IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. SELEKSI AWAL ISOLAT BAKTERI ASAM LAKTAT DENGAN
PENGUJIAN AKTIVITAS
ANTIMIKROBA TERHADAP
BAKTERI PATOGEN
Bakteri asam laktat BAL yang bersifat heterofermentatif dapat memproduksi senyawa antimikroba berupa asam organik asam laktat, asam format
dan asam asetat, diasetil, hidrogen peroksida, karbondioksida dan bakteriosin de Vuyst Vandamme 1994. Senyawa-senyawa ini bersifat antagonistik terhadap
mikroba yang berkerabat dekat maupun terhadap golongan di luar genusnya sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba lain termasuk bakteri patogen.
Tahap ini bertujuan menyeleksi BAL yang memiliki penghambatan tertinggi terhadap bakteri uji. BAL yang digunakan berjumlah 25 isolat, yaitu Lactobacillus
heterofermentatif A10, A17, A21, A33, R2, R3, R4, R5, R6, R7, R8, R29, dan R33, Leuconostoc R1, R9, dan R10, dan bakteri asam laktat heterofermentatif
isolat ASI lain yang belum diketahui jenisnya A5, A6, A11, A13, A25, A30, A32, A37, dan B2. BAL heterofermentatif menghasilkan senyawa antimikroba yang lebih
beragam dibandingkan BAL homofermentatif sehingga perlu dikaji senyawa antimikroba apa saja yang dihasilkan oleh BAL heterofermentatif ini. Isolat-isolat
BAL tersebut diisolasi dari ASI 31 ibu di Leuwi Liang Bogor oleh Nuraida et al 2008. Isolat-isolat BAL tersebut digolongkan sebagai heterofermentatif karena
diketahui dapat menghasilkan karbondioksida. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Gram positif Listeria monocytogenes, Staphylococcus aureus, dan Bacillus
cereus dan bakteri Gram negatif Salmonella thypimurium dan Escherichia coli.
Kelima bakteri uji tersebut dipilih karena mewakili bakteri patogen Gram positif dan Gram negatif yang sering terdapat pada makanan dan sering menyebabkan berbagai
penyakit pada manusia. Pengujian aktivitas antimikroba BAL terhadap bakteri uji dilakukan dengan
metode difusi agar atau sumur. Besarnya penghambatan dilihat dari diameter zona bening yang terbentuk di sekitar sumur yang diukur dengan satuan mm. Hasil
pengujian aktivitas antimikroba terhadap kelima bakteri uji dapat dilihat pada Gambar 2 dan untuk data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5-9.
Gambar 2 Aktivitas antimikroba BAL terhadap kelima bakteri uji
Keterangan : Garis putus-putus menunjukkan batas 10 isolat BAL yang memiliki diameter penghambatan tertinggi terhadap Listeria monocytogenes
yang akan digunakan pada tahap selanjutnya
0.0 2.0
4.0 6.0
8.0 10.0
12.0 14.0
16.0 A5
A6 A10
A11 A13
A17 A21
A25 A30
A32 A33
A37 B2
R1 R2
R3 R4
R5 R6
R7 R8
R9 R10
R29 R33
Diameter Penghambatan mm I
s o
l a
t B
A L
S. thypimurium E. coli
B. cereus S. aureus
L. monocytogenes
Aktivitas penghambatan terhadap bakteri Listeria monocytogenes berkisar antara 8.2-14 mm. Aktivitas penghambatan terhadap bakteri Staphylococcus aureus
berkisar antara 0-10 mm. Aktivitas penghambatan terhadap bakteri Bacillus cereus berkisar antara 0-5.8 mm. Aktivitas penghambatan terhadap bakteri Escherichia coli
berkisar antara 0-5.5 mm. Aktivitas penghambatan terhadap bakteri Salmonella thypimurium
berkisar antara 0-6.9 mm. Penghambatan terhadap bakteri Gram positif L. Monocytogenes dan S.
aureus lebih besar dibandingkan bakteri Gram negatif E. coli dan S. thypimurium.
Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan pada senyawa penyusun struktur dinding sel, dimana pada bakteri Gram positif dinding selnya mengandung lipid yang rendah,
yaitu 1-4 , sedangkan pada bakteri Gram negatif terdapat kandungan lipid yang lebih tinggi, yaitu 11-22 . Asam-asam organik yang terdisosiasi bersifat tidak larut
lemak polar sehingga lebih sulit menembus dinding sel bakteri Gram negatif yang kandungan lemaknya lebih tinggi daripada dinding sel bakteri Gram positif. Selain
itu, dinding sel bakteri Gram positif hanya berlapis tunggal peptidoglikan, sedangkan pada Gram negatif berlapis tiga peptidoglikan, lipopolisakarida, dan
lipoprotein Pelezar dan Chan, 1993. Penyebab lainnya adalah karena BAL menghambat bakteri yang memiliki kekerabatan dekat dengannya, sehingga BAL
yang bersifat Gram positif lebih mudah menghambat bakteri yang bersifat Gram positif pula. Tetapi terdapat pengecualian terhadap bakteri Gram positif B. cereus
yang memiliki aktivitas penghambatan lebih kecil dibandingkan dengan bakteri uji lainnya, termasuk bakteri Gram negatif. Hal ini kemungkinan dikarenakan B. cereus
dapat membentuk spora sehingga lebih resisten terhadap senyawa antimikroba. Bacillus cereus
adalah bakteri Gram positif dengan flagella peritrichous, berbentuk batang, membentuk spora, endospora berbentuk oval, kemoorganotrof, dan
umumnya katalase positif Holt et al., 1994. Senyawa antimikroba yang mungkin menghambat pada tahap ini adalah
asam-asam organik dan bakteriosin. Karbondioksida, etanol, diasetil, dan hidrogen peroksida kemungkinan dihasilkan, namun tidak dapat menghambat bakteri uji
karena jumlahnya tidak signifikan. Karbondioksida hanya menghambat pada konsentrasi tinggi Lindgren, 1990, sedangkan pada tahap ini karbondioksida dapat
hilang karena dilakukan pada kondisi aerob sehingga tidak dapat menghambat bakteri uji. Etanol juga tidak dihasilkan secara signifikan karena inkubasi BAL
dilakukan pada kondisi aerob. Adanya oksigen dapat mengaktifkan NADH oksidase yang menghambat pembentukan etanol Salminen et al., 2004. Diasetil banyak
diproduksi apabila terjadi metabolisme sitrat yaitu sitrat dikonversi melalui piruvat menjadi diasetil. Pembentukan diasetil dihambat ketika terjadi metabolisme heksosa
Salminen et al., 2004, sehingga kemungkinan diasetil tidak dihasilkan secara signifikan pada tahap ini dan tidak dapat menghambat bakteri uji. Diasetil memiliki
sifat antimikroba hanya pada konsentrasi yang tinggi, sedangkan pada konsentrasi yang rendah tidak efektif karena dapat dihancurkan oleh beberapa mikroorganisme
Ray dan Daeschel, 1992. Hidrogen peroksida bersifat bakterisidal pada konsentrasi 20-22 µgml, sedangkan produksinya pada media pepton seperti media MRS cair
hanya 8-9 µgml setelah diinkubasi selama 2 hari pada suhu 30
o
C sehingga tidak dapat menghambat bakteri uji Ray dan Daeschel, 1992. Selain itu, bakteri uji yang
digunakan bersifat katalase positif sehingga dapat menguraikan hidrogen peroksida.
B. SELEKSI