Pendidikan juga memiliki pengaruh pada daya analisa seseorang pada lingkungan bermukim, misalnya saja pada upaya manusia dalam menganalisa
karakter rumah melalui ilmu feng-shui yang berarti angin dan air. Menurut Frick dan Suskiyanto 2007 ilmu ini merupakan kreasi dari manusia dalam
menciptakan pola letak tanah dan mencerminkan sikap pemukim pada lingkungan. Dengan begitu faktor pendidikan formal seseorang berpengaruh pada
daya cipta, karya, dan karsa-nya pada pemukiman yang ditempatinya. Lebih jauh menurut Frick dan Suskiyanto 2007 pendidikan mengajarkan kepada seseorang
mengenai apa yang terjadi jika batasan dalam alam atau lingkungan telah dilewati. Terlampauinya batasan lingkungan oleh pemukim karena pemukim tidak
memiliki sikap maupun pengetahuan yang mencukupi mengenai bantaran sungai, dan hal tersebut karena minimnya pendidikan yang didapat oleh pemukim.
4. Pekerjaan
Pekerjaan di lingkungan perkotaan pada umumnya memiliki dua kategori yaitu, formal dan informal. Kedua sektor tersebut memiliki pengaruh tersendiri
dalam perilaku bermukim. Misalnya saja pada aspek waktu yang harus dicurahkan untuk pekerjaan tersebut guna mendapatkan penghasilan yang diinginkan.
Perbedaan karakter pekerjaan pemukim dengan tempat tinggalnya diwilayah perkotaan turut mempengaruhi pemilihan pekerjaan pada pemukim. Pada
umumnya pemukiman di bantaran sungai memiliki kegiatan usaha informal seperti warung, hal ini yang dikatakan oleh Budiharjo 2006 sebagai usaha emper
depan atau front-porch business sebagai pilihan pekerjaan yang biasa dilakukan di daerah asal mereka, kegiatan seperti perdagangan dan bercocok tanam serta
pertukangan merupakan profesi yang umum dilakukan oleh pendatang. Pekerjaan pemukim di sektor formal umumnya sebagai buruh kasar dari
pekerjaan konstruksi maupun buruh di pabrik. Program yang berorientasi pada pembangunan merupakan upaya pemerintah dalam menyerap tenaga kerja yang
menganggur. Akan tetapi pendapatan yang mereka terima tidak dapat mencukupi untuk kebutuhan tempat tinggal, sehingga banyak dari buruh yang menjadi
pemukim di bantaran sungai.
5. Pendapatan
Perbedaan sektor pekerjaan para pemukim memungkinkan untuk menemukan tingkat perbedaan pendapatan. Menurut Hutomo 2000 masyarakat
yang masuk ke dalam kategori miskin hanya memiliki dua sumber pendapatan, melalui upahgaji atau surplus usaha informal, lebih lanjut pembahasan tersebut
karena masyarakat jenis ini dianggap memiliki kemampuan yang terbatas. Hal tersebut menjelaskan alasan pemilihan lokasi bermukim di bantaran karena
pendatang yang menjadi pemukim di bantaran tidak memiliki pilihan lain dengan tingkat pendapatan yang tidak mencukupi. Perbedaan tingkat pendapatan tersebut
hanya berdampak pada tercukupinya sumber daya guna memperbaiki atau membuat hunian. Dengan begitu komponen ini dapat menjelaskan bagaiman
pendapatan yang dimiliki dapat mempengaruhi kondisi bangunan maupun pemilihan lokasi pemukiman.
6. Aset Total