pada pemilihan jenisnya, dengan kata lain, faktor ini bukan alasan utama petani dalam menentukan pemilihan jenis, seperti disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Sikap petani pada pertimbangan faktor sosial budaya
Sub Faktor Persentase
Sangat Setuju
Setuju Ragu-ragu
Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju Turun
Temurun 57
40 3
Adat Istiadat
7 20
67 6
Pengaruh Masyarakat
13 43
27 17
Pengaruh Petani Lain
27 20
36 17
4.4.2 Faktor Ekonomi
Sub faktor yang dominan mendasari pemilihan jenis oleh petani dalam faktor ekonomi adalah jenis tersebut cepat menghasilkan, lalu kemudahan akses
petani terhadap pasar, dan kestabilan harga jual jenis tersebut, seperti disajikan pada Tabel 4. Hal ini senada dengan pemaparan Widiarti dan Mindawati 2006
terkait alasan yang mendasari petani dalam memilih jenis pohon kayu, antara lain 1 pertumbuhannya cepat, 2 pemasaran mudah, dan 3 harga cukup baik.
Pemaparan peneliti terdahulu lainnya yang juga senada adalah hasil penelitian Lubis 1997 terkait repong damar di Krui Lampung, yaitu faktor harga jual dan
akses pasar merupakan insentif ekonomi yang mendasari masyarakat untuk memilih jenis tanamannya sehingga dapat mempertahankan pengelolaan hutan
rakyat. Jenis pohon dengan pertumbuhan cepat, dipilih petani untuk diusahakan di hutan rakyatnya agar dapat segera dipanen untuk keperluan penting yang
mendesak, ketika penghasilan dari tanaman pertanian hasil agroforestri belum mencukupi memenuhi keperluan tersebut. Dengan memilih pohon dengan
pertumbuhan yang cepat, maka petani akan semakin cepat mendapatkan uang dari hasil penjualan kayu tersebut. Selain itu biaya yang dikeluarkan untuk memelihara
pohon tersebut juga berkurang baik biaya pemeliharaan berupa pupuk dan obat untuk hama dan penyakit, maupun biaya upah pekerja untuk melakukan
pemeliharaan.
Terlepas dari pertimbangan petani memilih jenis yang cepat menghasilkan, pada kenyataannya tetap ada petani yang memiliki jenis pohon lambat tumbuh.
Namun, petani yang memiliki jenis pohon dengan kriteria lambat tumbuh di lahan miliknya ini, semata-mata hanya menjadikan pohon tersebut sebagai pendapatan
sampingan untuk jangka panjang dan jumlah pohon tersebut hanya sedikit. Sebagian besar petani 73 menyatakan sangat setuju pada pertimbangan
memilih jenis pohon yang cepat menghasilkan untuk ditanam di lahan miliknya, 23 menyatakan setuju, dan 4 lainnya menyatakan ragu-ragu. Tidak ada
satupun petani yang menyatakan tidak setuju pada pertimbangan ini, artinya tujuan utama petani dalam memilih jenis pohon pada umumnya adalah agar dapat
memperoleh keuntungan keuangan sesegera mungkin. Hal ini dikuatkan oleh hasil penelitian Febryano 2008 yang menyatakan salah satu alasan petani dalam
pemilihan jenis tanaman adalah kecepatan jenis tersebut dalam berproduksi. Kemudahan akses petani terhadap pasar, menjadi salah satu pertimbangan
dominan bagi petani dalam menentukan jenis yang akan ditanam. Berdasarkan pemaparan petani, mereka membutuhkan jenis pohon yang dapat dengan mudah
dijual kapanpun mereka butuhkan, dan pada kenyataannya konversi pohon berdiri menjadi uang sangatlah mudah dan cepat. Sehingga petani memilih
mengusahakan jenis pohon yang umum dicari oleh pembeli. Petani merasa dimudahkan oleh tengkulak maupun pihak penggergajian kayu yang akan
membeli pohon di kebun mereka. Kondisi tersebut senada dengan uraian Suharjito 2002 pada penelitian di Desa Buniwangi-Sukabumi yang menyatakan bahwa
kemudahan pemasaran merupakan salah satu alasan utama pemilihan jenis tanaman yang diusahakan di kebun-talun, selanjutnya tengkulak dianggap dapat
menolong petani jika sewaktu-waktu petani membutuhkan uang. Lubis 1997 menyatakan bahwa fluktuasi harga yang tajam mempengaruhi
petani dalam memutuskan jenis tanaman yang akan dibudidayakan. Kondisi ini juga berlaku pada pengambilan keputusan jenis pohon oleh petani. Petani
memahami bahwasanya kestabilan harga jual suatu jenis pohon merupakan aspek yang penting dipertimbangkan. Petani umumnya tidak ingin mengambil resiko
dalam mengusahakan jenis pohon yang stabilitas harganya belum jelas, karena rentang periode penanaman bibit pohon sampai akhirnya dapat dijual
membutuhkan waktu bertahun-tahun. Berbagai kemungkinan perubahan kondisi pasar dan harga jual dapat terjadi selama rentang periode waktu tersebut. Jenis
tanaman yang baru diintroduksi dan menjadi trend di saat tertentu, belum dapat dipastikan harga jualnya tetap tinggi saat periode pemanenan. Petani lebih
memilih mengusahakan jenis yang sudah terbukti kestabilan harga jualnya. Aspek pertimbangan petani dalam menentukan jenis pohon yang
ditanamnya, lebih mengarah kepada bagaimana petani mendapatkan hasil yang besar dari penjualan pohon tersebut. Hal ini terlihat dari sub faktor yang dominan
mendasari pemilihan jenis oleh petani dalam faktor ekonomi, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Hal senada dinyatakan pada hasil penelitian Febryano
2008 terkait alasan petani di Desa Sungai Langka dalam pemilihan jenis tanaman di lahan hutan negara dan hutan milik, yaitu karena pendapatan uang.
Begitu pula dengan Krause dan Uibrig 2006 yang menjelaskan bahwa pengambilan keputusan oleh petani dalam pemilihan jenis tanaman ditentukan
oleh kegunaan dan pendapatan uang dari jenis tanaman. Pertimbangan batasan modal dan biaya pengelolaan tidaklah menjadi
pertimbangan yang dominan dalam pemilihan jenis pohon oleh petani. Artinya petani lebih memperhatikan keuntungan dari hasil penjualan pohon dari hutan
rakyat daripada mengkhawatirkan biaya produksi dari hutan rakyat tersebut. Kondisi ini antara lain dikerenakan kemudahan mendapatkan uang dalam
penjualan pohon dan kemudahan akses petani dalam memperoleh bibit dari membeli, cabutan, maupun bantuan pemerintah.
Petani di Desa Bojonggedang mendasari pemilihan jenis pada faktor ekonomi yang paling utama, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4, dimana persentase
petani yang menyatakan sangat setuju terhadap sub faktor ekonomi relatif banyak. Artinya dalam pemilihan jenis pohon, petani hutan rakyat selalu mengutamakan
kepentingan atau faktor ekonomi daripada kepentingan lain. Penelitian yang dilakukan di Desa Bojonggedang menunjukkan bahwa dalam melakukan
pemilihan jenis, petani selalu mempertimbangkan faktor ekonomi dari jenis yang akan ditanam sebagai pertimbangan utama, setelah itu disusul dengan
pertimbangan-pertimbangan dari faktor lain.
Tabel 4. Sikap petani pada pertimbangan faktor ekonomi
Sub Faktor Persentase
Sangat Setuju
Setuju Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Akses Pasar
67 30
3
Batasan Modal
3 17
20 60
Biaya Pengelolaan
10 37
30 23
Kestabilan Harga
40 53
7
Cepat Menghasilkan
73 23
4
4.4.3 Faktor Ekologis