perilaku bermukim kembali yang diantaranya adalah: faktor ekonomi yang terkait dengan tempat yang dihuni yang kemudian menyebabkan timbulnya perilaku
bermukim kembali. Oleh karena itu, pendekatan dalam program yang dikembangkan akhirnya dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi
faktor-faktor yang terkait dengan keberhasilan dari relokasi pemukim. Adapun faktor yang termasuk di dalamnya adalah: 1 partisipasi dari pemukim 2
kompensasi yang sesuai pada tanah yang akan dibebaskan 3 lokasi yang sesuai 4 fasilitas terpenuhi 5 kepastian dalam mendapatkan pekerjaan atau tidak
mengganggu keberlangsungan dari pendapatan. Kelima faktor tersebut nantinya dapat mengarah pada sikap pemukim mengenai tempat yang akan dituju nantinya,
apakah tempat tersebut memenuhi kriteria dengan yang diinginkan pemukim.
10. Jumlah Pemukim Dalam Satu Rumah
Pemukim di bantaran sungai umumnya merupakan pendatang dan tinggal bersama, hal ini bisa beranggotakan keluarga yang tinggal bersama, atau kerabat
yang menyewa bangunan bersama. Jumlah pemukim dalam bangunan memperlihatkan aktivitas yang berbeda satu sama lainnya. Abrams 1966
mengungkapkan tentang karakter jumlah pemukim didalam suatu bangunan sebagai berikut. Mereka membuat partisi yang membagi sejumlah aktivitas
kedalam beberapa ruangan yang digunakan sesuai dengan fungsinya. Akan tetapi hal tersebut tentu saja akan mengubah jarak psikis dan rentan pada konflik. Hal ini
sulit untuk dihindari karena perbedaan kondisi seseorang akan mewakili tingkah lakunya setelah kembali kedalam rumah, yang seharusnya menjadi tempat untuk
beristirahat dan berkontemplasi.
11. Persepsi Pemukim Tentang Bermukim Di Bantaran Sungai
Persepsi didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan menggorganisasikan data-data indera kita untuk dikembangkan sedemikian rupa
sehingga kita dapat menyadari keadaan disekeliling kita, dan juga termasuk menyadari keberadaan akan diri kita sendiri. Definisi lain menyebutkan bahwa
persepsi adalah: kemampuan membedakan, mengelompokan memfokuskan perhatian pada suatu objek rangsang. Proses pengelompokan dan membedakan ini
persepsi melibatkan proses intepretasi berdasarkan pengalaman pada suatu objek. Sears et al,1985.
Persepsi individu untuk bermukim di bantaran sungai karena para individu hanya mampu menafsirkan bahwa bantaran maupun sungai berada didalam
kondisi optimal, terutama dengan arus sungai yang besar dianggap dapat membersihkan sampah maupun limbah yang dibuang kedalam sungai, dan kondisi
dari bantaran yang tetap dalam kondisi baik. Walaupun ketika bencana, seperti banjir dan tanah longsor pada bantaran, pemukim bantaran sungai hanya
menganggap tanah dari bantaran sudah tidak mampu lagi menahan beban sehingga para pemukim dapat mencari wilayah lain dari bantaran sungai yang
berbeda. Karena persepsi lebih bersifat psikologis daripada proses penginderaan saja, maka
ada beberapa faktor yang mempengaruhi a. Persepsi yang selektif: dalam kehidupan setiap manusia setiap saat
menerima banyak sekali rangsangan dari lingkungan, tetapi setiap orang tidak harus menanggapi semua rangsangan, hanya harus memusatkan
perhatian pada rangsangan tertentu saja. Dengan demikian objek atau gejala lain tidak akan menjadi prioritas sebagai objek pengamatan.
b. Ciri-ciri rangsang: rangsangan yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar
diantara yang kecil: yang kontras dengan latar belakangnya dan intensitas rangsangan yang paling kuat.
c. Nilai dan kebutuhan individu: cita rasa dan pengamatan yang berbeda pada objek yang sama.
d. Pengalaman dahulu: pengalaman terdahulu yang mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan dunianya. Shaleh dan Wahab
2004 Faktor yang mempengaruhi persepsi dari bermukim di bantaran sungai
diantaranya kondisi pemukiman di Jakarta yang tidak memungkinkan untuk menambah pemukiman lagi, terkecuali di daerah yang dikosongkan menjadi
daerah konservasi. Melalui hal tersebut para pemukim hanya terfokus pada ketersediaan tempat tinggal ketika tiba di Jakarta, hal ini masuk kedalam kategori
persepsi yang selektif, yaitu kondisi dimana seorang individu dan keluarganya yang membutuhkan tempat tinggal dan tidak memperhatikan aspek lain, seperti
kebersihan dan keamanan. Faktor lain yang sesuai dengan kondisi persepsi dari bermukim dibantaran
sungai adalah: faktor pengalaman yang melatar belakangi sesorang
mempersepsikan bantaran sungai. Sebagai contoh karena tidak padatnya penduduk dan perbedaan regulasi disuatu daerah di daerah. Bermukim bantaran
sungai tidak menjadi permasalahan, akan tetapi berbeda ketika individu yang memiliki pengalaman tersebut berada di Jakarta untuk bermukim di bantaran
sungai. Mereka mulai memperlakukan bantaran dan sungai berdasarkan pengalaman di daerah asalnya, hal ini akan berdampak pada rusaknya bantaran
sungai dan juga memberikan kesempatan maupun contoh pada pemukim lain untuk melakukan hal yang sama.
12. Sikap Pemukim Tentang Bermukim Di Bantaran Sungai