oleh orang lain di lingkungan tempat tinggalnya. Kebutuhan rasa dihormati, kebutuhan untuk maju dan tidak gagal dan kebutuhan untuk
ikut berpartisipasi. 3 Kebutuhan akan kekuasaan, merupakan daya penggerak yang memotivasi
semangat seseorang. Hal ini memotivasi seseorang demi mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik.
Perilaku bermukim juga merupakan dampak dari motivasi pemukim sebelumnya untuk bertempat tinggal dan bertahan di DKI Jakarta. Keragaman
motif dari pemukim jika dikaitkan dengan teori Wood Worth dalam Ahmadi 2007 adalah: emergency motive yang membutuhkan tindakan segera karena
tuntutan keadaan. Seperti halnya kebutuhan pemukim untuk mendapatkan rumah, pakaian, makanan dan pekerjaan guna bertahan hidup. Sedangkan yang
selanjutnya adalah: objective motive: yang merupakan hubungan dari lingkungan berupa individu maupun benda. Dalam hal ini contoh motivasi pemukim ialah
penghargaan dari kerabat pemukim di daerah asal. Karena dampak dari motivasi tersebut juga memotivasi calon pemukim lain untuk berada di Jakarta.
3. Pendidikan Formal
Pendidikan formal menurut Coombs dalam Teddy 2009 ialah. is the highly institutionalized, chronologically graded and hierarchically structured
education system, spanning lower primary school and the upper reaches of the university. Jadi dalam hal ini dijelaskan bahwa pendidikan formal merupakan
pendidikan yang memiliki bentuk organisasi tertentu seperti sekolah dasar sampai dengan universitas, sehingga terlihat adanya penjenjangan, program pembelajaran,
jangka waktu proses belajar dan bagaimana perkembangan siswa pada jenjang pendidikan yang diberikan selama waktu tertentu. Melalui pemaparan tersebut
seharusnya dapat dipastikan bahwa tingkat pendidikan formal pemukim memiliki gradasi yang jelas dalam sikap maupun perilaku bermukim di bantaran. Seseorang
yang berpendidikan tinggi, mungkin tidak menyukai bertempat tinggal di bantaran sungai yang kotor dan rawan bencana. Dengan begitu diasumsikan jika seseorang
yang berpendidikan tinggi akan berusaha menjauhi bermukim di bantaran sungai karena rawan bencana dan lingkungan yang tidak sehat.
Pendidikan juga memiliki pengaruh pada daya analisa seseorang pada lingkungan bermukim, misalnya saja pada upaya manusia dalam menganalisa
karakter rumah melalui ilmu feng-shui yang berarti angin dan air. Menurut Frick dan Suskiyanto 2007 ilmu ini merupakan kreasi dari manusia dalam
menciptakan pola letak tanah dan mencerminkan sikap pemukim pada lingkungan. Dengan begitu faktor pendidikan formal seseorang berpengaruh pada
daya cipta, karya, dan karsa-nya pada pemukiman yang ditempatinya. Lebih jauh menurut Frick dan Suskiyanto 2007 pendidikan mengajarkan kepada seseorang
mengenai apa yang terjadi jika batasan dalam alam atau lingkungan telah dilewati. Terlampauinya batasan lingkungan oleh pemukim karena pemukim tidak
memiliki sikap maupun pengetahuan yang mencukupi mengenai bantaran sungai, dan hal tersebut karena minimnya pendidikan yang didapat oleh pemukim.
4. Pekerjaan