktor yang dapat memotivasi seseorang adalah: 1 Kebutuhan akan prestasi yang merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat seseorang. Karena itu kebutuhan akan prestasi mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengerahkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi yang maksimal. 2 Kebutuhan akan afiliasi menjadi daya penggerak yang memotivasi semangat seseorang. Hal ini termasuk, kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan tempat tinggalnya. Kebutuhan rasa dihormati, kebutuhan untuk maju dan tidak gagal dan kebutuhan untuk ikut berpartisipasi. 3 Kebutuhan akan kekuasaan, merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat seseorang. Hal ini memotivasi seseorang demi mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik. Perilaku bermukim juga merupakan dampak dari motivasi pemukim sebelumnya untuk bertempat tinggal dan bertahan di DKI Jakarta. Keragaman motif dari pemukim jika dikaitkan dengan teori Wood Worth dalam Ahmadi 2007 adalah: emergency motive yang membutuhkan tindakan segera karena tuntutan keadaan. Seperti halnya kebutuhan pemukim untuk mendapatkan rumah, pakaian, makanan dan pekerjaan guna bertahan hidup. Sedangkan yang selanjutnya adalah: objective motive: yang merupakan hubungan dari lingkungan berupa individu maupun benda. Dalam hal ini contoh motivasi pemukim ialah penghargaan dari kerabat pemukim di daerah asal. Karena dampak dari motivasi tersebut juga memotivasi calon pemukim lain untuk berada di Jakarta.

3. Pendidikan Formal