500 1000
1500 2000
2500
7 14
21 28
35
F E
C e
p g
Hari ke-
Kontrol IVM 12 dosis
IVM 1 dosis ABZ 12 dosis
ABZ 1 dosis Kombinasi
500 1000
1500 2000
2500
7 14
21 28
35
F E
C e
p g
Hari ke-
Kontrol IVM 12 dosis
IVM 1 dosis ABZ 12 dosis
ABZ 1 dosis Kombinasi
dan Metastrongyloidea. Pada ruminansia umumnya terinfeksi dari superfamili Strongyloidea dan Trichostrongyloidea.
3.1.2 FEC Domba yang Dikandangkan
FEC pada perlakuan kontrol menunjukkan adanya peningkatan jumlah telur nematoda gastrointestinal Gambar 2a. Penambahan jumlah telur pada hari ke-21
disebabkan karena diperlukan 18-21 hari untuk larva nematoda gastrointestinal berkembang menjadi cacing dewasa dan memproduksi telur Monnig 1950.
FEC pada perlakuan IVM ½ dosis mengalami peningkatan jumlah telur nematoda gastrointestinal. Menurut De Graef et al. 2013, konsentrasi di bawah
dosis dapat mengurangi bioavailabilitas antihelminth. Gambar 2 Faecal Egg Count FEC pada nematoda gastrointestinal a domba yang
dikandangkan, b domba yang digembalakan FEC pada perlakuan IVM 1 dosis menunjukkan adanya penurunan jumlah
telur nematoda gastrointestinal sampai level 0 pada hari ke-7 sampai 28. Keefektifan IVM terkait dengan cara pemberian antihelminth. Pemberian IVM 1
b a
dosis secara injeksi mampu menurunkan jumlah telur nematoda gastrointestinal daripada pemberian secara oral Maciel et al. 1996. Menurut Marriner et al.
1987, pemberian IVM secara injeksi menyebabkan waktu tinggalnya menjadi lebih lama sehingga konsentrasi obat dalam plasma menjadi tinggi sehingga
menyebabkan IVM mampu menghambat perkembangan larva Dash 1986. Selain itu, keefektifan IVM diduga karena belum intensifnya penggunaan IVM oleh
peternak untuk pengendalian nematoda gastrointestinal. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Yacob et al. 2009 menunjukkan bahwa IVM 1 dosis mampu
menurunkan jumlah telur Haemonchus sampai level 0 pada hari ke-7 sampai 21 karena jarangnya penggunaan IVM sebagai pengendali nematoda gastrointestinal.
FEC pada perlakuan ABZ ½ dosis mengalami peningkatan jumlah telur. Menurut Smith et al. 1999, pemberian antihelminth di bawah dosis yang
direkomendasikan memiliki waktu paruh obat yang lebih pendek. Angka kematian nematoda gastrointestinal disebabkan karena kerja antihelminth diwakili dengan
penurunan seketika di awal pemberian antihelminth. Hal ini diperkuat oleh De Graef et al. 2013 yang menyatakan bahwa konsentrasi di bawah dosis dapat
mengurangi bioavailabilitas antihelminth.
FEC pada perlakuan ABZ 1 dosis mengalami peningkatan jumlah telur nematoda gastrointestinal. Aktivitas ABZ 1 dosis yang tidak efektif dalam tubuh
domba diduga disebabkan karena hilangnya zat aktif selama proses metabolisme dalam saluran pencernaan. Menurut Alvarez et al 2000, keefektifan ABZ
ditentukan dengan sampainya zat aktif dari antihelminth pada nematoda gastrointestinal yang menjadi target. Pemberian antihelminth secara oral melewati
rute panjang, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum sehingga dimungkinkan zat aktif antihelminth tersebut hilang sebelum sampai di abomasum
sebagai target lokasi nematoda gastrointestinal.
FEC pada perlakuan kombinasi mengalami penurunan jumlah telur nematoda gastrointestinal. Sejalan dengan penelitian Entrocasso et al. 2008 yang
menunjukkan bahwa setelah pemberian kombinasi IVM dan ABZ terjadi penurunan jumlah telur nematoda gastrointestinal yang disebabkan adanya aksi
sinergis kedua antihelminth tersebut untuk melawan nematoda gastrointetsinal.
3.1.3 FEC Domba yang Digembalakan
FEC nematoda gastrointestinal masing-masing perlakuan dari sebelum perlakuan hari ke-0 dan setelah perlakuan hari ke-7 sampai 35 pada domba
yang digembalakan Gambar 2b. FEC pada perlakuan kontrol mengalami peningkatan jumlah telur, terutama pada hari ke-7 sampai 28. Interval waktu 21
hari merupakan waktu untuk larva nematoda gastrointestinal berkembang menjadi cacing dewasa dan memproduksi telur, yaitu antara 18-21 hari Anderson 2000.
FEC pada perlakuan IVM ½ dosis memperlihatkan adanya peningkatan jumlah telur nematoda gastrointestinal. Pemberian antihelminth di bawah dosis
yang direkomendasikan memiliki waktu paruh obat yang lebih pendek Smith et al. 1999, sehingga domba lebih mudah terkena reinfeksi nematoda
gastrointestinal.
FEC pada perlakuan IVM 1 dosis menunjukkan adanya penurunan jumlah telur nematoda gastrointestinal sampai level 0 pada hari ke-7 sampai 21 yang
diduga terkait dengan karakteristik utama dari IVM adalah bersifat lipofilik tinggi. Menurut Canga et al. 2009, IVM yang lipofiliknya tinggi menyebabkan senyawa