Pengkajian Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat Penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Di Desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

(1)

PENGKAJIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PENERIMA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN ( PUAP )

DI DESA DURIAN LINGGA KECAMATAN SEI BINGEI KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

OLEH

RANI YUSTIKA SILALAHI

060309022

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2 0 1 0


(2)

ABSTRAK

RANI YUSTIKA SILALAHI (060309022) dengan judul skripsi “PENGKAJIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PENERIMA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) DI DESA DURIAN LINGGA KECAMATAN SEI BINGEI KABUPATEN LANGKAT ” yang dilakukan pada tahun 2010. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauzia,MSi dan Bapak Ir.Yusak Maryunianta,MSi.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan Sosial Eknomi yang terjadi sesudah adanya Program PUAP. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2010 di Desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat. Penentuan daerah dilakukan secara purposive, yaitu daerah yang sudah pernah menjalankan program PUAP. Metode pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan metode proportional random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 Orang yang terdiri dari 6 Orang dari Kelompok Tani Mawar,Tani Jaya dan Mbuah Page, 5 Orang dari Kelompok Tani Murni, dan 4 Orang dari Kelompok Tani Sederhana dan Makmur.

Dari penelitian ini, diperolah kesimpulan :

1. Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) merupakan bantuan

modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran dan diberikan dengan terlebih dahulu menyelesaikan Rencana Usaha Brsama ( RUB ) dan diserahakan secara bertahap mulai dari Penyuluh Pendamping samapai Tingkat Pusat. Setelah memenuhi semua persyaratan, maka akan dikirim ke rekening Gapoktan sebesar Rp.100 juta dan dana tersebut dikelola oleh Gapoktan masing – masing.

2. Dana BLM PUAP merupakan dana bergulir artinya pemakaiannya dapat

dilakukan berulang – ulang, setelah dikembalikan kepada Gapoktan kemudian dapat dipinjam kembali dengan membuat proposal baru mengenai jenis usaha yang akan diusahakan.

3. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) dapat

memberikan peningkatan di bidang sosial terhadap Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat, Partisipasi Masyarakat, Kemandirian Masyarakat dan Dinamika Kelompok bagi masyarakat penerima program di desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat.

4. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) dapat

memberikan peningkatan di bidang ekonomi terhadap Total Pendapatan, Pengeluaran Usaha Tani, dan Penyerapan Tenaga Kerja bagi masyarakat penerima program di desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat.

5. Masalah harga yang tidak stabil ( berfluktuasi ) di Desa Durian Lingga

merupakan masalah lain yang harus diatasi agar dapat lebih meningkatkan produktivitas di Desa tersebut.


(3)

RIWAYAT HIDUP

RANI YUSTIKA SILALAHI, lahir pada tanggal 16 Mei 1988 di Sibolga, Sumatera Utara, anak kedua dari tiga bersaudara, dari Ayahanda Asbeth Silalahi dan Ibunda Sardelina Sinaga.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis : 1. SD Katolik Diski tamat tahun 2000

2. SLTP Negeri 1 Sunggal tamat tahun 2003

3. SMA Negeri 4 Medan tamat tahun 2006

4. Tahun 2006, diterima di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi

Pertanian Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur SPMB.

5. Tahun 2010, melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Batu Gun

Gun Kecamatan Gunung Sitember Kabupaten Dairi.

6. Melakukan Penelitian pada Bulan Oktober 2010 di Desa Durian Lingga

Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

Selama Perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi Putera/i Pecinta Alam dan Lingkungan ( PARINTAL ) dan Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian ( IMASEP ) Fakultas Pertanian,USU.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat – Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah : ” Pengkajian Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat Penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Desa Durian Lingga Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat ’’ yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Secara khusus penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam – dalamnya kepada Ayahanda Asbeth Silalahi dan Ibunda Sardelina Sinaga serta kedua saudara penulis : Rini Juwita Silalahi,SFarm dan Reynaldo Silalahi yang telah memberikan begitu banyak dukungan doa, nasehat dan semangat bagi penulis.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :Ibu Ir. Lily Fauzia,Msi dan Bapak Yusak Maryunianta,Msi selaku komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini juga kepada para Dosen serta Staff Pegawai di Depatemen Agribisnis. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Supriantono selaku PPL dan kepada seluruh Anggota Kelompok Tani Desa Durian Lingga yang membantu penulis selama melaksanakan penelitian. Teman – teman Mahasiswa SEP’06 khusunya ” Tycha Matondang, Vicha Debby, Ester Silaban, Friska Pardosi, Yenny Laura dan Pasty Mariana atas segala canda tawa yang kita


(5)

lewati dari mulai perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini. Rekan – rekan PARINTAL FP-USU khususnya Angkatan XVI : Nova, Eko, Apri, Babe, Juru, Irene dan Berti atas seminggu yang luar biasa, Lestarii...!!! serta sahabat – sahabat tersayang penulis khususnya : B’Nando, Febri, Ticha, Joan dan Lia atas motivasi dan dukungan yang diberikan.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak

Medan, Desember 2010


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ………. ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7

2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Landasan Teori ... 18

2.3 Kerangka Pemikiran ... 24

2.4 Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III. METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Metode Penentuan Daerah ... 28

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 28

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.4 Metode Analisis Data ... 29

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 32

3.5.1 Definisi ... 32

3.5.2 Batasan Operasional ... 33

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 34

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian... 34

4.2 Karakteristik Sampel ... 40

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

5.1 Dampak Sosial Sesudah Program PUAP………. 44

5.2 Dampak Ekonomi Sesudah Program PUAP ... 50


(7)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55 Kesimpulan ... 55 Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal.

1. Jumlah Anggota Kelompok Tani yang mengikuti Program PUAP………..28

2. Jumlah Kecamatan Kabupaten Langkat menurut luas dan rasio ...34 3. Tata Guna Lahan Daerah Penelitian Tahun 2009 ... 35 4. Karakteristik Penduduk Desa Durian Lingga berdasarkan jenis kelamin tahun 2009 ... 36 5. Keadaan Penduduk menurut tingkat Pendidikan tahun 2008 ... 37 6. Karakteristik Penduduk Desa Durian Lingga Menurut Mata Pencaharian .38 7. Sarana dan Prasarana Desa Durian Lingga ...39

8. Karakteristik Petani Sampel di Desa Durian Lingga ………..40

9. Penyaluran Dana BLM PUAP ... 42 10.Hasil Uji Metode Wilcoxon terhadap dampak sosial masyarakat penerima

Program PUAP (dalam rataan) ...45 11.Hasil Uji beda dua rata-rata Sampel Berpasangan (T-test Berpasangan)

terhadap dampak ekonomi masyarakat penerima program PUAP (dalam rataan) ... 51


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal.

1. Masyarakat dalam Kelompok Tani penerima Program PUAP ... ....57

2. Perubahan Dampak Sosial masyarakat penerima program PUAP ...58

3. Hasil Interpretasi Metode Uji Wilcoxon terhadap Adopsi Teknologi ...59

4. Hasil Interpretasi Metode Uji Wilcoxon terhadap Keterampilan Masyarakat ..60

5. Hasil Interpretasi Metode Uji Wilcoxon terhadap Partisipasi Masyarakat...61

6. Hasil Interpretasi Metode Uji Wilcoxon terhadap Kemandirian Masyarakat....62

7. Hasil Interpretasi Metode Uji Wilcoxon terhadap Dinamika Kelompok...63

8. Penyerapan Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah PUAP ...64

9. Total Biaya Masyarakat sebelum PUAP ...65

10. Total Biaya Masyarakat sesudah PUAP ...66

11. Total Pendapatan Masyarakat sebelum PUAP ...67

12. Total Pendapatan Masyarakat sesudah PUAP ...68

13. Selisih Pendapatan Masyarakat Sebelum dan Sesudah PUAP ...69

14. Hasil Interpretasi Metode Uji Beda dua rata – rata (T-test Berpasangan) terhadap Total Pendapatan ...70

15. Hasil Interpretasi Metode Uji Beda dua rata – rata (T-test Berpasangan) terhadap Pengeluaran Usahatani ...71

16. Hasil Interpretasi Metode Uji Beda dua rata – rata (T-test Berpasangan) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ...72


(10)

ABSTRAK

RANI YUSTIKA SILALAHI (060309022) dengan judul skripsi “PENGKAJIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PENERIMA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) DI DESA DURIAN LINGGA KECAMATAN SEI BINGEI KABUPATEN LANGKAT ” yang dilakukan pada tahun 2010. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauzia,MSi dan Bapak Ir.Yusak Maryunianta,MSi.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan Sosial Eknomi yang terjadi sesudah adanya Program PUAP. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2010 di Desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat. Penentuan daerah dilakukan secara purposive, yaitu daerah yang sudah pernah menjalankan program PUAP. Metode pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan metode proportional random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 Orang yang terdiri dari 6 Orang dari Kelompok Tani Mawar,Tani Jaya dan Mbuah Page, 5 Orang dari Kelompok Tani Murni, dan 4 Orang dari Kelompok Tani Sederhana dan Makmur.

Dari penelitian ini, diperolah kesimpulan :

1. Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) merupakan bantuan

modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran dan diberikan dengan terlebih dahulu menyelesaikan Rencana Usaha Brsama ( RUB ) dan diserahakan secara bertahap mulai dari Penyuluh Pendamping samapai Tingkat Pusat. Setelah memenuhi semua persyaratan, maka akan dikirim ke rekening Gapoktan sebesar Rp.100 juta dan dana tersebut dikelola oleh Gapoktan masing – masing.

2. Dana BLM PUAP merupakan dana bergulir artinya pemakaiannya dapat

dilakukan berulang – ulang, setelah dikembalikan kepada Gapoktan kemudian dapat dipinjam kembali dengan membuat proposal baru mengenai jenis usaha yang akan diusahakan.

3. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) dapat

memberikan peningkatan di bidang sosial terhadap Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat, Partisipasi Masyarakat, Kemandirian Masyarakat dan Dinamika Kelompok bagi masyarakat penerima program di desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat.

4. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) dapat

memberikan peningkatan di bidang ekonomi terhadap Total Pendapatan, Pengeluaran Usaha Tani, dan Penyerapan Tenaga Kerja bagi masyarakat penerima program di desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat.

5. Masalah harga yang tidak stabil ( berfluktuasi ) di Desa Durian Lingga

merupakan masalah lain yang harus diatasi agar dapat lebih meningkatkan produktivitas di Desa tersebut.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan kemiskinan di pedesaan merupakan salah satu masalah pokok pedesaan yang harus segera diselesaikan dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik ( BPS ) pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin tercatat 32,53 juta jiwa. Sekitar 20,65 juta jiwa dari jumlah tersebut berada di pedesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin ( BPS, 2009 ).

Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi serta organisasi tani yang masih lemah. Untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut, Pemerintah menetapkan Program Jangka Menengah yang fokus pada pembangunan Pertanian pedesaan. Salah satunya ditempuh melalui pendekatan pengembangan usaha agribisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di pedesaan ( Pasaribu, 2006 )

Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan di pedesaan, Pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat ( PNPM ) Mandiri mulai tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi.


(12)

Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan lagi sebagai objek melainkan sebagai subjek dalam upaya penanggulangan kemiskinan ( Elizabeth, 2007 ).

Tetapi dalam pelaksanaannya, sering sekali mengalami kendala baik dalam permodalan maupun akses terhadap lembaga permodalan yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah melalui Departemen Pertanian memberikan bantuan melalui dana APBN dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat ( BLM ) Kelompok Tani/ Gapoktan yang dimulai sejak tahun 2000 dan kemudian BLM tersebut berlanjut sampai tahun 2008 namun mengalami pergantian nama yaitu menjadi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) yang merupakan bagian dari PNPM Mandiri ( Anonimus a, 2009 ).

Program PUAP telah direncanakan mulai tahun 2007 dan dilaksanakan mulai pada tahun anggaran 2008 dengan sasaran 11.000 desa/Gapoktan penerima BLM– PUAP. Program PUAP tepat sasaran maka diharapkan program ini bisa membantu pengembangan usaha agribisnis pada desa miskin/tertinggal sesuai dengan potensi pertanian desa serta berkembangnya PUAP sebagai lembaga yang dimiliki dan dikelola oleh petani. PUAP juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga petani miskin, petani/peternak (pemilik tanah atau penggarap) skala kecil, buruh tani dan berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha harian, mingguan, maupun musiman ( Anonimous a, 2009 ).


(13)

Adapun tujuan dari program PUAP adalah : (1) Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di pedesaan sesuai dengan potensi wilayah, (2) Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani, (3) Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi pedesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis, dan (4) Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan ( Petunjuk Teknis PUAP, 2009 ).

Sasaran yang hendak dicapai ialah : (1) Berkembangnya Usaha Agribisnis di 10.000 desa miskin/ tertinggal sesuai dengan potensi pertanian desa, (2) Berkembangnya 10.000 Gapoktan/ Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani,

(3) Meningkatnya kesejahteraan rumahtangga tani miskin, petani peternak ( pemilki atau penggarap ) skala kecil, buruh tani dan (4) Berkembangnya usaha

pelaku agribisnis yangg mempunyai usaha harian, mingguan, maupun musiman ( Pedoman Umum PUAP, 2009 )

Pola dasar PUAP dirancang untuk meningkatkan keberhasilan penyaluran dana BLM PUAP kepada Gapoktan dalam mengembangkan usaha produktif petani skala kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin. Komponen utama dari pola dasar pengembangan PUAP adalah keberadaan Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani, Pelatihan bagi petani dan Penyaluran BLM kepada petani dan buruh tani. Sedangkan strategi dasar dari pelaksanaan PUAP adalah :


(14)

2. Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal

3. Penguatan modal petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin kepada sumber permodalan

4. Pendampingan bagi GAPOKTAN

( Anonimous b, 2009 ).

Dalam penyelenggaraan Program PUAP, Departemen Pertanian telah mengalokasikan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dari APBN sebagai dana stimulan untuk Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan produktif Budidaya (On farm) seperti tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan, serta kegiatan Off farm (non budidaya) yang terkait dengan komoditas pertanian yaitu industri rumah tangga pertanian, pemasaran hasil pertanian (bakulan, dll) dan usaha lain berbasis pertanian. Gabungan kelompok tani (Gapoktan) merupakan sasaran kelembagaan tani pelaksana PUAP sebagai penyalur modal usaha agribisnis bagi petani atau peternakan.

Desa Durian Lingga merupakan salah satu dari beberapa desa di kecamatan Sei Bingei yang sudah melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ). Mata pencaharian utama penduduk desa berada pada sektor pertanian dengan komoditas utama di desa ini adalah tanaman pangan dan hortikultura yaitu padi dan jagung yang mereka tanam secara bergiliran, begitu panen tanaman padi kemudian mereka ganti dengan jagung demikian seterusnya. Di desa ini hanya terdapat satu Gapoktan yang diberi nama ”Mejuah - juah” yang


(15)

terdiri dari 6 kelompok tani yaitu kelompok tani Mawar, Tani Jaya, Murni, Mbuah Page, Sederhana dan Makmur. Kesemua kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Mejuah – juah ini di pimpin oleh seorang Penyuluh pendamping.

1. 2 Identifikasi Masalah

Masalah yang memerlukan penelitian adalah :

1. Apakah ada perubahan sosial ( Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat,

Partisipasi Masyarakat ,Kemandirian Masyarakat, dan Dinamika Kelompok ) sesudah mengikuti program pengembangan usaha agribisnis pedesaan ?

2. Apakah ada perubahan ekonomi ( Total Pendapatan, Pengeluaran Usahatani,

Penyerapan Tenaga Kerja ) sesudah mengikuti program pengembangan usaha agribisnis pedesaan?

3. Apakah masalah – masalah yang dihadapi dapat diatasi sesudah adanya

program pengembangan usaha agribisnis pedeseaan ?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perubahan sosial ( Adopsi Teknologi, Keterampilan

Masyarakat, Partisipasi Masyarakat ,Kemandirian Masyarakat, dan Dinamika Kelompok ) sesudah mengikuti program pengembangan usaha agribisnis pedesaan sesudah mengikuti program pengembangan usaha agribisnis pedesaan.


(16)

2. Untuk mengetahui perubahan ekonomi ( Total Pendapatan, Pengeluaran Usahatani, Penyerapan Tenaga Kerja ) sesudah mengikuti program pengembangan usaha agribisnis pedesaan.

3. Untuk mengetahui apakah masalah – masalah yang dihadapi dapat diatasi

sesudah adanya program pengembangan usaha agribisnis pedesaan.

1.3 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi petani, kelompok tani dan Gabungan Kelompok

Tani ( Gapoktan ) sebagai pelaku dalam PUAP.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah, khususnya di lokasi

penelitian dalam pengambilan keputusan dalam pengembangan program PUAP selanjutnya.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP )

Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia (Kepmentan) nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007 tentang salah satu upaya Pemerintah dalam mengurangi kemiskinan di pedesaan,dan merupakan pengembangan program yang sudah dilaksanakan sebelumnya, yaitu PNPM- Mandiri maka dibentuklah

program lanjutan yaitu Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) yang diharap mampu menjadi solusi bagi masyarakat pedesaan. PUAP

dalam perkembangannya memerlukan suatu pengkajian baik dari segi sosial maupun dari segi ekonomi. Mengkaji disini ialah membandingkan apakah ada perkembangan antara sebelum dan sesudah adanya program PUAP. Dari sini, akan dapat dilihat apakah dengan program ini akan mengalami kemajuan atau tidak ( Pedoman Umum PUAP, 2009 ).

2.1.2 Kriteria Seleksi Desa dan GAPOKTAN Penerima PUAP 2.1.2.1 Kriteria Seleksi Desa

1. Tahapan Penetapan Kuota Desa

Penentuan kuota desa dilaksanakan di Pusat oleh Kelompok Kerja ( Pokja ) PUAP, Penetapan kuota desa dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria desa miskin yang mempunyai potensi pertanian yang berasal dari : 1) Data Lokasi; 2) Data desa miskin dari BPS; 3) Data desa program Departemen Pertanian. Kuota


(18)

desa yang menjadi sasaran penerima bantuan modal usaha PUAP juga memperhatikan dan mempertimbangkan usulan Bupati / Walikota, usulan aspirasi masyarakat dan usulan unit kerja lingkup Departemen Pertanian.

2. Tahapan Penetapan Gapoktan / Poktan

a. Kepala desa/ lurah lokasi desa PUAP yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian, mengusulkan calon Gapktan penerima BLM PUAP kepada tim teknis Kabupaten / Kota.

b. Tim Teknis Kabupaten / Kota melakukan verifikasi calon Gapoktan usulan

kepala desa / Lurah untuk ditetapkan oleh Bupati / Walikota.

c. Pengurus Gapoktan yang telah ditetapkan oleh Bupati / Walikota mengisi

formulir yang berisi data – data Gapoktan.

d. Bupati / Walikota mengusulkan Gapoktan penerima BLM PUAP kepada Tim

PUAP Pusat dengan tembusan Tim Pembina Provinsi.Berdasarkan usulan Bupati / Walikota, Menteri Pertanian menetapkan Gapoktan penerima BLM PUAP.

2.1.2.2 Kriteria Gapoktan Penerima BLM PUAP

Gapoktan penerima bantuan modal usaha PUAP dengan kriteria sebagai berikut :

a. Merupakan SDM yang mampu mengelola usaha Agribisnis.

b. Mempunyai struktur Kepengurusan yang aktif. c. Dimilki dan dikelola oleh petani.


(19)

e. Apabila di desa tersebut tidak terdapat Gapktan dan baru ada POKTAN, maka POKTAN tersebut dapat ditunjuk menjadi penerima BLM PUAP yang selanjutnya akan ditumbuhkan menjadi GAPOKTAN.

( Pedoman Umum PUAP, 2009 ).

2.1.3 Penyusunan Rencana Usaha Bersama

Setelah semua persyaratan dipenuhi oleh GAPOKTAN, maka GAPOKTAN harus menyusun terlebih dahulu Rencana Usaha Bersama ( RUB ) dengan kriteria:

a. RUB disusun oleh Gapoktan berdasarkan hasil identifikasi potensi usaha

agribisnis di desa.

b. Dalam penyusunan RUB tersebut pun harus memperhatikan kelayakan usaha

produktif petani, seperti : 1) budidaya di sub sektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, 2) usaha non budidaya meliputi usaha industri rumah tangga pertanian, pemasaran skala kecil dan usaha lain berbasis pertanian.

c. Rencana Usaha Bersama ( RUB ) yang disusun oleh Gapoktan diverifikasi

awal oleh Penyelia Mitra Tani ( PMT ) untuk disetujui oleh tim Teknis Kabupaten / Kota.

d. Rencan Usaha Bersama ( RUB ) yang sudah disetujui selanjutnya akan dikirim

bersama dengan dokumen administrasi pendukung lainnya, antara lain : 1) Perjanjian Kerjasama, 2) Nomor Rekening Gapoktan, 3) Kwitnasi yang

ditandatangani oleh Ketua Gapoktan, 4) Berita Acara, 5) Surat Perintah Kerja (SPK) kepada Tim Pembina PUAP Provinsi ( Petunjuk Teknis PUAP, 2009 ).


(20)

2.1.4 Organisasi Pelaksana PUAP 1. Tingkat Pusat

Tim PUAP Pusat

Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi Menteri Pertanian membentuk Tim Pengarah dan Tim Pelaksana PUAP.

Tim Pengarah diketuai oleh Menteri Pertanian dibantu oleh seluruh Eselon I Lingkup Departemen Pertanian. Tugas utama dari Tim Pengarah adalah merumuskan kebijakan umum dalam pengembangan PUAP baik dengan instansi Pusat khususnya dalam koordinasi pelaksanaan PNPM Mandiri maupun dengan instansi daerah ( tingkat Provinsi dan Kabupaten / Kota ).

Tim Pelaksana tingkat Pusat diketuai oleh Kepala Badan Pengembangan SDM dan dibantu oleh Staf khusus Menteri Pertanian Bidang Peningkatan Efisiensi Pembangunan Pertanian dan Kepala Pusat Pembiayaan Pertanian sebagai Sekretaris. Anggota Tim Pelaksana PUAP Pusat terdiri dari kepala Biro Perencana. Tugas utama Tim Pelaksana PUAP adalah melaksanakan seluruh kegiatan PUAP mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan pelaporan.

2. Tingkat Provinsi

Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi di tingkat provinsi, Gubernur membentuk Tim Pembina PUAP yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana .

Tim Pengarah PUAP Provinsi juga merupakan Tim Pengarah PNPM Mandiri Provinsi.


(21)

Tim Pelaksana dipimpin oleh salah satu Kepala Dinas / Badan Lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur dengan Sekretaris adalah Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ( BPTP ), sedangkan anggota berasal dari instansi terkait lainnya. Tugas utama dari Tim Pembina adalah merumuskan petunjuk pelaksanaan pengembangan PUAP sesuai dengan kondisi wilayah,

mengkoordinasikan usulan Gapoktan PUAP dari Kabupaten/ Kota,

mengkoordinasikan serta melaksanakan verifikasi atas dokumen administrasi Gapoktan PUAP.

3. Tingkat Kabupaten/ Kota

Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi Bupati / Walikota membentuk Tim Teknis PUAP yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana

Tim Pengarah PUAP Kabupaten / Kota juga merupakan Tim Pengarah PNPM Mandiri Kabupaten / Kota.

Tim Pelaksana diketuai oleh salah satu Kepala Dinas / Badan Lingkup Pertanian. Susunan organisasi Tim Teknis Kabupaten / Kota terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota yang salah satunya adalah Penyelia Mitra Tani ( PMT ).

Tugas utama dari Tim Teknis Kabupaten / Kota adalah merumuskan kebijakan umum Pusat dan petunjuk pelaksanaan dari Provinsi. Tim Teknis Kabupaten / Kota mengkoordinasikan pelaksanaan PUAP, menyetujui RUB yang diusulkan Gapoktan dan melakukan pembinaan, pengendalian, monitoring dan pelaporan pelaksanaan PUAP di tingkat kecamatan dan Desa yang berkoordinasi dengan Penyelia Mitra Tani ( PMT ).


(22)

4. Tingkat Kecamatan

Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi di Kecamatan, Bupati / Walikota membentuk Tim Teknis yang diketuai Camat dan dibantu oleh Kepala Balai Penyuluhan Pertanian ( BPP ) sebagai Sekretaris, Kantor Cabang Dinas Pertanian ( KCD ) dan Kepala Desa Lokasi PUAP sebagai angggota.

Tugas Utama dari Tim Teknis Kecamatan adalah melaksanakan pembianaan dan pengawasan PUAP di tingkat kecamatan.

5. Tingkat Desa

Pelaksna PUAP di Tingkat Desa terdiri dari Gapoktan, Penyuluh Pendampng dan Penyelia Mitra Tani ( PMT ). Kepala Desa / Lurah mengusulkan Gapoktan sebagai calon penerima BLM PUAP kepada Tim Teknis PUAP Kabupaten/ Kota.

• Penyuluh Pendamping

Tugas utama dari penyuluh pendamping adalah :

- Melakukan identifikasi potensi ekonomi desa yang berbasis usaha

pertanian.

- Memberikan bimbingan teknis usaha agribisnis pedesaan termasuk

pemasaran hasil usaha.

- Membantu memecahkan masalah uasha petani/ kelompok tani serta

mendampingi Gapoktan selama proses penumbuhan kelembagaan.

- Melaksanakan pelatihan usaha agribisnis dan usaha ekonomi produktif

sesuai potensi desa.

- Membantu memfasilitasi kemudahan akses terhadap sarana produksi,


(23)

- Memberikan bimbingan teknis dalam pemanfaatan dana BLM PUAP.

- Membantu Gapoktan dalam membuat laporan perkembangan PUAP.

• Penyelia Mitra Tani

Tugas utama Penyelia Mitra Tani adalah :

- Melakukan supervisi dan advokasi kepada Penyuluh Pendamping dan

Gapoktan

- Melaksanakan pertemuan reguler dengan penyuluh Pendamping dan

Gapoktan.

- Melakukan verifikasi awal terhadap RUB dan dokumen admnistrasi

lainnya.

- Melaksanakan pengawalan pemanfaatan dan BLM PUAP yang dikelola

oleh Gapoktan.

- Membuat laporan tentang perkembangan pelaksanaan PUAP

(Petunjuk Teknis PUAP, 2009 ).

Program PUAP telah dilaksanakan sejak tahun 2008. Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan program PUAP dibagi dua, yaitu : menentukan calon lokasi desa PUAP dan implementasi dari pengembangan usaha agribisnis pedesaan. Dan masalah tersebut adalah dalam menentukan calon desa yang sesuai sehingga program PUAP tepat sasaran dan menentukan agar

bagaimana agar target / lokasi sasaran dapat diterima semua pihak ( stakeholders ). Untuk mengatasi masalah pertama dilakukan dengan


(24)

menerima bantuan dan kedua melakukan koordinasi dengan semua pihak yang berkepentingan untuk menentukan calon lokasi yang tepat.

Di samping untuk mengatasi kedua masalah diatas, yaitu untuk mengarahkan PUAP agar tepat sasaran dan efektif diperlukan evaluasi kinerja tentang pelaksanaan kegiatan sebelumnya. Hasil evaluasi tersebut dapat dilakukan melalui kajian dengan pelaksanaan kegiatan PUAP. Sesuai dengan sasaran PUAP yang antara lain berkembangnya usaha agribisnis, berkembangnya Poktan/ Gapoktan yang dimiliki dan dikelola petani, dan berkembangnya usaha pelaku agribiisnis pedesaan untuk meningkatkan kesejahteraan rumahtangga tani miskin, kinerja pengembangan kelembagaan Gapoktan dan usaha agribisnis penerima PUAP

termasuk penyerapan tenaga kerja pedesaan perlu dikaji secara mendalam ( Pedoman Umum PUAP, 2009 ).

2. 2 Landasan Teori

Menurut Sunyoto ( 2004 ) tujuan utama dari pembangunan masyarakat desa adalah meningkatkan produktivitas, memperbaiki kualitas hidup penduduk pedesaan serta memperkuat kemandirian sehingga harus dilaksanakan pembangunan pertanian dengan mengutamakan padat karya ( labour intensive ), memperluas kesempatan kerja, intensifikasi tenaga kerja dan meningkatkan partisipasi dalam pengambilan keputusan.


(25)

Seiiring dengan berjalannya waktu, masyarakat makin menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi yang diupayakan melalui berbagai program tidak dengan sendirinya dapat menyelesaikan permasalahan sosial ekonomi yang dihadapi. Kita memerlukan suatu strategi atau arah baru dari kebijaksanaan pembangunan yang memadukan pertumbuhan dan pemerataan. Strategi tersebut memiliki tiga arah. Pertama, pemberdayaan masyarakat. Kedua, pemberian otonomi dalam pengelolaan pembangunan di daerah yang mengembangkan peran serta masyarakat. Ketiga, modernisasi melalui pemantapan arah dari perubahan struktur sosial ekonomi dan budaya yang bersumber pada peran serta masyarakat desa.

Dalam proses perubahan struktur diperlukan rencana dan langkah yang sistematis melalui pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat yang masih tertinggal tidak cukup hanya dengan meningkatkan produktivitas, memberikan kesempatan berusaha yang sama, tetapi harus ada kerjasama dan kemitraan yang erat. Dalam hubungan ini, pengembangan kegiatan sosial ekonomi perlu diprioritaskan pada penduduk miskin antara lain melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dan peningkatan permodalan yang didukung sepenuhnya dengan kegiatan pelatihan sejak dari kegiatan penghimpunan modal, penguasaan teknik produksi, pemasaran hasil. Pendekatan yang paling tetap dalam pengembangan ekonomi rakyat adalah melalui pendekatan kelompok dalam bentuk usaha bersama. Pengembangan kegiatan sosial ekonomi masyarakat dilakukan secara bertahap, terus menerus dan terpadu yang didasrkan pada kemndirian, yaitu meningkatkan kemampuan penduduk yang miskin untuk menolong diri mereka sendiri ( Sumodiningrat, 1999 ).


(26)

Kajian dampak merupakan langkah awal dalam menentukan komponen apa saja yang terkena dampak serta menentukan komponen kegiatan apa saja dari suatu usulan kegiatan / program yang menimbulkan dampak. Sedangkan dengan prakiraan dampak kita sudah menentukan besarnya dampak yang akan terjadi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dari sisi ekonomi, program pengembangan usaha agribisnis pedesaan akan memberikan lapangan pekerjaan tambahan bagi masyarakat dan mempunyai modal usaha sendiri sedangkan dari sisi sosial, program pengembangan usaha agribisnis pedesaan memberikan suatu ilmu baru bagi masyarakat penerima karena masayrakat tentu akan memiliki cara pandang baru dalam berusaha tani.

Kajian atau penilaian mengenai program PUAP yang dilakukan akan menghasilkan parameter – parameter yang digunakan oleh Pemerintah sebagai input dalam menyempurnakan kebijakan BLM PUAP di masa yang akan datang. Pelaksanaan pengkajian itu pula yang akan dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam keberhasilan ataupun kegagalan program PUAP.

Kajian Dampak Sosial Ekonomi tersebut meliputi :

• Sosial : Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat, Partisipasi Masyarakat, Kemandirian Masyarakat, dan Dinamika Kelompok.

• Ekonomi : Total Pendapatan, Pengeluaran Usaha Tani dan Penyerapan Tenaga


(27)

Adopsi Teknologi

Adopsi Teknologi merupakan suatu penerapan ataupun penggunaan teknologi yang mulai dilakukan. Adopsi teknologi memilki tahapan yaitu :

Sadar : Masyarakat mulai menyadari tentang adanya suatu teknologi Minat : Masyarakat mulai meminati akan teknologi tersebut

Mencoba : Masyarakat mulai mencoba teknologi tersebut walau dalam hal kecil Evaluasi : Masyarakat menilai penggunaan teknologi yang dalam hal kecil tersebut apakah membawa dampak yang positif atau tidak,

Adopsi : Apabila hal tersebut membawa dampak yang baik, maka akan diadopsi ( diterapkan) dalam usahanya.

Keterampilan Masyarakat

Keterampilan merupakan usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi suatu permasalahan. Dalam hal ini, pembelajaran Keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku menjadi cekat, cepat dan tepat melalui berbagai tahap. Perilaku terampil ini dibutuhkan dalam keterampilan hidup manusia di masyarakat.

Partisipasi Masyarakat

Partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkaitan dengan keadaaan lahiriahnya.

Tahapan dalam Partisipasi :

-Tahap partisipasi dalam pengambilan keputusan -Tahap partisipasi dalam perencanaan kegiatan


(28)

-Tahap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan

-Tahap partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan. -Tahap partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan

Syarat tumbuh partisipasi menurut Margono Slamet (1985) menyatakan bahwa tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam kagiatan, sangat ditentukan oleh 3 (tiga) unsur pokok, yaitu:

1). Adanya kemauan yang diberikan kepada masyarakat, untuk berpartisipasi 2). Adanya kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi

3). Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi

Kemandirian Masyarakat

Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting bagi individu atau kemandirian adalah kemampuan seseorang dalam mewujudkan kehendak atau keinginannya secara nyata dengan tidak bergantung dan dipengaruhi oleh orang lain.

Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama.


(29)

Total Pendapatan

Pendapatan yaitu selisih antara penerimaan dengan total biaya per usahatani. Total Pendapatan ialah pendapatan bersih yang diperoleh petani dalam usaha tani nya yaitu mulai dari hulu sampai hilir. Total pendapatan diperoleh dari hasil pengurangan Pengeluaran (output) dengan Pemasukan (input).

Penyerapan Tenaga Kerja

Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa atau Tenaga Kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika ada permintaan kerja.

Penggolongan tenaga kerja menurut kualitasnya dibedakan menjadi:

1. Tenaga kerja terdidik yaitu tenaga kerja yang memerlukan pendidikan

secara teratur

2. Tenaga kerja telatih yaitu tenaga kerja yang memerlukan pendidikan

terlebih dahulu

3. Tenaga kerja tidak terlatih dan tidak terdidik

Sedangkan Penyerapan Tenaga Kerja adalah kemampuan atau daya dalam mempergunakan Tenaga Kerja itu sendiri.

Pengeluaran Usaha Tani

Pengeluaran ialah segala macam biaya yang dikeluarkan dalam suatu proses atau kegiatan. Usaha Tani ialah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinirkan faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang


(30)

sebaik-baiknya. Jadi, pengeluaran Usaha Tani ialah segala biaya yang dikeluarkan dengan mengusahakan dan mengkoordinir fakitor produksi yang ada sehingga dengan biaya yang dikeluarkan dapat memberikan manfaat yang sebaik – baiknya.

2. 3 Kerangka Pemikiran

Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah yang sangat kompleks dan dibutuhkan keseriusan dalam penanggulangannya. Sarana dan prasarana yang kurang memadai, SDA dan penguasaan teknologi, SDM yang kurang terdidik dan terampil serta kelembagaan dan organisasi yang kurang memadai yang dapat menyebabkan kemiskinan. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan tersebut baik dengan penyuluhan pertanian maupun dengan pemberian modal bagi petani. Ternyata hal tersebut juga tidak terlalu berpengaruh pada peningkatan taraf kehidupan di pedesaan.

Pemerintah melalui Menteri Pertanian membuat suatu kebijakan dengan mengadakan program Nasional Pemberdayaan Masyarakat ( PNPM ) Mandiri dengan tujuan memberdayakan masyarakat khususnya masyarakat pedesaan dalam pengembangan usaha tani secara mandiri. Namun seiiring perkembangannya, program ini kurang berhasil sehingga mulai dicanangkan program pemberian Bantuan Langsung Masyarakat ( BLM ) yang kemudian lebih dikenal dengan PUAP.

Penyaluran dana BLM PUAP juga tidak terbilang mudah, kelompok yang ingin menerima hanya perlu membentuk sebuah Gapoktan kemudian menyusun RUB


(31)

yang apabila disetujui akan disampaikan ke Tim PUAP Pusat untuk ditinjau dan kemudian disalurkan melalui rekening Gapoktan.

Apabila dana BLM sudah ada, maka Gapoktan tersebut tidak akan mengalami kendala lagi dalam masalah dana. Yang perlu diusahakan ialah bagaimana cara mengelolanya agar mendapatkan hasil yang maksimal. Tim PUAP akan tetap melakukan kendali mulai dari tahap perencanaan sampai hasil dari dana BLM tersebut dan Gapoktan pun harus memberikan laporan pertanggung jawaban terhada penggunaannya.

Melalui program PUAP ini, kehidupan sosial (adopsi teknogi, Keterampilan Masyarakat, Partisipasi Masyarakat, Kemandirian Masyarakat dan Dinamika Kelompok ) dan ekonomi ( Total pendapatan, Pengeluaran Usaha Tani dan Penyerapan Tenaga Kerja ) dapat mengalami peningkatan sehingga terjadi peningkatan taraf kehidupan di daerah pedesaan pada umumnya dan desa penerima BLM PUAP pada khususnya.


(32)

Skema Kerangka Pemikiran Keterangan :

Menyatakan Proses

Organisasi Pelaksana PUAP

GAPOKTAN

Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP )

Sebelum PUAP Sesudah PUAP

Perubahan Sosial Ekonomi

Ekonomi Sosial

- Adopsi Teknologi -Keterampilan Masyarakat - Partisipasi Masyarakat - Kemandirian Masyarakat - Dinamika Kelompok

- Total Pendapatan - Pengeluaran Usaha tani - Penyerapan Tenaga Kerja


(33)

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Ada perubahan dalam Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat,

Partisipasi Masyarakat ,Kemandirian Masyarakat, dan Dinamika Kelompok sesudah mengikuti program pengembangan usaha agribisnis pedesaan.

2. Ada perubahan Total Pendapatan, Pengeluaran Usahatani, Penyerapan Tenaga

Kerja sesudah mengikuti program pengembangan usaha agribisnis pedesaan.

3. Masalah – masalah yang dihadapi daapt diatasi sesudah adanya program


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau secara sengaja yaitu berdasarkan pra survey yang dilakukan serta pertimbangan – pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan – tujuan penelitian. Adapun daerah penelitian adalah Desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat. Pemilihan daerah tersebut dikarenakan daerah tersebut merupakan daerah yang sudah menjalankan program PUAP dalam berusaha tani.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah proportional random sampling dengan mengambil sebanyak 30 sampel secara proporsi dan dapat mewakili populasi yaitu kelompok tani yang mengikuti program pengembangan usaha agribisnis pedesaan ( Suryabrata, 2008 ).

Tabel 1. Jumlah Anggota Kelompok Tani yang mengikuti program PUAP No Kelompok Tani Jumlah Komoditi Penentuan Sampel

1. Mawar 18 Orang Jagung 6 Orang

2. Tani Jaya 16 Orang Jagung 6 Orang

3. Murni 16 Orang Jagung 5 Orang

4. Mbuah Page 20 Orang Jagung 6 Orang

5. Sederhana 15 Orang Jagung 4 Orang

6. Makmur 15 Orang Jagung 4 Orang


(35)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan anggota GAPOKTAN/ POKTAN, Penyuluh Pertanian, Penyelia Mitra Tani, dan Dinas Terkait. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Sumatera Utara dan Langkat.

3.4 Metode Analisis Data

Hipotesis (1) dianalisis dengan menggunakan analisis statistik model Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon dengan alat bantu SPSS 17 untuk melihat perubahan kondisi sosial masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pengembangan usaha agribisnis pedesaan dan dengan mengubah data kualitatif menjadi kuantitatif ( Supangat, 2008 ).

1 = Rendah 2 = Sedang 3 = Tinggi Jika :

H0 : Me1 = Me2 H1 : Me1 ≠Me2

i i

i

SR SR

SR

Z = →

2

Kriteria analisis :

Zhitung > Ztabel→ Hipot esis H1 diterima Zthitungl ≤ Ztabel → Hipotesis H0 diterima


(36)

Dimana :

H0 : Tidak terdapat perbedaan (Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat,

Partisipasi Masyarakat ,Kemandirian Masyarakat, dan Dinamika Kelompok) sesudah mengikuti program usaha pengembangan agribisnis.

H1 : Terdapat perbedaan (Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat,

Partisipasi Masyarakat ,Kemandirian Masyarakat, dan Dinamika Kelompok) sesudah mengikuti program usaha pengembangan agribisnis

Keterangan :

Me1 = Nilai Median Variabel I ( Sebelum program PUAP )

Me2 = Nilai median Variabel II ( Sesudah program PUAP )

SRi = rentang yang ditandai untuk data ke-i

Hipotesis (2) diuji dengan metode analisis statistik uji beda dua rata – rata Sampel Berpasangan (t-test berpasangan). Uji beda dua rata - rata digunakan untuk pengamatan – pengamatan yang berasal dari dua populasi yang berpasangan ( Sarwoko, 2007 ).

Jika :

H0 : µA = µB atau µ1 - µ2 = 0 H1 : µA > µB atau µ1 - µ2 ≠0

Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah tingkat 95 % dengan selang kepercayaan 0,05.


(37)

Rumus :

t =

n sd

d

; df = N - 1

dimana :

t : Nilai Hitung

d : Rata – rata selisih sebelum dan sesudah sd : Standar deviasi selisih Sebelum dan sesudah

n : Jumlah Sampel

Kriteria Analisis :

t hitung > t tabel → Hipot esis H1 diterima t hitung < t tabel → Hipotesis H0diterima

Dimana :

H0 : Tidak terdapat perbedaan ( total pendapatan, pengeluaran usaha tani,

Penyerapan Tenaga Kerja) sesudah mengikuti program usaha pengembangan agribisnis.

H1 : Terdapat perbedaan ( total pendapatan, pengeluaran usaha tani dan

Penyerapan Tenaga Kerja ) sesudah mengikuti program usaha pengembangan agribisnis.

Hipotesis (3) mengenai masalah – masalah yang dihadapi apakah dapat diatasi sesudah adanya program pengembangan usaha agribisnis pedesaan di daerah


(38)

penelitian dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menjabarkan masalah – masalah yang dihadapi dan pemecahan masalah sesudah adanya program.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Definisi

6. Pengkajian adalah suatu kegiatan dalam mempelajari sesuatu hal baik itu hal yang baru maupun yang sudah ada sebelumnya untuk kemudian dilakukan penilaian.

7. Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan adalah bagian dari pelaksanaan

program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran.

8. Pedesaan adalahh kawasan yang secara komparatif memilki keunggulan sumber daya alam dan kearifan lokal ( endogeneus knowledge ) khususnya pertanian dan keanekaragaman hayati.

9. Kelompok Tani ( POKTAN ) adalah kumpulan petani/ peternak yang dibentuk

atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan ( sosial, ekonomi, sumber daya ) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

10.Gabungan Kelompok Tani ( GAPOKTAN ) adalah kumpulan beberapa

kelompok Tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

11.Penyelia Mitra Tani adalah individu yang memilki keahlian di bidang


(39)

supervisi dan advokasi kepada penyuluh dan GAPOKTAN dalam pengembangan PUAP.

12.Penyuluh Pendamping ialah penyuluh yang bertugas mendampingi para petani dalam berusaha tani dan memberikan laporan dalam perkembangan program tersebut.

13.Bantuan Langsung Masyarakat adalah bantuan dana kepada petani/ kelompok

tani untuk pengembangan usaha agribisnis di pedesaan yang disalurkan melalui GAPOKTAN dalam bentuk modal usaha.

14.Rencana Usaha Bersama ( RUB ) adalah rencana usaha untuk pengembangan

agribisnis yang disusun oleh GAPOKTAN berdasarkan kelayakan usaha dan potensi desa.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei

Kabupaten Langkat.

2. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2010


(40)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.

1 Deskripsi Daerah Penelitian

Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Langkat berada pada 3014’ – 4013’ Lintang Utara dan 97052’ – 98045’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 - 300 m di atas permukaan Laut. Kabupaten Langkat memilki 23 Kecamatan, 215 Desa dan

15 Kelurahan dengan luas wilayah 6.263,29 km2 dengan jumlah

penduduk1.042.523 jiwa dan laju pertumbuhan sebesar 1,80 %.

Tabel 2. Jumlah kecamatan Kabupaten Langkat menurut luas dan rasio : No Kecamatan Luas ( Km2 ) Rasio Terhadap Total (%) 1 Bahorok 884,79 14,13

2 Serapit 96,27 1,54 3 Salapian 280,78 4,48 4 Kutambaru 182,02 2,91 5 Sei Bingei 331,75 5,30 6 Kuala 188,23 3,01 7 Selesai 148,60 2,37 8 Binjai 48,60 0,78 9 Stabat 85,25 1,36 10 Wampu 203,21 3,24 11 Batang 993,04 15,85 12 Sawit seberang 264,06 4,22 13 Padang Tualang 281,38 4,49 14 Hinai 112,98 1,80 15 Secanggang 243,78 3,89 16 Tanjung Pura 165,78 2,65 17 Gebang 186,74 2,98 18 Babalan 110,99 1,77 19 Sei Lepan 440,54 7,03 20 Brandan Barat 71,53 1,14 21 Besitang 557,67 8,90 22 Pangkalan Susu 188,16 3,00 23 Pematang Jaya 197,15 3,15 Sumber : BPSKabupaten Langkat, 2009


(41)

Kecamatan Sei Bingei yang beribukota desa Namu Ukur memilki 16 desa yang salah satu diantaranya yaitu desa Durian Lingga. Desa Durian Lingga memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.714 jiwa atau 537 KK dengan luas wilayah 501 Ha. Desa Durian Lingga memiliki batas – batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Namu Ukur Utara

• Sebelah Selatan : Pekan Sawah

• Sebelah Timur : Desa Belinteng

• Sebelah Barat : Pasar VIII Namu Trasi

4.1.1 Tata Guna Lahan

Penggunaan Lahan di Desa Durian Lingga menurut fungsinya terdiri dari Lahan Persawahan dan Perladangan Perkebunan dan Pemukiman . Secara rinci dapat lihat pada tabel berikut :

Tabel 3 . Tata Guna Lahan Daerah Penelitian 2009

No Jenis Penggunaan Lahan Luas Persentase

( Ha/ m2 ) ( % )

1 Persawahan 207 Ha 41,33

2. Perladangan / Tegalan 115 Ha 22,95

3. Perkebunan Rakyat 125 Ha 24,95

4. Pemukiman 46 Ha 9,18

5. Kolam 8 Ha 1,59

Total 501 Ha 100


(42)

Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan di daerah penelitian banyak digunakan untuk Persawahan sebanyak 207,41 Ha / m2 dengan

persentase 90,98 % sedangkan untuk tanaman Perkebunan 125 Ha / m2 dengan

persentase 24,95 % dan terendah untuk Kolam dengan luas hanya 8 Ha dengan persentase 1,59 %.

4.1.2 Keadaan Penduduk

4.1.2.1 Keadaan Penduduk menurut Jenis Kelamin

Desa Durian Ligga memiliki jumlah penduduk 1.714 jiwa yang terdiri dari 537 Kepala Keluarga/ KK. Di Desa ini, jumlah penduduk wanita lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk pria atau seperti terlihat dalam tabel :

Tabel 4. Karakteristik Penduduk Desa Durian Lingga berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2009

No Jenis Kelamin Jumlah ( Jiwa ) Persentase ( % )

1. Laki – laki 787 45,92

2. Perempuan 927 54,08

Total 1714 100 ( Sumber : BPS Kecamatan Sei Bingei, 2009 ).

4.1.2.2 Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Tingkat Pendidikan

Menurut kelompok umur and tingkat pendidikan, penduduk desa Durian Lingga dapat dikelompokkan berdasarkan rentang usia dari 0 hingga > 75 tahun dan


(43)

mulai dari yang tidak pernah sekolah sampai yang tamat S-3/ Sederajat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 5. Keadaan Penduduk menurut tingkat pendidikan tahun 2008

No Tingkat Pendidikan Laki – laki (%) Perempuan (%) Jumlah

1. Belum Pernah sekolah 4,19 4,75 4,47

2. Sekolah Dasar 25,03 22,11 23,57

3. SMP / Sederajat 8,89 8,63 8,76

4. SMA / Sederajat 25,41 28,05 26,73

5. Perguruan Tinggi 5,97 7,23 6,6

6. Tidak Sekolah Lagi 15,26 14,13 14,69

7. Masih Sekolah 15,25 15,10 15,18

Total 100 100 100

( Sumber : BPS Kecamatan Sei Bingei, 2009 ).

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa penduduk dengan pendidikan SMA/Sederajat memiliki persentase yang paling tinggi ( 26,73 %) dan belum pernah sekolah memilki persentase terendah ( 6,6 % ). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk desa ini masih memilki tingkat kepeduliaan yang tinggi terhadap pendidikan.

4.1.2.3 Keadaan penduduk Menurut Mata Pencaharian

Adapun keadaan penduduk menurut mata pencaharian di desa Durian Lingga dapat dilihat pada tabel :


(44)

Tabel 6. Karakteristik Penduduk Desa Durian Lingga menurut Mata Pencaharian

No Uraian Jumlah Penduduk Persentase

( Jiwa ) ( % )

1. Petani 750 59,48

2. Buruh Tani 350 27,76

3. PNS 150 11,89

4. Bidan Swasta 4 0,32

5. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 7 0,55

Total 1261 100

( Sumber : BPS Kecamatan Sei Bingei, 2009 ).

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa sektor pertanian merupakan mata pencaharian utama bagi penduduk di desa Durian Lingga yang dapat ditunjukkan dengan banyaknya jumlah petani ( 750 jiwa ) dengan persentase 59,48 %.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan sebuah penunjang yang dapat mempengaruhi perkembangan masyarakat. Untuk itu, hendaklah sarana dan prasarana di suatu desa dapat lebih baik lagi sehingga desa tersebut dapat lebih cepat berkembang. Adapun sarana dan prasarana desa Durian Lingga dapat dilihat pada tabel berikut :


(45)

Tabel 7. Sarana dan Prasarana Desa Durian Lingga

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Pendidikan

TK 1

SD / Sederajat 1

SMP / sederajat 1

SMA / sederajat 1

2. Peribadatan

Masjid 1

Gereja 4

3. Kesehatan

Puskesmas 1

Puskesmas Pembantu 1

Poliklinik / Balai Pengobatan 5

Posyandu 1

Balai Pengobatan Masyarakat ( Swata ) 2

Bidan 2

4. Jalan dan Jembatan

Aspal 5 Km

Jembatan Beton 2

Jembatan Besi 2

5. Lembaga Kemasyarakatan

PKK 1

( Sumber : BPS Kecamatan Sei Bingai, 2009 ).

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa desa Durian Lingga memiliki masih sedikit sekali jumlah fasilitas pendidikan dan fasilitas lainnya seperti peribadatan dan Lembaga Kemasyarakatan.


(46)

4.2 Karakteristik Petani Sampel

Petani Sampel pada penelitian ini adalah petani yang tergabung dalam suatu kelompok tani dan kelompok tani tersebut tergabung lagi dalam suatu Gabungan Kelompok Tani ( Gapoktan ) dan menerima bantuan modal dari program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( BLM – PUAP ) dimana para petani tersebut umumnya mengusahakan tanaman Jagung dan memanfaatkan dana BLM PUAP tesebut dalam berusah tani Jagung. Uraian mengenai karakteristik petani yang menjadi sampel disajikan pada tabel berikut :

Tabel 8. Karakteristik Petani Sampel di Desa Durian Lingga tahun 2010

No Uraian Rentang Range

1. Umur ( Tahun ) 30 - 62 44

2. Luas Lahan ( Ha ) 0,5 – 1,5 0,8

3. Pengalaman Mengusahakan Jagung 6 – 45 22

( Tahun )

4. Jumlah Tanggungan ( jiwa ) 2 – 4 3


(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan pada masyarakat petani yang menerima program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) pada tahun 2008. Adapun yang diteliti adalah perubahan sosial masyarakat ( Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat, Partisipasi Masyarakat, Kemandirian Masyarakat dan Dinamika Kelompok ) dan perubahan ekonomi ( Total Pendapatan, Pengeluaran Usaha Tani, Penyerapan Tenaga Kerja dan Tabungan Kelompok Tani ) sesudah menerima program PUAP di desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2010.

Desa Durian Lingga memiliki 1 Gapoktan yang terdiri dari 6 kelompok Tani yang kesemuanya berjumlah 100 Orang. Sebelum mendapat bantuan dana BLM PUAP, Gapoktan harus terlebih dahulu membuat proposal yang berisi RUB (Rencana Usaha Bersama ) dimana di dalam RUB tersebut berisikan data Gapoktan, Jenis Usaha Produktif dan Nomor Rekening Gapoktan. Kemudian diberikan kepada PPL setempat untuk kemudian dilanjutkan kepada Ketua Tim Teknis Kabupaten / Kota dan akan dilakukan verifikasi dokumen,apabila ada yang belum memenuhi syarat maka akan dikembalikan untuk diperbaiki dan dilengkapi. Apabila semuanya sudah lengkap akan dikirimkan kepada Tim PUAP Pusat dan pemberian dana BLM PUAP dilakukan dengan mekanisme Surat perintah Pembayaran Langsung ( SPP-LS ) ke rekening Gapoktan, Dana BLM PUAP yang diberikan sebesar Rp. 100 juta ; Rp. 90 juta untuk usaha on farm ( Budidaya


(48)

Aliran Dana BLM PUAP BLM PUAP (100 Juta )

Rekening GAPOKTAN

Dilakukan Musyawarah terhadap penggunaan dana

Kelompok Tani

Rencana Usaha Anggota ( RUA ) (Lampiran 17)

Anggota Kelompok Tani

Dana BLM PUAP yang diberikan sebesar Rp. 100 juta ; Rp. 90 juta untuk usaha on farm ( Budidaya Jagung ) dan Rp. 10 juta untuk jenis usaha off farm ( Industri Rumah Tangga Pertanian dan lain – lain). Di desa Durian Lingga 6 Kelompok Tani yang mendapat masing – masing Rp. 15 juta. Tiap anggota juga mendapat dana yang berbeda – beda tergantung dari Rencana Usaha Anggota (RUA) dalam bentuk proposal yang diberikan kepada Kelompok Tani dan dilanjutkan kepada Gapoktan karena Dana BLM PUAP tersebut sepenuhnya dikelola oleh Gapoktan. Banyaknya dana yang diperoleh tergantung dari banyaknya jumlah anggota yang ada di kelompok tani tersebut karena jumlah anggota pada masing – masing kelompok tani juga berbeda. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 9


(49)

Tabel 9. Kelompok Tani dan Penyaluran Dana BLM PUAP

No Kelompok Tani Jumlah Anggota On Farm Off Farm

1 Mawar 18 Orang 15 juta 2 juta

2 Tani Jaya 16 Orang 15 juta 2 juta

3 Murni 16 Orang 15 juta 2 juta

4 Mbuah Page 20 Orang 15 juta 2 juta

5 Sederhana 15 Orang 15 juta 2 juta

6 Makur 15 Orang 15 juta -

Total 100 Orang 90 juta 10 juta

( Sumber : Data Penerima PUAP Desa Durian Lingga)

Dana BLM PUAP ini merupakan dana bergulir artinya pemakaiannya dapat dilakukan berulang – ulang, setelah dikembalikan kepada Gapoktan kemudian dapat dipinjam kembali dengan membuat proposal baru mengenai jenis usaha

yang akan diusahakan. Tetapi sebelum diberikan, diadakan

perjanjian/Kesepakatan Anggota dimana setiap pemakaian dana BLM tersebut dikenakan jasa sebesar 2,5% dari dana yang dipakai. Apabila ada Anggota yang tidak dapat mengembalikan dana yang dipakai,Sanksi akan dibebankan kepada kelompok tani dimana Anggota tersebut bernaung sedangkan sanksi untuk Anggota tidak ada. Peminjaman kembali dapat dilakukan setelah 2 minggu pengembalian. Karena adanya jasa pengembalian yag dikenakan, kas Gapoktan terus bertambah sehingga pada bulan Agustus 2010 ini, jumlah kelompok tani menjadi bertambah sebanyak satu buah kelompok tani dengan nama Kelompok Tani Subur dimana dana BLM yang dipakai sebanyak Rp.5 Juta. Di desa Durian Lingga, penggunaan dana BLM PUAP ini dilaporkan penggunaannya per empat bulan oleh Gapoktan yang dibantu oleh PPL setempat yang kemudian dilaporkan ke Tingkat Kabupaten / Kota. Dalam pelaksanaan evaluasi pun, para kelompok


(50)

tani melakukan diskusi dan seleksi anggota yaitu melihat manakah anggota yang benar – benar memanfaatkan dana BLM tersebut dengan baik.

5.1 Dampak sosial sesudah program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) di desa Durian Lingga

Metode uji yang digunakan untuk mengukur Dampak sosial sebelum dan sesudah mengikuti program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) adalah dengan menggunakan metode uji Wilcoxon dengan alat Bantu SPSS 17 .

Adapun variabel – variabel dari dampak sosial tersebut adalah :

- Adopsi Teknologi

- Keterampilan Masyarakat

- Partisipasi Masyarakat

- Kemandirian Masyarakat

- Dinamika Kelompok

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat, Partisipasi Masyarakat, Kemandirian Masyarakat dan Dinamika Kelompok sebelum dan sesudah adanya program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) ( Lampiran 2 ).

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan SPSS terhadap dampak sosial sebelum dan sesudah program PUAP ( Lampiran 3 – 7 ). Dari hasil metode uji Wilcoxon bahwa dampak sosial yaitu Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat, Partisipasi Masyarakat, Kemandirian Masyarakat dan Dinamika Kelompok dapat dilihat pada tabel berikut :


(51)

Tabel 10. Hasil Uji metode Wilcoxon terhadap dampak sosial masyarakat penerima program PUAP (Dalam Rataan )

No Dampak Sosial Skor Hasil Uji Keterangan Sebelum Sesudah Wilcoxon

1 Adopsi 18,53 21,26 ± 4,494 Terdapat

Teknologi Perbedaan

2 Keterampilan 9,86 13,03 ± 4,688 Terdapat

Masyarakat Perbedaan

3 Partisipasi 9,67 12,56 ± 4,378 Terdapat

Masyarakat Perbedaan

4 Kemadirian 5,93 8,06 ± 4,105 Terdapat

Masyarakat Perbedaan

5 Dinamika 5,47 7,30 ±4,493 Terdapat

Kelompok Perbedaan

Sumber : Lampiran 2 – 7

Berdasarkan hasil penlitian dengan menggunakan uji Wilcoxon untuk uji dua pihak, untuk α = 5 %, maka 1 – α = 95 %, berarti Z = α – α/2, sehingga diperoleh hasil Z ( 0,4750 ) = ± 1,96.

- +


(52)

Berdasarkan pada hasil metode uji Wilcoxon terhadap dampak sosial dalam hal

Adopsi Teknologi diperoleh signifikansi ( 0,00 ) <

α

(0,005) dimana

Z hitung = ± 4,494 > Z tabel = ± 1,96, maka H0 ditolak, terima H1. Terdapat perbedaan Adopsi teknologi sebelum dan sesudah adanya program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedasaan ( PUAP ). Dengan demikian, program PUAP berhasil dalam meningkatkan Adopsi Teknologi masyarakat penerima program yaitu dalam penanaman Jagung, Sebelum adanya program PUAP, pengolahan lahan yang dilakukan masih menggunakan tenaga manusia sedangkan Sesudah adanya program PUAP, mereka beralih menggunakan mesin pertanian walaupun belum secara keseluruhan. Dalam hal penerapan lubang tanam dan jarak tanam pun, masyarakat petani banyak mengalami perubahan, sebenarnya para petani sudah mengetahui hal tersebut dari dahulu namun baru diterapkan yang sesuai sesudah adanya program PUAP ini. Sedangkan untuk penyiraman dan pola tanam ( rotasi tanam, tumpang sari, dsb ), masyarakat petani tidak menerapkannya sama sekali, kalau pun ada hanya sebagian kecil petani saja. Dalam sistem pemupukan, sebelum adanya program PUAP, dosis pupuk yang diberikan tidak sesuai dengan anjuran, para petani hanya memakai sesuai pengetahuan yang dimiliki, namun sesudah adanya program PUAP, terjadi peningkatan dosis pupuk dan penggunaannya pun sesuai anjuran yang diberikan oleh penyuluh. Dalam hal pengendalian hama, penyakit dan gulma, kebanyakan petani melakukan penyemprotan hanya dengan menggunakan Herbisida yaitu Gramoxone dan dilakukan pun hanya sekali saja dengan perlakuan yang sama Sebelum dan Sesudah PUAP. Dalam hal pemanenan, masyarakat petani kebanyakan masih


(53)

melakukannya secara manual, yaitu menggunakan tenaga kerja manusia baik itu sebelum maupun sesudah PUAP.

Berdasarkan pada hasil metode uji Wilcoxon terhadap dampak sosial dalam hal Keterampilan Masyarakat diperoleh signifikansi ( 0,00 ) <

α

(0,005) dimana

Z hitung = ± 4,688 > Z tabel = ± 1,96 maka H0 ditolak, terima H1. Terdapat perbedaan Keterampilan Masyarakat sebelum dan sesudah adanya program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedasaan ( PUAP ). Dengan demikian, program PUAP berhasil dalam meningkatkan Keterampilan Masyarakat penerima program yaitu dalam hal pemilihan bibit, pengolahan lahan, pengukuran jarak tanam dan lubang tanam yang tepat, pemberian dosis pupuk, pengendalian hama, penyakit dan gulma yang benar yang sebelumnya hanya diketahui dari pengetahuan terdahulu ( turun temurun ) tetapi sesudah adanya program PUAP, para petani mulai menerapkan sesuai anjuran Penyuluh Pertanian.

Berdasarkan pada hasil metode uji Wilcoxon terhadap dampak sosial dalam hal

Partisipasi Masyarakat diperoleh signifikansi ( 0,00 ) <

α

(0,005) dimana Z hitung = ± 4,378 > Z tabel = ± 1,96 maka H0 ditolak,terima H1. Terdapat perbedaan

Partisipasi Masyarakat sebelum dan sesudah adanya program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedasaan ( PUAP ). Dengan demikian, program PUAP berhasil dalam meningkatkan Partisipasi Masyarakat penerima program yaitu dalam hal Keaktifan masyarakat dimana dalam hal pengusulan PUAP mulai dari perencanaan hingga evaluasi, para petani penerima program terus mengikuti dan berpartisipasi. Dalam setiap pertemuan yang diadakan pun, kalau sebelum PUAP,


(54)

para petani biasanya hanya sebagai pendengar, Sesudah adanya PUAP, masyarakat petani tidak hanya sebagai pendengar tetapi juga sebagai pemberi usul dan rajin mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan di desa. Hal ini dapat membuktikan bahwa program PUAP dapat meningkatkan Partisipasi Masyarakat.

Berdasarkan pada hasil metode uji Wilcoxon terhadap dampak sosial dalam hal

Kemandirian Masyarakat diperoleh signifikansi ( 0,00 ) <

α

(0,005) dimana

Z hitung = ± 4,105 > Z tabel = ± 1,96 maka H0 ditolak, terima H1. Terdapat perbedaan Kemandirian Masyarakat sebelum dan sesudah adanya program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedasaan ( PUAP ). Dengan demikian, program PUAP berhasil dalam meningkatkan Kemandirian Masyarakat penerima program yaitu dalam hal Permodalan. Dengan bantuan dana yang diberikan PUAP, masyarakat petani menjadi lebih mandiri dalam usaha taninya karena lebih mudah dalam penyediaan alat – alat dan dengan adanya modal yang dimiliki, para petani juga bisa memperbesar skala usahanya yaitu dengan menggunakan bibit dan perawatan yang lebih baik sehingga hasil yang diperoleh juga akan lebih maksimal dan lebih berani dalam menanggung segala resiko kegagalan. Selain itu, dalam hal pengambilan keputusan juga dilakukan oleh petani itu sendiri tanpa intervensi dari pihak manapun.

Berdasarkan pada hasil metode uji Wilcoxon terhadap dampak sosial dalam hal

Dinamika Kelompok diperoleh signifikansi ( 0,00 ) <

α

(0,005) dimana Z hitung = ± 4,493 > Z tabel = ± 1,96 maka H0 ditolak, terima H1. Terdapat perbedaan


(55)

Agribisnis Pedasaan ( PUAP ). Dengan demikian, program PUAP berhasil dalam meningkatkan Dinamika Kelompok Tani masyarakat penerima program yaitu dalam hal Keanggotaan, sebelum PUAP, anggota di setiap kelompok tani mengalami pasang surut, yaitu kadang anggota bisa bertambah, bisa pula berkurang dalam beberapa waktu, namun setelah adanya program PUAP, kenggotaan di kelompok tani mulai tetap dan sebagian malah bertambah, dan dari segi keuangan juga mengalami pertambahan, karena adanya tambahan modal yang diberikan sesudah adanya program PUAP. Dalam hal manajemen organisasi pun, menjadi semakin baik karena setiap kelompok tani lebih terstruktur dan terorganisir dengan baik karena setiap dana yang diberikan harus disertai laporan.

Dari hasil keterangan dapat diketahui bahwa program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) dapat memberikan dampak yang positif di bidang sosial terhadap Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat, Partisipasi Masyarakat, Kemandirian Masyarakat dan Dinamika Kelompok bagi masyarakat penerima program di desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat.


(56)

5.2 Dampak Ekonomi sesudah program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) di desa Durian Lingga

Metode uji yang digunakan untuk mengukur Dampak Ekonomi sebelum dan sesudah mengikuti program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) adalah dengan menggunakan metode uji Beda dua rata –rata Sampel Berpasangan ( T – Test berpasangan ) dengan alat Bantu SPSS 17 .

Adapun variabel – variabel dari dampak Ekonomi tersebut adalah :

- Total Pendapatan

- Pengeluaran Usaha Tani

- Penyerapan Tenaga Kerja

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa Total Pendapatan, Pengeluaran Usaha Tani, Penyerapan Tenaga Kerja sebelum dan sesudah adanya program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) ( Lampiran 8 - 13 ).

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan SPSS terhadap dampak ekonomi sebelum dan sesudah program PUAP ( Lampiran 14 – 16 ). Dari hasil metode uji Beda dua rata – rata Sampel Berpasangan ( T – Test Berpasangan ) dapat dilihat pada Tabel berikut :


(57)

Tabel 11. Hasil Uji Beda dua rata–rata Sampel Berpasangan( T-test Berpasangan ) terhadap dampak ekonomi (dalam rataan) masyarakat penerima program PUAP No Dampak Ekonomi Jumlah HasilUji t Keterangan

Sebelum Sesudah

1 Total Pendapatan 6,257,933 7,429,817 ± 2,090 Terdapat Perbedaan 2 Pengeluaran Usaha 1,988,067 2,195,183 ± 2,658 Terdapat

Tani Perbedaan

3 Penyerapan Tenaga 12,53 12,63 ±1,00 Tidak

Kerja Terdapat

Perbedaan (Sumber : Lampiran 8 – 13)

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji Beda dua rata – rata Sampel Berpasangan ( T-test Berpasangan ) untuk uji dua pihak, untuk α = 0,05, maka 1 – α = 0,95, df = 29. Dengan demikian, nilai t dengan dengan 29 derajat bebas yang di sebelah kanannya terdapat daerah seluas 0,05 adalah ta = 1,699. karena sebaran t setangkup di sekitar nilai tengah nol, maka t 1-a = - t a ; jadi, nilai t yang ada di sebelah kanannya seluas 1 – α dan di sebelah kirinya terdapat daerah

seluas α. Untuk sebaran t dengan 29 derajat bebas, berarti t 0,95 = - t 0,05 = 1,699. Ini berarti sebuah sebaran normal akan jatuh antara -1,699 dan 1,699 dengan peluang sebesar 0,95 ( Wallpole, 1997 ).

α α

t 1-a = - t a 0 ta


(58)

Berdasarkan pada hasil metode uji Beda dua rata – rata sampel Berpasangan (T–test berpasangan ) terhadap dampak ekonomi dalam hal Total Pendapatan

diperoleh signifikansi (0,045) <

α

(

0,005) dimana t hitung = ± 2,090 > t tabel = ± 1,699, maka H0 ditolak, terima H1. Terdapat perbedaan Total Pendapatan sebelum dan sesudah adanya program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan( PUAP ). Dengan demikian, program PUAP berhasil dalam meningkatkan Total Pendapatan masyarakat penerima program yaitu para petani menjadi lebih berinovasi dalam berusaha tani dalam hal pemilihan benih yang lebih berkualitas dan perawatan yang lebih baik daripada sebelumnya, sehingga dengan demikian hasil yang diperoleh pun lebih banyak dan dapat dijual dengan harga yang lebih tiggi sehingga pendapatan petani pun semakin meningkat sesudah adanya program.

Berdasarkan pada hasil metode uji Beda dua rata – rata sampel Berpasangan (T–test berpasangan ) terhadap dampak ekonomi dalam hal Pengeluaran Usaha

Tani diperoleh signifikansi (0,013) <

α

(0,005) dimana

t hitung = ± 2,658 > t tabel = ± 1,699, maka H0 ditolak, terima H1. Terdapat perbedaan Pengeluaran Usaha Tani sebelum dan sesudah adanya program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedasaan ( PUAP ). Seperti halnya pendapatan yang meningkat akibat adanya PUAP, Pengeluaran pun tentu meningkat karena harga benih yang lebih mahal, dosis pupuk yang lebih banyak, Herbisida yang dipakai pun lebih banyak, Tenaga Kerja dan perawatan lain yang membutuhkan banyak biaya sehingga pengeluaran Usaha Tani pun semakin meningkat.


(59)

Berdasarkan pada hasil metode uji Beda dua rata – rata sampel Berpasangan (T – test berpasangan) terhadap dampak ekonomi dalam hal Penyerapan Tenaga

Kerja diperoleh signifikansi (0,00) <

α

(0,005) dimana

t hitung = -1,00 < t tabel = ± 1,699, maka H1 ditolak, terima H0. Tidak Terdapat perbedaan dalam Penyerapan Tenaga Kerja sebelum dan sesudah adanya program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedasaan ( PUAP ). Hal ini disebabkan karean penggunaan Tenaga Kerja sebelum dan sesudah PUAP sama, karena lahan yang dimiliki petani luasnya tetap sehingga tidak membutuhkan lebih banyak tenaga kerja.

Dari hasil keterangan dapat diketahui bahwa program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) dapat memberikan peningkatan di bidang ekonomi terhadap Total Pendapatan, Pengeluaran Usaha Tani, dan Penyerapan Tenaga Kerja bagi masyarakat penerima program di desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat.


(60)

5.3 Masalah – masalah lain yang berkembang selain masalah sosial dan

ekonomi sesudah program Pegembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) di desa Durian Lingga

Masalah lain yang dihadapi para petani di Desa Durian Lingga ini ialah harga pasar yang tidak stabil, sulitnya mengendalikan harga yang membuat para petani menjadi resah. Program PUAP memberikan bantuan modal sehingga dapat digunakan dalam pengembangan usaha, namun tidak dalam penentuan harga karena hal tersebut merupakan wewenang Pemerintah. Harga yang berfluktuasi dengan harga maksimal yang bisa mencapai Rp.2200,-/kg membuat petani mengalami keuntungan yang besar apabila musim panen bertepatan dengan harga yang tinggi, tetapi apabila harga mengalami penurunan hingga Rp.1100,-/kg maka petani akan mengalami kerugian karena biaya produksi tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh. Tetapi ada kalanya, petani dapat mengalami suatu keadaan seimbang dimana biaya produksi sebanding dengan harga jual. Hanya masalah harga sajalah yang menjadi masalah utama yang tidak dapat terpecahkan sebelum dan sesudah adanya program PUAP.


(61)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

15.Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) merupakan bantuan

modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran dan diberikan dengan terlebih dahulu menyelesaikan Rencana Usaha Brsama ( RUB ) dan diserahakan secara bertahap mulai dari Penyuluh Pendamping samapai Tingkat Pusat. Setelah memenuhi semua persyaratan, maka akan dikirim ke rekening Gapoktan sebesar Rp.100 juta dan dana tersebut dikelola oleh Gapoktan masing – masing.

16.Dana BLM PUAP merupakan dana bergulir artinya pemakaiannya dapat

dilakukan berulang – ulang, setelah dikembalikan kepada Gapoktan kemudian dapat dipinjam kembali dengan membuat proposal baru mengenai jenis usaha yang akan diusahakan.

17.Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) dapat

memberikan peningkatan di bidang sosial terhadap Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat, Partisipasi Masyarakat, Kemandirian Masyarakat dan Dinamika Kelompok bagi masyarakat penerima program di desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat.

18.Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) dapat

memberikan peningkatan di bidang ekonomi terhadap Total Pendapatan, Pengeluaran Usaha Tani, dan Penyerapan Tenaga Kerja bagi masyarakat


(62)

penerima program di desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat.

19.Masalah harga yang tidak stabil ( berfluktuasi ) di Desa Durian Lingga

merupakan masalah lain yang harus diatasi agar dapat lebih meningkatkan produktivitas di Desa tersebut.

6.2 Saran

1. Pemerintah hendaknya lebih tegas dalam menentukan standard harga sehingga petani tidak menjadi resah akibat harga yang tidak stabil.

2. Pemerintah daerah harus terus memantau perkembangan program PUAP

tersebut karena terbukti dengan adanya program tersebut masyarakat sangat terbantu dalam hal modal agar modal awal PUAP tersebut dapat terus dimanfaatkan.

3. Penyuluh Pendamping harus lebih aktif lagi dalam memotivasi masyarakat

petani agar lebih maju dalam berusaha tani.

4. Masyarakat penerima program, agar memanfaatkan pemberian modal ini


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimousa .2010. Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan.

Anonimousb .2010. Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan.

Anonimousc .2010

BPS. 2009. Berita Resmi Statistik. Penerbit Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

BPS. 2009. Langkat Dalam Angka. Penerbit Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

Departemen Pertanian. 2009. Pedoman Umum : Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ). Jakarta : Deptan Press.

Departemen Pertanian. 2009. Petunjuk Tenis Penyaluran dan Pemanfaatan Dana BLM PUAP . Jakarta : Deptan Press.

Elizabeth,R. 2007. Fenomena Sosiologis Metamorphosis Petani : Ke Arah Keberpihakan Pada Masyarakat Petani Pedesaan yang Terpinggirkan Terkait Konsep Ekonomi Kerakyatan. Forum Agro Ekonomi ( FAE ) Vol.25 Juli 2007. PSE-KP. Bogor

Pasaribu, B. 2006. Poverty Profile and The Alleviation Programme in indonesia. Paper Presented on “ Asian Regional Seminar on Poverty Alleviation ”, Held by AFPPD and IFAD, 5-6 April. Hanoi, Vietnam.

Sumodiningrat, G. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan JPS. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sunyoto,U,Dr. 2004. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta.

Suryabrata,S,BA,Drs,Ed.S,Ph.D. 2008 Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.


(64)

Suryana, A. 2005. Kebijakan Pengembangan IPTEK dalam mendukung Pembangunan Pertanian. Prosiiding : Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Berwawasan Agribisnis Mendukung Pembangunan Pertanian Wilayah Kepulauan. 22 – 25 November 2005. Universitas Pattimura.

Wallpole, R.E .1997. Pengantar Statistik Edisi ke – 3. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.


(1)

Berdasarkan pada hasil metode uji Beda dua rata – rata sampel Berpasangan (T – test berpasangan) terhadap dampak ekonomi dalam hal Penyerapan Tenaga

Kerja diperoleh signifikansi (0,00) <

α

(0,005) dimana

t hitung = -1,00 < t tabel = ± 1,699, maka H1 ditolak, terima H0. Tidak Terdapat

perbedaan dalam Penyerapan Tenaga Kerja sebelum dan sesudah adanya program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedasaan ( PUAP ). Hal ini disebabkan karean penggunaan Tenaga Kerja sebelum dan sesudah PUAP sama, karena lahan yang dimiliki petani luasnya tetap sehingga tidak membutuhkan lebih banyak tenaga kerja.

Dari hasil keterangan dapat diketahui bahwa program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) dapat memberikan peningkatan di bidang ekonomi terhadap Total Pendapatan, Pengeluaran Usaha Tani, dan Penyerapan Tenaga Kerja bagi masyarakat penerima program di desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat.


(2)

5.3 Masalah – masalah lain yang berkembang selain masalah sosial dan

ekonomi sesudah program Pegembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) di desa Durian Lingga

Masalah lain yang dihadapi para petani di Desa Durian Lingga ini ialah harga pasar yang tidak stabil, sulitnya mengendalikan harga yang membuat para petani menjadi resah. Program PUAP memberikan bantuan modal sehingga dapat digunakan dalam pengembangan usaha, namun tidak dalam penentuan harga karena hal tersebut merupakan wewenang Pemerintah. Harga yang berfluktuasi dengan harga maksimal yang bisa mencapai Rp.2200,-/kg membuat petani mengalami keuntungan yang besar apabila musim panen bertepatan dengan harga yang tinggi, tetapi apabila harga mengalami penurunan hingga Rp.1100,-/kg maka petani akan mengalami kerugian karena biaya produksi tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh. Tetapi ada kalanya, petani dapat mengalami suatu keadaan seimbang dimana biaya produksi sebanding dengan harga jual. Hanya masalah harga sajalah yang menjadi masalah utama yang tidak dapat terpecahkan sebelum dan sesudah adanya program PUAP.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

15.Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) merupakan bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran dan diberikan dengan terlebih dahulu menyelesaikan Rencana Usaha Brsama ( RUB ) dan diserahakan secara bertahap mulai dari Penyuluh Pendamping samapai Tingkat Pusat. Setelah memenuhi semua persyaratan, maka akan dikirim ke rekening Gapoktan sebesar Rp.100 juta dan dana tersebut dikelola oleh Gapoktan masing – masing.

16.Dana BLM PUAP merupakan dana bergulir artinya pemakaiannya dapat dilakukan berulang – ulang, setelah dikembalikan kepada Gapoktan kemudian dapat dipinjam kembali dengan membuat proposal baru mengenai jenis usaha yang akan diusahakan.

17.Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) dapat memberikan peningkatan di bidang sosial terhadap Adopsi Teknologi, Keterampilan Masyarakat, Partisipasi Masyarakat, Kemandirian Masyarakat dan Dinamika Kelompok bagi masyarakat penerima program di desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat.

18.Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) dapat memberikan peningkatan di bidang ekonomi terhadap Total Pendapatan, Pengeluaran Usaha Tani, dan Penyerapan Tenaga Kerja bagi masyarakat


(4)

penerima program di desa Durian Lingga Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat.

19.Masalah harga yang tidak stabil ( berfluktuasi ) di Desa Durian Lingga merupakan masalah lain yang harus diatasi agar dapat lebih meningkatkan produktivitas di Desa tersebut.

6.2 Saran

1. Pemerintah hendaknya lebih tegas dalam menentukan standard harga sehingga petani tidak menjadi resah akibat harga yang tidak stabil.

2. Pemerintah daerah harus terus memantau perkembangan program PUAP tersebut karena terbukti dengan adanya program tersebut masyarakat sangat terbantu dalam hal modal agar modal awal PUAP tersebut dapat terus dimanfaatkan.

3. Penyuluh Pendamping harus lebih aktif lagi dalam memotivasi masyarakat petani agar lebih maju dalam berusaha tani.

4. Masyarakat penerima program, agar memanfaatkan pemberian modal ini dengan sebaik – baiknya dalam berusaha tani.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimousa .2010. Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan.

Anonimousb .2010. Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan.

Anonimousc .2010

BPS. 2009. Berita Resmi Statistik. Penerbit Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

BPS. 2009. Langkat Dalam Angka. Penerbit Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

Departemen Pertanian. 2009. Pedoman Umum : Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ). Jakarta : Deptan Press.

Departemen Pertanian. 2009. Petunjuk Tenis Penyaluran dan Pemanfaatan Dana BLM PUAP . Jakarta : Deptan Press.

Elizabeth,R. 2007. Fenomena Sosiologis Metamorphosis Petani : Ke Arah Keberpihakan Pada Masyarakat Petani Pedesaan yang Terpinggirkan Terkait Konsep Ekonomi Kerakyatan. Forum Agro Ekonomi ( FAE ) Vol.25 Juli 2007. PSE-KP. Bogor

Pasaribu, B. 2006. Poverty Profile and The Alleviation Programme in indonesia. Paper Presented on “ Asian Regional Seminar on Poverty Alleviation ”, Held by AFPPD and IFAD, 5-6 April. Hanoi, Vietnam.

Sumodiningrat, G. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan JPS. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sunyoto,U,Dr. 2004. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta.

Suryabrata,S,BA,Drs,Ed.S,Ph.D. 2008 Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.


(6)

Suryana, A. 2005. Kebijakan Pengembangan IPTEK dalam mendukung Pembangunan Pertanian. Prosiiding : Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Berwawasan Agribisnis Mendukung Pembangunan Pertanian Wilayah Kepulauan. 22 – 25 November 2005. Universitas Pattimura.

Wallpole, R.E .1997. Pengantar Statistik Edisi ke – 3. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.