Masa Bermukim Perilaku Bermukim Kembali

tersebut, dengan begitu aspek kebudayaan memiliki pengaruh pada perilaku bermukim di bantaran.

8. Masa Bermukim

Perilaku bermukim di bantaran sungai bukanlah fenomena baru bagi kasus sosial perkotaan, hanya saja merupakan kegagalan pemerintah dalam memindahkan para pemukim di bantaran sungai. Bolay 2006 mengatakan tentang kesulitan dalam menertibkan pemukim akibat masa bermukim, mereka yang sudah lama hal ini juga yang membuat mereka memahami kondisi yang sebenarnya kesulitan dalam meng akses pelayanan dan infrastruktur publik yang dijanjikan oleh pemerintah. Alasan kuat para pemukim diantaranya ialah, tempat yang disediakan, pada pemukim juga belum seluruhnya siap. Contohnya dapat dilihat pada kasus rumah susun yang disediakan oleh pemerintah bagi pemukim di bantaran sungai. Berbagai macam keluhan yang dilaporkan pemukim yang akan direlokasi adalah sebagai berikut: Jangka waktu dari hunian di rumah susun yang akan di batasi menjadi beberapa tahun saja, rumah susun tersebut di satu kamarnya akan terdiri dari dua sampai tiga keluarga, luas dari satu bangunan yang akan ditempati di rumah susun nantinya hanya seluas kurang dari 36 m 2 Kompas 2009. Hal tersebut yang menjadikan sulitnya untuk menertibkan pemukim di bantaran. Selain karena fasilitas pemukiman yang tidak memadai penyebab lain adalah: tidak cukupnya biaya kompensasi guna memiliki hunian baru.

9. Perilaku Bermukim Kembali

Penelitian mengenai perilaku bermukim kembali resettlement behavior diungkapkan oleh Viratkapan dan Perera 2006 tentang pentingnya upaya negosiasi pemerintah yang diterapkan dalam negosiasi dari nilai kompensasi kepindahan pemukim. Meskipun pada kasus pemukiman kumuh, banyak dari para pemukim yang tidak memiliki izin dalam mendirikan bangunan Sengupta dan Sharma 2009. Akan tetapi karena waktu tinggal mereka yang sudah menahun maka upaya-upaya dalam merelokasi dan mencegah munculnya perilaku bermukim kembali harus dilakukan secara tepat. Penelitian yang dikembangkan pada studi kasus di bantaran sungai Bangkok ini di identifikasi penyebab dari perilaku bermukim kembali yang diantaranya adalah: faktor ekonomi yang terkait dengan tempat yang dihuni yang kemudian menyebabkan timbulnya perilaku bermukim kembali. Oleh karena itu, pendekatan dalam program yang dikembangkan akhirnya dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait dengan keberhasilan dari relokasi pemukim. Adapun faktor yang termasuk di dalamnya adalah: 1 partisipasi dari pemukim 2 kompensasi yang sesuai pada tanah yang akan dibebaskan 3 lokasi yang sesuai 4 fasilitas terpenuhi 5 kepastian dalam mendapatkan pekerjaan atau tidak mengganggu keberlangsungan dari pendapatan. Kelima faktor tersebut nantinya dapat mengarah pada sikap pemukim mengenai tempat yang akan dituju nantinya, apakah tempat tersebut memenuhi kriteria dengan yang diinginkan pemukim.

10. Jumlah Pemukim Dalam Satu Rumah