2.
lindungi agregat dari kemungkinan terjadinya segregasi pemisahan butir akibat pengangkutan
dan penimbunan. 3. Penimbunan agregat dalam silo, dasar silo
dibuat miring tidak kurang dari 50° kearah tengah sehingga agregat dapat dikeluarkan dari bagian
tengah silo. 4.Bila agregat ditimbun dari ban berjalan atau
tempat yang tinggi perlu dijaga : a.
Terpisahnya butiran yang kecil akibat hembusan angin,
b. Jika perlu buat corong, bagian dalamnya dibuat sekatan agar butiran agregat tidak mengelompok.
E.SIFAT – SIFAT AGREGAT 1. Ditinjau dari Bentuk Butir
Agregat alamiah maupun batu pecah ditinjau dari bentuknya dapat digolongkan ke dalam berikut :
a. Bulat penuh maupun bulat telor, bentuk ini biasa
ditemukan pada pasir dan kerikil yang berasal dari sungai atau pantai.
b. Bersudut, bentuk ini tidak beraturan, mempunyai
sudut-sudut yang tajam dan permukaannya kasar, seperti batu pecah hasil pemecahan berbagai
jenis batuan.
c. Pipih, yaitu tebalnya kurang dari sepertiga
lebarnya.
d. Memanjang, yaitu panjangnya lebih dari tiga kali
lebarnya.
e. Pipih dan memanjang, yaitu panjangnya jauh
melebihi lebarnya dan lebarnya jauh melebihi tebalnya.
45
2. Ditinjau dari Keadaan Permukaan
Keadaan permukaan agregat mempengaruhi sifat ikatan pasta semen dengan agregat, hal ini
penting terhadap kekuatan beton, permukaan kasar atau berpori mengikat lebih baik dari pada
permukaan licin. Agregat yang berbentuk bulat, luas permukaannya lebih kecil dari pada yang
berbentuk pipih dan memanjang. Permukaan pipih dan memanjang akan banyak
membutuhkan air dalam pembuatan beton, karena rongga-rongga yang harus diisi pasta semen akan
lebih banyak. Disamping itu permukaan pipih dan memanjang akan mudah patah selama proses
pengadukan beton, akibatnya gradasi butiran dapat berubah dengan tidak dikehendaki. Keadaan
permukaan agregat dapat dinyatakan sebagai berikut:
a. Permukaan Mengkilat Seperti gelas, diantaranya
flint hitam, dan obsidian
b. Permukaan Licin berbutir halus seperti kerikil
sungai, chert, batu lapis marmar dan beberapa rhyolite.
c. Permukaan Berbutir, batuan ini menunjukkan adanya
butir-butir bulat yang merata, seperti endapan batu pasir, dan olite.
d. Permukaan Kasar, tampak jelas bentuk kristalnya
seperti : basalt, felsite, prophiry dan batu kapur.
e. Permukaan Berkristal, batuannya mempunyai susunan
kristal yang mudah terlihat, seperti granite, gabro, dan gneiss.
46
f. Berpori dan berongga, seperti batu apung, batu
klinker, tanah liat yang dikembangkan dan batuan dari lahar gunung api.
F. METODA PENGAMBILAN SAMPEL AGREGAT
1. Tujuan : Dapat melakukan pengambilan sampel
Agregat dengan benar sesuai prosedur yang berlaku.
2. Alat da Bahan yang diperlukan
Alat :
Gerobak dorong,
SkopCangkul
Ember kapasitas 5 liter,
Sendok beton,
Timbangan ketelitian 1 gram,
Splitter
Bahan:
Agregat halus dan
Agregat kasar
3. Langkah Kerja
Cara Pertama
1. Siapkan Splitter dengan dua tampah pada kiri kanannya
2. Masukkan Agregat halus atau kasar secara sendiri-sendiri ke dalam Splitter.
3. Agregat halus atau kasar sudah terbagi dan masukkan dalam tampah ambil salah
satu tampah untuk contoh uji. 4. Ambil agregat halus atau kasar sesuai
syarat sampel uji dan simpan dalam wadah tertutup rapat.
47