KEPERCAYAAN Hubungan Modal Sosial Dan Partisipasi Kepengurusan Dengan Taraf Hidup Anggota Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (Kasus Petani Penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Di Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Ka
Modal Sosial Program PUAP di Desa Ngetuk
Pengelolaan PUAP di Desa Ngetuk dapat berkembang salah satu faktornya dikarenakan masyarakatnya memiliki modal sosial yang tinggi baik diantara
pengurus gapoktan, penerima program, penyuluh, dan pihak-pihak lain yang membantu perkembangan PUAP. Jika dilihat dari segi setiap indikator
kepercayaan, norma, dan jaringan sosial penerima program tergolong tinggi. Kepercayaan pengelolaan PUAP di Desa Ngetuk yang tergolong tinggi ini dilihat
dari bentuk kepercayaan penerima program terhadap pengurus bahwa pengurus mampu mengelola program dengan baik dan mampu mengatasi masalah dengan
sampai selesai. Contohnya seperti ketika hilangnya dana yang disebabkan seseorang manager korupsi dan bendahara yang pencatatannya buruk serta tidak
mau mengelola uang tersebut dapat segera diatasi bersama dan diganti dengan pengurus baru yang lebih kompeten sehingga dapat berjalan kembali. Selain itu dari
pengurus sendiri juga percaya bahwa perilaku anggota tani Desa Ngetuk ini cenderung baik sehingga pengurus bersedia melonggarkan peraturan menjadi lebih
mudah dan tidak ribet atas dasar rasa saling percaya.
Bentuk kepercayaan tersebut berdampak pada penerapan norma dalam mengelola simpan pinjam PUAP. Proses peminjaman PUAP sebenarnya sudah
tertulis lengkap di AD ART dan bersifat lebih ketat. Namun dalam pelaksanaan lebih longgar atas dasar rasa saling percaya dan saling menghormati sesama
masyarakat. Hal tersebut ditunjukan dengan proses peminjaman anggota yang seharusnya menggunakan barang jaminan, namun karena banyak yang megeluh
terlalu sulit dan ketat akhirnya diputuskan untuk barang jaminan diganti surat persetujuan dari ketua poktan seperti yang dijelaskan TM 64 Tahun yang
mengatakan bahwa bantuan hutang terbatas, tidak pakai agunan mas. Sampai 2 juta tu ndak pakai agunan. Karena saya percaya orang ngetuk tu banyak yang
mengembalikan. Banyak yang mengembalikan daripada yang menggelapkan. Saya percaya saja. Selain itu sistem denda tidak diberlakukan atau tidak dijalankan
karena kepercaan dan kepatuhan penerima, seperti penuturan SKT 46 Tahun yang mengatakan bahwa di aturan PUAP itu ada denda tapi sampai selama ini gak
dijalankan, karena apa karena akhirnya juga dia baik sendiri. Dulu katanya pak kalau ngagsurnya telat saya tu didenda, tapi selama ini dendanya di administrasi
ndak ada. Ya Cuma istilahe kita bikin aturan tapi ya namanya orang ya mas ya.
Kemudian ketika anggota ingin mengangsur tetapi tidak bisa tanggal 14 di balai desa sesuai jadwal yang ditetapkan, maka penerima diberi keringanan boleh
mengangsur di rumah pengurus gapoktan kapan pun. Ini dikarenakan agar penerima dapat menjaga uang tersebut agar tidak terpakai keperluan lain dan tidak jadi
mengangsur. Perlakuan tersebut membuat masyarakat sangat antusias terhadap program karena pinjaman sangat mudah dan jasanya ringan sehingga banyak yang
mengantri pinjaman. Masyarakat juga mau mengikuti aturan simpan pinjam agar dipercaya terus oleh gapoktan dan pinjaman selajutnya lancar. Dari segi pengurus
gapoktan, mereka rela terus memperbaiki kinerjanya dan memberi pelayanan terbaik meskipun mereka hanya mendapat upah uang makan sebesar 25000
perbulan. Hal ini didasari norma tolong menolong dan saling menghargai yang tinggi di masyarakat desa Ngetuk. Pak TM 64 Tahun menjelaskan contoh
tenggang rasa masyarakat yaitu, orang-orang jawa itu tepo seliro atau tenggang rasa. Tenggang rasanya contohnya seperti ini, kalau telat sitik ya ndak apa-apa,
ndak langsung didenda ndak terus kaku ndak gitu. Ada aturannya bermasyarakat jadi saling mengerti saja.
Jaringan sosial anatara pengurus, penerima, dan pihak terkait juga tinggi dibuktikan dengan kedekatan antar individu yang cenderung sangat kenal hingga
tingkat keakraban. Atas dasar rasa saling kenal ini penerima program menjadi hormat terhadap pengurus dan sebalikanya sehingga tercipta ketaatan aturan PUAP
dari penerima program meskipun sangsinya tidak mengikat. Contohnya seperti sebagian besar masyarakat yang mengembaikan uang tepat waktu, dan ketika ada
yang menunggak pengurus cukup datang ke rumah penunggak untuk mengingatkan dan memberi surat makan penunggak sudah merasa malu dan berusaha untuk
melunasi tunggakan seperti penuturan responden SHT 35 Tahun bahwa masyarakat tidak enak kalau tidak patuh, jadi itu sudah termasuk sangsi. Malu
kalau diberi surat jadi langsung diperbaiki. Semisal nunggak angsuran jika ditegur ya besoknya langsung dibayarkan.
Partisipasi Program PUAP di Desa Ngetuk
Partisipasi pada Program PUAP di Desa Ngetuk antara pengurus, penerima program, penyuluh pendamping, dan penyelia mitra tani mengalami banyak
perbedaan. Pada awalnya program PUAP ini dibentuk dengan diawali RUK, RUA, dan RUB baru dana dari Kementerian dapat dicairkan, sebagian besar partisipasi
tersebut didominasi oleh pengurus gapoktan yang ingin menjalankan program PUAP di desa mereka. Penyuluh dan penyelia mitra tani bersifa membantu
penyusunan laporan agar sesuai dengan syarat-syarat pencairan. Peran anggota dlam proses penyusunan ini berada pada RUA di setiap poktan untuk
mengumpulkan macam-macam usaha yang ingin dikembangkan anggota tani. Setelah dana dicairkan peran setiap pihak mengalami perbedaan.
Pada tahap perencanaan partisipasi pengurus dalam program ini menempati posisi paling aktif dibanding yang lain. Penguruslah yang mengadakan rapat dan
hadir dalam rapat perencanaan tersebut selain penyuluh dan pemerintah desa. Pertemuan perencanaan setiap tanggal 14 di sekretariat gapoktan bersamaan dengan
waktu bagi penerima program untuk mengangsur. Dalam rapat tersebut mereka membahas keberlanjutan pengelolaan dana serta mengatasi masalah-masalah
seperti mendata penunggak dan memberi surat. Penerima program kurang dilibatkan dalam rapat perencanaan ini. Penyuluh lapang dan pemerintah desa
beberapa kali hadir, penyuluh membimbing berjalannya program dan ketika ada masalah bisa membantu, sementara peran perangkat desa dalam program ini yaitu
memfasilitas memberi surat kepada penunggak dan memberi ancaman berupa pemberhentian pelayanan desa kepada penunggak ketika penunggak tersebut sudah
sangat tidak patuh.
Selanjutnya pada tahap implementasi, pelaksanaan tersebut sudah sesuai dengan rapat perencanaan yang dilakukan. Peran pengurus adalah mengelola dana
PUAP dan mengatasi jika ada kendala. Sementara peran penerima program lebih kepada meminjam modal untuk mengelola usaha tani pribadi agar dapat
berkembang. Pada tahap ini peran penyuluh lapang kecil karena penyuluh lapang dan PMT selama setahun terakhir tidak pernah melakukan pelatihan kepada
penerima maupun pengurus. Sementara pelatihan yang ada hanya pada tingkat luar desa seperti prima tani hanya mengundang beberapa anggota aktif poktan dan