ini. Batangan grafit sebagai anoda harus digeser ke sludge yang lebih basah dan mendekati katoda agar elektroosmosis dapat terjadi kembali. Pergeseran elektroda
dilakukan sebanyak tiga kali dengan jarak setiap 20 cm. Perubahan arus yang fluktuatif terjadi selama proses elektroosmosis berlangsung. Perubahan arus ini dapat
disebabkan jarak antara anoda dan katoda dan nilai EC yang bervariasi. Arus maksimum yang dicapai sebesar 6.8 A pada 13320 menit.
Pengamatan terputusnya arus menjadi hal penting yang harus diperhatikan selama proses elektroosmosis karena mempengaruhi efesiensi waktu pengeringan
dengan elektroosmosis. Oleh sebab itu, saat arus sudah mendekati nol diperlukan pengamatan yang lebih intensif pada bagian anoda. Pengamatan seperti ini menjadi
kelemahan dari proses pengeringan sludge dengan elektroosmosis, karena belum ada waktu pasti yang dapat ditentukan untuk menggeser anoda ke arah katoda. Percobaan
ketiga terjadi reaksi elektroosmosis dan memberikan hasil yang terbaik dilihat dari efektivitas waktu pengeringan serta arus maksimum yang dicapai.
4.3 Perubahan Kadar Air
4.3.1 Perubahan Kadar Air dengan Teknologi Elektroosmosis
Proses pengeringan dengan teknologi elektroosmosis dapat terjadi pada tipe sludge TPA sehingga kadar air pada sludge ini dapat menurun. Kadar air pada sludge
diukur saat arus listrik terputus sesaat setelah pemindahan elektroda anoda mendekati elektroda katoda, untuk mengetahui kemampuan pengeringan secara
elektroosmosis yang terjadi sampai arus terputus. Kemampuan dewatering secara elektroosmosis ditunjukan dengan penurunan kadar air selama proses elektroosmosis.
Kadar air awal ditunjukkan grafik garis berwarna biru, dimana pengukurannya dilakukan pada sampel sludge di kotak perlakuan sebelum diberi perlakuan
elektroosmosis. Penurunan kadar air selama elektroosmosis ditunjukkan oleh grafik batang berwarna merah dan hijau yang diukur pada bagian yang paling dekat dengan
anoda sampai yang paling dekat dengan katoda. Perubahan kadar air ini disajikan pada Gambar 8 berikut ini
.
Gambar 8 Perubahan kadara air setelah elektroosmosis Gambar 8 menunjukkan perubahan kadar air Lampiran 4 pada kedalaman
yang berbeda yaitu pada permukaan lumpur dan pada kedalaman 10 cm, serta terjadi pemindahan elektroda grafit anoda kearah katoda sebayak 4 kali sejauh 20 cm
mendekati katoda pada setiap pemindahan. Kadar air awal sludge sebesar 1700 menjadi sekitar 1364-1009 bb pada sludge pada permukaan lumpur. Penurunan
kadar air pada lapisan permukaan mencapai kisaran antara 19.8 - 40.6. sedangkan pada kedalaman 10 cm yang kadar awal sludge sebesar 1700 turun menjadi sekitar
1487-1136 bb. Penurunan kadar air pada kedalaman 10 cm mencapai 12.5 - 33.2. Kedua gambar ini menunjukan bahwa dari yang paling dekat dengan anoda
sampai yang paling dekat dengan katoda mengalami penurunan baik pada lapisan permukaan ataupun pada lapisan pada kedalaman 10 cm. Namun jika dibandingkan
antara kedalaman penurunan kadar air terbesar terdapat pada permukaan sludge karena pada permukaan sludge dapat dipengaruhi dari faktor lingkungan seperti
penguapan. Perbedaan penurunan antara kadar air dipermukaan dengan kadar air pada kedalaman 10 cm dapat mencapai 8.
Arus yang terputus disebabkan oleh arus listrik yang mengakibatkan terdorongnya kation-kation kearah mendekati katoda sehingga electroconductivity
pada anoda akan semakin menurun sehingga arus lebih cepat terputus. Arus yang terputus pada saat dewatering secara elektroosmosis tersebut menjadi penghambat
penurunan kadar air yang lebih maksimal pada proses ini.
Penurunan kadar air pada sludge juga terlihat secara visual dari menyusutnya volume sludge serta keluarnya efluen leachate, namun penurunan kadar air yang
lebih maksimal dengan elektroosmosis terhambat karena arus yang terputus. Menurunnya kadar air selama elektroosmosis menunjukan bahwa elektroosmosis
dapat diterapkan pada sludge yang mengandung bahan organik tinggi, memiliki EC tinggi serta mengandung banyak kation.
250 500
750 1000
1250 1500
1750 2000
Kd a
ra A
ir b
b
Perubahan Kadar Air
kadar air permukaan lumpur
kadar air kedalaman 10 cm
kadar air awal
katoda anoda
4.3.2 Perbandingan Antara Perubahan Kadar Air Secara Pengeringan Udara dengan Metode Elektroosmosis
Perubahan kadar air dengan pengeringan udara pada Gambar 9 dengan data pada lampiran 5 secara alami ini juga dilakukan agar dapat dibandingkan dengan
perubahan kadar air dengan teknologi elektroosmosis. Pengeringan secara konvensional ini dilakukan dengan menggunakan ember dengan kedalaman yang
sama pada kotak bak percobaan dengan elektroosmosis yaitu 40 cm. Gambar 9 menunjukkan bahwa untuk menurunkan kadar air dari 1783 sampai 1165
penurunan kadar air mencapai 53 dari kadar awal membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 42 hari. Jika dibandingkan dengan menggunakan
pengeringan udara, teknologi elektroosmosis hanya membutuhkan waktu sekitar 11 hari yang awalnya kadar air 1700 sampai turun hingga 1000 penurunan kadar air
mencapai 70 dari kadar awal.
Gambar 9 Perubahan kadar air secara pengeringan udara dengan metode elektroosmosis
4.4 Volume Air yang Keluar Karena Proses Elektroosmosis Efluen