BAHAN MERUGIKAN DALAM AGREGAT.

SIFAT AGREGAT BETON A. Porositas dan Daya Serap Air Agregat Semua batuan mengandung pori atau rongga yang terjadi pada proses pembentukan batuan tersebut, dimana rongga atau pori ini sangat bervariasi baik besar kecilnya maupun jumlahya, ada yang tidak dapat dilihat kecuali menggunakan kaca pembesar. Jumlah volume rongga atau pori yang terdapat dalam batuan disebut porositas dan dinyatakan dalam persen terhadap vulume batunya. Porositas dalam agregat sangat erat hubungannya dengan berat jenis, daya serap air, sifat kedap air, modulus elastisitas, ketahanan aus dan stabilitas terhadap zat kimia dari beton yang akan dibuat. Jika semua pori terisi oleh air, tapi keliling permukaan agregat kering keadaan ini disebut Jenuh Kering Muka Saturated Surface Dry. Namun jika sebagian air dibiarkan mengeringmenguap sehingga tidak jenuh lagi, maka keadaan ini disebut Kering Udara. Sedangkan jika dikeringkan dengan dapur pemanas Oven sampai semua airnya menguap maka disebut kering mutlak. Jumlah air yang terdapat dalam agregat dari keadaan kering mutlak sampai keadaan jenuh kering muka disebut air yang diserap dan dinyatakan dalam persen. Air yang mengisi seluruh permukaan agregat yang sudah jenuh disebut air bebas.

B. BAHAN MERUGIKAN DALAM AGREGAT.

Agregat kasar maupun agregat halus terutama yang berasal dari alam sering dicemari oleh beberapa macam bahan yang dapat berpengaruh jelek terhadap beton, diantaranya adalah : 69

1. Zat organik.

Zat organik banyak terdapat dalam agregat halus pasir, merupakan hancuran tumbuh-tumbuhan berupa humus dan lumpur terutama asam tanin dan derivatnya. sedangkan agregat kasar boleh dikatakan tidak mengandung zat organik. Tidak semua zat organik berpengaruh jelek terhadap beton, sehingga perlu diperiksa ada tidaknya zat organik yang mersak sifat- sifat beton. Cara kolorimetrik menurut standard Industri 0077 – 75, digunakan sebagai petunjuk, apakah pengujian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh zat organik terhadap beton.

2. Tanah liat, Lumpur dan debu.

Tanah liat yang sering terdapat dalam agregat mungkin berbentuk gumpalan atau lapisan yang menutupi permukaan butiran agregat. Tanah liat pada permukaan butiran agregat akan mengurangi kekuatan ikatan antara pasta semen dan agregat, sehingga akan mempengaruhi kekuatan dan ketahanan beton. Gumpalan tanah liat akan hancur dalam pengadukan pada waktu pembuatan beton. Tanah liat akan menyerap banyak air dan dapat mempertinggi jumlah air pengaduk dalam pembuatan beton. Lumpur dan debu yang berukuran antara 0,002 mm dan 0,006 mm 2 – 6 micron dapat menutupi permukaan butiran agregat dan memperlemah ikatan pasta semen dengan agreagat sehingga mengurangi kekuatan betonnya, karena pengaruh jelek ini maka jumlahnya dalam agregat tidak boleh lebih dari 5 untuk agregat halus dan 1 untuk agregat kasar. 70

3. Garam chlorida dan sulfat.

Pasir pantai atau muara sungai yang berhubungan dengan air laut, kemungkinan mengandung garam chlorida dan sulfat antara lain Na, Mg, Ca, Chlorida Na dan Mg sulfat, garam ini dapat dihilangkan dengan cara mencuci pasirnya dengan air tawar, jika tidak dihilangkan dapat merusak beton, chlorida mengakibatkan baja tulangan menjadi berkarat, sehingga tidak berfungsinya tulangan didalam konstruksi. Sedangkan garam sulfat, terutama garam Mg sulfat sangat agresif terhadap semen yang reaksinya dengan semen menghasilkan senyawa-senyawa yang volumenya mengembang menyebabkan beton menjadi rusak. Disamping itu agregat dari pantai juga mengandung kulit kerang dan jika kadar kulit kerangnya cukup tinggi dapat berakibat lebih rendahnya kekuatan dan ketahanan beton.

4. Partikel-partikel yang tidak kekal.

Didalam agregat ada kemungkinan terdapat partikel- partikel yang ringan, lunak dan dapat berubah komposisinya atau hancur. Partikel yang ringan dapat berupa arang, kayu dan mika. Partikel yang lunak yaitu Lumpur dan tanah liat yang mengeras, namun jika terendam air akan mengembang kemudian pecah. Partikel yang ringan dan lunak ini akan mengurangi kekuatan dan ketahanan beton dan menambah kebutuhan air pencapur waktu pembuatan beton. 71

5. Sifat Kekal Agregat.

Sifat kekal agregat adalah kemampuan agregat untuk menahan terjadinya perubahan volume yang belebihan karena adanya perubahan kondisi fisik, kondisi fisik yang dapat menimbulkan perubahan volume butiran agregat ialah kondisi antara beku dan mencair, perubahan panas pada suhu di atas titik beku, kondisi basah dan mengering berganti-ganti atau perubahan bentuk yang terjadi akibat perubahan cuaca. Agregat dikatakan tidak kekal, jika perubahan volumebentuk yang terjadi, karena perubahan kondisi fisik tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada beton. Kerusakan yang terjadi seperti kerutan-kerutan setempat, retak-retak pada permukaan pecah-pecah yamg agak dalam, sampai kepada yang berbahaya pada beton. Sifat tidak kekal bisa ditimbulkan oleh adanya chert yang porous, lempeng dan tanah liat atau mineral sejenisnya yang terdapat di antara lapisan batuan atau mengisi sebagian volume butiran agregat. Pori- pori yang terdapat dalam agregat maupun mineral- minera ini dapat meneruskan air masuk membasahi agregat atau keluar dari agregat pada proses pengeringan.

6. Reaksi Alkali-Agregat.

Reaksi alkali agregat adalah reaksi antara alkali Na 2 dan K 2 O dalam semen atau dari luar dengan silica aktif yang terkandung dalam agregat. Silika yang aktip adalah opal yang amorp, chalcedony and tridymite. Reaksi terjadi antara alkali hidroksida yang berasal dari alkali dalam semen dengan silica aktif 72 dalam agregat, membentuk alkali-silika gel dipermukaan agregat. Gel ini besifat mengikat air lalu mengembang volumenya. Tekanan yang timbul oleh berkembangnya volume gel mengakibatkan retak atau pecah pada beton. Reaksi ini terjadi kalau beton atau adukan berada dalam lingkungan basah, tanpa adanya air reaksi tidak akan berlangsung.

7. Sifat-Sifat Thermal.

Ada tiga sifat thermal agregat yang berpengaruh kepada sifat beton : 1. Koefisien pengembangan linear 2. Panas jenis 3. Daya hantar panas Panas jenis dan daya hantar panas sangat erat hubungannya dengan beton massa dan beton untuk isolasi panas. Sedangkan sifat koefisien pengembangan linear dari agregat sangat berpengaruh terhadap beton yang mengalami kondisi suhu yang berubah-rubah. Jika sifat koefisien pengembangan linier antara agregat dan pasta semen jauh berbeda, maka akan terjadi gerakan thermal yang berbeda di dalam beton yang merusak ikatan antara agregat dan pasta semen, bila beton mengalami suhu yang jauh berbeda dan berganti-ganti antara panas dan dingin, sebaiknya agregat mempunyai koefisien pengembangan linear yang hampir sama dengan pasta semen, jika tidak maka akan besar kemungkinan terjadinya retakpecah pada beton. Besarnya koefisien pengembangan liniear agregat tergantung dari jenis batuannya dan juga pasta semen koefisiennya antara 11 x 10ֿ6 dan 16 x 10ֿ6 per ºC. 73 Tabel di bawah ini memberikan gambaran besarnya pengembangan linear karena pengaruh thermal bagi beberapa macam batuan. Tabel 12 KOEFISIEN PENGEMBANGAN LINIER PENGARUH THERMAL BATUAN Jenis Batuan Koefisien Pengembangan Linear X 10ֿ6 º C Granite Diorite,Andesit Gabbro,Diabas,Basalt Batu pasirsand stoner Dolomit Batu kapur Chert Marmer 1,8 sd 11,9 4,1 sd 10,3 3,6 sd 9,7 4,3 sd 13,9 6,7 sd 8,6 0,9 sd 12,2 7,4 sd 13,1 1,1 sd 16,0 Referesi : Teknologi Bahan 2 PEDC Bandung 1997 C. KADAR AIR AGREGAT 1. Tujan : Dapat menghitung banyaknya air yang terkandung dalam Agregat sesuai prosudur yang berlaku. 2. Alat dan Bahan yang diperlukan  Alat :  Sendok Semen  Mangkok porselinnikel,  Oven, Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr,  Kerucut terpancung lengkap dengan penumbuknya,  Kain lap, Ember dan tampah.  Corong  Kuas 74  Bahan :  Agregat halus 1.000 gr dan  Agregat Kasar 2.000 gr 3. Langkah Kerja  Agregat Halus Pasir 1. Ambil Pasir 3 x 100 gr masing-masing masukkan dalam mangkok porsellinnikel 2. Ketiga mangkok tersebut dimasukkan dalam oven dengan suhu 110º C ± 5º C selama 2 jam 3. Keluarkan dari oven, dinginkan dalam desikator supaya pendinginan tidak terpengaruh udara luar 4. Keluarkan dari desikator, timbang beratnya. 5. Pemanasan, pendinginan dan penimbangan dilakukan sampai berat pasir tidak berubah lagitetap, misal X gr. Cara lain untuk pengujian pasir sudah kering tetap :  Letakan potongan kaca di atas permukaan pasir yang dipanaskan selama ± 1 menit sembari diperhatikan permukaan kaca.  Apabila ada uap air yang menempel pada kaca, berarti pasir masih mengandung air, maka lanjutkan pemanasan.  Seandainya uap air tidak ada lagi yang menempel, pasir sudah kering tetap, maka dikeluarkan dan dingikan. Hitung kadar airnya : 100 100    x x ka 75  Pasir SSD : 1. Sisa pasir di atas direndam selama 24 jam 2. Keringkan perlahan-lahan sehingga didapatkan jenuh kering muka SSD dengan jalan : 3. Letakkan kerucut terpancung di atas tempat yang datar 4. Isi sepertiga bagian, tumbuk 8 kali 5. Isi sepertiga bagian lagi, tumbuk 8 kali 6. Isi penuh, dan tumbuk 9 kali jumlah semua tumbukan 25 kali 7. Ratakan permukaan pasir, bersihkan keliling kerucut, angkat kerucut tegak lurus. Pekerjaan ini dilakukan selama 10 menit. 8. Perhatikan keadaan pasir sesudah kerucut diangkat 9. Pasir tetap utuh seperti kerucut, berarti pasir masih dalam keadaan basah gambar 1 10. Teruskan pengeringan pasir sampai pasir rontok sebagian, berarti pasir sudah kering muka SSD gambar 2 11. Pasir rontok semua berarti pasir sudah kelewat SSD, pekerjaan harus diulangi lagi gambar 3 12. Pasir yang sudah SSD ambil 3 x 100 gr, masukkan dalam mangkok porselinnikel . Keringkan dalam oven sampai kering tetap, dinginkan dalam desikator, timbang beratnya misal y gr. 100 100    y y SSD ka Tabel 13 76 BLANKO KADAR AIR PASIR NYATA DAN “SSD CONDITION” No Perlakuan Pengujian Keterangan I II III 1 Berat semula 100 100 100 KA: 100  gTetap BeratKerin selisih 2 Berat kering tetap 3 Selisih 4 Berat SSD 100 100 100 5 Berat kering tetap 6 Selisih Referensi: Fhoto Dokumen 2009 Gambar 13.SET KERUCUT ABRAM 77 Referensi: Fhoto Dokumen 2009 Gambar 14. KERUCUT DIANGKAT KE ATAS Referensi: Fhoto Dokumen 2008 Gambar 15. PASIR TERCETAK BERARTI BASAH 78 Referensi: Fhoto Dokumen 2008 Gambar 16. PASIR RUNTUH BERARTI TERLALU KERING Referensi: Fhoto Dokumen 2009 Gambar 17. PASIR RUNTUH SEBAHAGIAN BERARTI KONDISI SSD  Kerikil Nyata 1. Timbang kerikil 3 x 250 gr 2. Masing-masing masukkan dalam mangkok porselinnikel 3. Keringkan dalam oven sampai kering tetap, dan dinginkan dalam desikator, timbang beratnya q gr. 79 4. Kadar air : 100 250    q q ka  Kerikil SSD 1. Ambil sisa kerikil di atas, rendam selama 24 jam 2. Setelah direndam, keluarkan dan letakkan di atas kain, lap kerikil tersebut hingga air yang menempel pada kerikil tidak menetes lagi, ini dinamakan sudah SSD 3. Ambil 3 x 250 gr masing-masing masukkan dalam mangkok porselinnikel 4. Keringkan dalam oven hingga kering tetap 5. Dinginkan dalam Desikator dan keluarkan, timbang beratnya,misal w gr 6. Kadar air : 100 250    w w ka Tabel 14 BLANKO KADAR AIR KERIKIL NYATA DAN “SSD CONDITION” No Perlakuan Pengujian Keterangan I II III 1 Berat semula 250 250 250 Kadar Air: 100  gTetap BeratKerin selisih 2 Berat kering tetap 3 Selisih 4 Kerikil SSD 250 250 250 5 Berat kering tetap 6 Selisih  KESIMPULAN Simpulkan hasil pengujian dan kaitkan dengan persyaratan kadar air agregat. D.PENGUJIAN KADAR LUMPUR PASIR DAN KERIKIL 80 1. TUJUAN :Setelah melakukan praktikum, praktekan dapat menghitung porsentase kadar lumpur yang terkandung dalam pasir dan kerikil. 2. ALAT DAN BAHAN  Alat : a. Bejana gelas Ø 10 cm dan tinggi 20 - 30 cm, Kayu pengaduk, Oven, Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr, Desikator, Ember, Sendok pasir kerikil, Mangkok porselinnikel, Ayakan dengan lubang 70 micron b. Bahan : Pasir 500 gr, Kerikil 1000 gr 3. LANGKAH KERJA.  Pasir 1. Ambil Pasir ± 500 gr masukkan dalam Oven dengan suhu 110 ºC ± 5, hingga kering tetap dinginkan dan timbang beratnya. 2. Lakukan pekerjaan ini sampai berat pasir tidak berubah lagi. Pasir yang sudah kering tetap timbang 3 x 100 gr masing-masing masukkan dalam gelas, rendam selama 60 menit. 3. Aduk dengan kayu pengaduk dan diamkan selama ± 1’, tumpahkan airnya, lakukan pekerjaan ini sampai air di atas permukaan pasir tidak keruh lagi. 4. Tuangkan pasir ke atas ayakan 70 micron 5. Ambil pasir dalam ayakan masukkan dalam cawan porselinnikel 6. Panaskan dalam oven sampai berat tetap 7. Dinginkan dan timbang beratnya, misal p gr 8. Kadar lumpur : 100 100 100    p kl  Kerikil 81 1. Ambil kerikil ±1000 gr, keringkan dalam oven dan dinginkan dan timbang beratnya. Lakukan pekerjaan ini sampai berat kerikil kering tetap. 2. Kerikil yang kering tetap ambil 3 x 250 gr masing-masing masukkan dalam tampah ember 3. Rendam sambil diaduk-aduk sehingga terpisah bagian partikel yang menempel, kemudian buang airnya. Lakukan pekerjaan ini sampai air pencuci kerikil bersih. 4. Tumapahkan air beserta kerikilnya ke atas saringan no.100 5. Ambil kerikil yang berada di atas saringan masukkan kedalam cawan porselin dan panaskan dalam oven sampai kering tetap. 6. Dinginkan dan timbang beratnya. Misal q gr 7. Maka kadar lumpurnya adalah : 100 250 250    q kl Tabel 15 BLANKO KADAR LUMPUR PASIR DAN KERIKIL No Jenis Perlakuan Pengujian Keterangan I II III 1 Berat pasir kering tetap 100 100 100 Kadar Lumpur : 100 100  selisih 2 Berat kering tetap setelah dicuci 3 Selisih 4 Berat kerikil kering tetap 250 250 250 5 Berat kering tetap setelah dicuci 6 Selisih  SIMPULAN 82 Simpulkan hasil pengujian dan kaitkan dengan persyaratan E PENGUJIAN ZAT ORGANIK PASIR 1. TUJUAN :Setelah melakukan praktikum, praktekan dapat menentukan kandungan zat organik dalam pasir. 2. PERALATAN DAN BAHAN  Alat : 1. Botol berskala 2. Skala warna 3. Tabung gelas 4. Corong 5. Kuas  Bahan : 1. Pasir 2. Soda api NaOH 3. Air Suling 3. LANGKAH KERJA 1. Siapkan alat dan bahan 2. Buat larutan soda api, yakni ambil tabung gelas, masukkan air murni sebanyak 97 gr. Tambahkan soda api seberat 3 gr. Tutup tabung gelas dan kocok sehingga soda api larut semuanya. 3. Masukkan pasir kedalam botol sebanyak 130 ccml 4. Tambahkan larutan soda api kedalam botol yang berisi pasir sampai botol berisi 200 cc. 5. Tutup botol dengan baik. 6. Kocok botol selama 10 menit lalu diamkan 24 jam. 7. Amati cairan yang berada di atas pasir dan bandingkan dengan warna standar ASTM C- 40 83 Referensi: Fhoto Dokumen 2009 Gambar 18.UJI ZAT ORGANIK PASIR Referensi: Fhoto Dokumen 2009 Gambar 19.HELLIGE TESTER FOR ASTM C-40 BAB VI 84 BUTIRAN AGREGAT A.SUSUNAN BUTIR AGREGAT Dalam teknologi beton, agregat beton secara garis besarnya terbagi dalam dua kelompok susunan butir yaitu: 1. Agregat halus, yang butirnya tembus ayakan ukurannya ≤ 5 mm 2. Agregat kasar, yang butirnya 5 mm Disamping itu, agregat dalam satu timbunan terdiri dari butiran-butiran dengan berbagai ukuran dari ukuran yang terkecil sampai yang terbesar. Bila butiran tadi kita pisahkan dalam beberapa ukuran tertentu, akan diperoleh suatu pembagian fraksi butir. Untuk memisahkan butiran-butiran menurut fraksi kelompok dipergunakan ayakan dengan berbagai ukuran. Pemisahan fraksi –fraksi butiran tadi dengan ayakan, kita sebut analisa ayak, dan dengan hasil analisa ayak akan dapat digambarkan suatu kurva susunan butir dari agregat tersebut. Gradasi agregat terutama agregat halus sangat penting peranannya dalam membuat beton yang bermutu, karena gradasi ini sangat berpengaruh terhadap beberapa sifat beton, antara lain: a. Pengaruh gradasi terhadap beton segar : 1. Mempengaruhi kelecakan workability 2. Mempengaruhi sifat kohesif 3. Mempengaruhi jumlah air pencampur dan semen yang diperlukan untuk suatu campuran beton 4. Mempengaruhi pengecoran dan pemadatan 5. Mempengaruhi finishing atau keadaan permukaan 6. Kontrol terhadap sekregasi pemisahan butir dan bleeding terpisahnya air kepermukaan beton 85 b. Pengaruh gradasi terhadap beton keras Bila beton segar sukar dipadatkan, terjadi sekregasi dan bleeding, maka dapat menghasilkan beton keras yang porous ,tidak kedap air tidak merata dan terdapat banyak rongga-rongga atau cacat yang tentu saja kekuatan dan ketahanan beton menjadi berkurang. Sangatlah penting dalam pembuatan beton untuk menjaga gradasi agregat selalu konstan, agar diperoleh kelecakan dan sifat-sifat beton segar yang konstan pula. Referensi: Fhoto Dokumen 2009 Gambar 20.SUSUNAN BUTIRAN AGREGAT TERPUTUS Referensi: Fhoto Dokumen 2009 Gambar 21.SUSUNAN BUTIRAN AGREGAT MENERUS 86 Referensi: Fhoto Dokumen 2009 Gambar 22.SUSUNAN BUTIRAN AGREGAT SERAGAM B. Analisis Ayak Agregat Ayakan yang akan dipakai untuk agregat beton mempunyai lubang persegi. Ukuran lubang dinyatakan dengan satuan inci, mm atau dengan nomor untuk ayakan yang besar lubangnya kurang 5 mm. Nomor ayakan menunjukan lubang tiap inci linear. Umpamanya nomor 50, jumlah lubangnya 50 buah tiap inci persegi. Ayakan standar yang banyak dipakai untuk analisa ayak adalah menurut standard ASTM Amerika, British Standard, DIN Jerman, AFNOR Perancis dan ISO Internasional. Setiap standard mempergunakan ukuran lubang berbeda satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian biasanya dapat diambil ukuran-ukuran lubang yang berdekatan atau ekivalennya. Ayakan utama terdiri dari ayakan yang berurutan dengan ukuran lubang ayakan diatasnya sama dengan dua kali ukuran lubang ayakan dibawahnya. Ayakan-ayakan ini adalah sebagai berikut : 87 Tabel 16 DAFTAR AYAKAN STANDARD ASTM, BS dan ISO Standar ASTM- EII-70 Standard British BS 410-1969 Standard ISO Lubang ayakan mm Lubang ayakan mm Lubang ayakan mm 152 76 38 19 9,5 4.75 2.36 1.18 0.60 0.30 0.15 0.075 150 75 37.5 20 10 5 2.36 1.18 0.60 0.30 0.15 0.075 128 64 32 16 8 4 2 1 0.5 0.25 0.125 0.062 Refresi : Teknologi Bahan 2 PEDC Bandung 1997 1. Jumlah contoh untuk analisis ayak. Dalam melakukan analisis ayak diperlukan sejumlah contoh yang diambil dari suatu timbunan agregat. Disamping apa yang tercantum dalam standard industri tersebut, sebagai tambahan ada baiknya kita melihat persyaratan dari british standard tentang jumlah contoh untuk analisa ayak. 88 BS.812 :1967 menyarankan jumlah contoh minimum berikut ini : Tabel 17 BERAT CONTOH MINIMUM MENURUT B.S 812 Ukuran butir terbesar Berat contoh minimum kg inci mm 2 1 4 2 1.5 atau 1 1 4 3 4 0.5 38 1 4 atau 3 16 menembus ayakan no 7 63.5 50.8 38.1 atau 31.8 25.4 19.0 12.7 9.5 6.3 atau 4.8 menembus 2.4 50 35 15 5 2 1 0.5 0.2 0.1 Referesi : Teknologi Bahan 2 PEDC Bandung 1997 2. Contoh Perhitungan Analisis Ayak Agregat Contoh agregat dikeringkan dalam oven pada suhu 105 c – 5 c sampai berat tetap, lalu dibiarkan sampai dingin. Dari contoh kering ini diambil sejumlah contoh untuk dilakukan analisa ayak sesuai dengan persyaratan standard. Agregat yang tertinggal diatas masing-masing ukuran ayakan kemudian ditimbang. Hasil anlisa ayak dilaporkan dan di perhitungkan. Sebaiknya laporan dibuat dalam bentuk tabelaris seperti contoh : Tabel 18 89 CONTOH PERHITUNGAN ANALISA AYAK AGREGAT KASAR No. Ayakan mm Berat Tertinggal gram Persen Tertinggal Persen Tertinggal Komulatif Persen Lewat Komulatif 1 2 3 4 5 6 1 75 100 2 37.5 389.7 2.60 2.60 97.40 3 19 4102 27.35 29.95 70.05 4 9.5 6952 46.35 76.30 23.70 5 4.75 3338 22.26 98.56 1.44 6 2.36 216.2 1.44 100.00 7 1.18 100.00 8 0.6 100.00 9 0.3 100.00 10 0.15 100.00 11 0.075 Jumlah 14997.9 100.00 707.42 Angka Kehalusan : 7.07 Keterangan : 1. Kolom 1 adalah no urut 2. Kolom 2 adalah lubang ayakan 3. kolom 3 adalah berat tertinggal pada ayakan 4. kolom 4 adalah berat tertinggal di atas ayakan dibagi berat total dikali seratus 5. kolom 5 adalah penjumlahan dari persen tertinggal yang ada pada kolom 4 kecuali ayakan 0,075 tidak termasuk ini sama dengan kadar abu pada kerikil. 6. kolom 6 adalah 100 kurang poin-poin yang ada pada kolom 5 90 7. Menghitung angka kehalusan”fenenes mudulus” adalah jumlah persen tertinggal komulatif kolom 5 dibagi jumlah persen tertinggalkolom 4 Tabel 19 CONTOH PERHITUNGAN ANALISA AYAK AGREGAT HALUS No. Ayakan mm Berat Terting galgram Persen Terting gal Persen Tertinggal Komulatif Persen Lewat Komulatif 1 2 3 4 5 6 1 9.5 100 2 4.75 1.6 0.16 0.16 99.84 3 2.36 3.4 0.34 0.50 99.50 4 1.18 22.6 2.26 2.76 97.24 5 0.6 184.7 18.49 21.25 78.75 6 0.3 325.3 32.56 53.81 46.19 7 0.15 426.2 42.66 100.00 0.00 8 0.075 35.3 3.53 Jumlah 999.1 100.00 178.48 Angka Kehalusan FM: 1.78 Keterangan : 1. Kolom 1 adalah no urut 2. Kolom 2 adalah lubang ayakan 3. kolom 3 adalah berat tertinggal pada ayakan 4. kolom 4 adalah berat tertinggal di atas ayakan dibagi berat total dikali seratus 5. kolom 5 adalah penjumlahan dari persen tertinggal yang ada pada kolom 4 kecuali ayakan 0,075 tidak termasuk ini sama dengan kadar abu pada pasir. 6. kolom 6 adalah 100 kurang poin-poin yang ada pada kolom 5 91 7. Menghitung angka kehalusan”fenenes mudulus” adalah jumlah persen tertinggal komulatif kolom 5 dibagi jumlah persen tertinggalkolom 4 3. Angka Kehalusan Suatu perhitungan dari hasil analisa ayak yang dipergunakan terutama di Amerika serikat adalah angka kehalusan Fineness Modulus. Menurut Prof . D. A. Abrams, angka kehalusan ialah jumlah persen tertinggal komulatif pada tiap-tiap ayakan dari suatu seri ayakan yang ukuran lubangnya berbanding dua kali lipat, dimulai dari ayakan berukuran lubang 0.15 mm 150 mikron, dibagi jumlah persen tertinggal yaitu :100 lihat contoh pada table di atas Perlu diingat bila seluruh butir-butir agregat lebih besar dari suatu lubang ayakan umpamanya 1.18 mm, maka persen tertinggal komulatif adalah 100. Demikian pula untuk ayakan berikutnya 0.60 mm, 0.30 mm, dan 0.15 mm harus dimasukan sebagai 100 pula. Angka kehalusan ini kurang dapat memberikan gambaran tentang susunan besar butir, karena pada angka kehalusan yang sama dapat terjadi susunan besar butir grading yang berbeda-beda. Gradasi agregat akan lebih baik digambarkan dengan grafik pembagian besar butir. 4. Grafik susunan besar butir Hasil analisa ayak akan lebih mudah dimengerti bila disajikan dalam bentuk grafik. Penggambaran susunan besar butir gradasi dalam grafik paling banyak digunakan. Karena dengan cara ini dapat mudah 92 persyaratannya, apakah terlalu kasar atau terlalu halus dan adakah kekurangan pada suatu ukuran butir tertentu gap grading. Dalam grafik ini pada ordinat dicantumkan proses tembus atau tertinggal komulatif dengan skala linear dan pada absis dicantumkan lubang ayakan pada skala logaritma. Grafik untuk agregat kasar dan halus dapat pula digambarkan secara terpisah. Hal ini akan lebih baik dan lebih jelas dalam kita menilai apakah susunan besar butirnya memenuhi persyaratan yang dikehendaki. Guna memperoleh gambaran yang lebih teliti, dapat pula dicantumkan lubang ayak tambahan pada absis, yaitu ayakan 50 mm, 30 mm,25 mm. Dalam grafik diatas besar butir maksimum adalah 75 mm, sedang pada pembuatan beton kebanyakan dipakai besar butir maksimum 40 mm, 30 mm dan 20 mm. Jika agregat mempunyai besar butir agregat maksimum umpamanya 40 mm,maka pada absis hanya dicantumkan lubang ayakan sampai 40 mm saja. 5. Persyaratan susunan besar butir agregat Susunan besar butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat baik tidaknya beton dikerjakan dan pemadatan beton segar. Berbagai standar menyarankan dan menetapkan batas-batas susunan besar butir yang baik untuk agregat beton guna dapat mencapai mutu beton yang baik dan ekonomis. a. Syarat susunan besar butir agregat halus menurut British Standard BS 882:1965 dan Standard ASTM C33–74 93 Table 20 STANDAR SUSUNAN BUTIR AGREGAT HALUS BS. 882 dan ASTM C 33 Lubang Ayakan BS mm Persentase Tembus Komulatif persen berat Menurut ASTM C33-74 Menurut BS 882 : 1965 Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4 9.52 4.76 2.40 1.18 0.60 0.30 0.15 100 90-100 60-95 30-70 15-34 5-20 0-10 100 90-100 75-100 55-90 35-59 8-30 0-10 100 95-100 85-100 75-100 60-79 12-40 0-10 100 95-100 95-100 90-100 80-100 15-50 0-15 100 95-100 80-100 50-85 25-60 10-30 2-10 Referesi : Teknologi Bahan 2 PEDC Bandung 1997 KURVA ZON 1 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0.15 0.30 0.60 1.18 2.40 4.76 9.52 P er se n T em bu s K om ul at if Lubang Ayakan 94 KURVA ZONE 2 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0.15 0.30 0.60 1.18 2.40 4.76 9.52 P er se n T em bu s K om ul at if Lubang Ayakan KURVA ZONE 3 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0.15 0.30 0.60 1.18 2.40 4.76 9.52 P er se n T em bu s K om ul at if Lubang Ayakan 95 KURVA ZONE 4 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0.15 0.30 0.60 1.18 2.40 4.76 9.52 P er se n T em bu s K om ul at if Lubang Ayakan KURVA ASTM C-33-74 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0.15 0.30 0.60 1.18 2.40 4.76 9.52 P er se n T em bu s K om ul at if Lubang Ayakan 96 b. Syarat Besar Butir Agragat Kasar menurut BS.882:1973 dan ASTM C.33-74 Tabel 21 SYARAT SUSUNAN BESAR BUTIR AGREGAT KASAR BS.882: 1973,ASTM C.33-74 Lubang Ayakan B.S mm Persentase Tembus Komulatif Ukuran Butir Nominal 38,1- 4.76 mm 19.0 – 4.76 mm 9.6 – 4.76 mm 76.2 38.1 19.0 9.52 4.76 100 95-100 30-70 10-35 0-15 - 100 95-100 25-55 0-10 - - 100 50-85 0-10 Referesi : Teknologi Bahan 2 PEDC Bandung 1997 Tabel 22 SYARAT SUSUNAN BESAR BUTIR AGREGAT KASAR PBI 1971-NI-2 Lubang Ayakan BSmm Persentase Tembus Komulatif Ukuran Butir Nominal 37.5-4.75 25–4.75 19–4.75 12.5-4.75 50.0 37.5 25.0 19.0 12.5 9.5 4.75 4.36 100 95-100 - 35-70 - 10-30 0-5 - - 100 95-100 - 25-60 - 0-10 0-5 - - 100 90-100 - 20-55 0-10 0-5 - - - 100 90-100 40-70 0-15 0-5 Referensi : Teknologi Bahan 2 PEDC Bandung 1997 c. Syarat Susunan Besar Butir Agregat Gabungan Halus dengan Kasar Tabel 23 SYARAT SUSUNAN BESAR BUTIR AGREGAT GABUNGAN 97 HALUS DENGAN KASAR Lubang Ayakan BS mm Persentase Tembus Komulatif 38.1 mm 19.0 mm 76.2 38.1 19.0 4.76 0.60 0.15 100 95-100 45-75 25-45 8-30 0-6 - 100 95-100 30-50 10-35 0-6 Refresi : Teknologi Bahan 2 PEDC Bandung 1997 Agregat alam yang terdapat dipasaran, pada umumnya tidak diolah dan diayak untuk memenuhi persyaratan standard. Kita dapat menjumpai beberapa keadaan mengenai susunan besar butir agregat, yang tidak memenuhi syarat, antara lain : 1. Pasir yang terlalu kasar, kekurangan bagian butir yang menembus ayakan 0.3 mm dan mengandung banyak bagian butir 5 mm 2. Pasir terlalu halus, mengandung banyak bagian yang halus menembus ayakan 0.3 mm dan 0.15 mm atau mengandung banyak Lumpur. 3. Pasir yang susunan butirnya tidak berlanjut, artinya terdapat salah satu bagian butir gab grading 4. Agregat kasar yang hanya terdiri dari hanya satu atau dua fraksi umpamanya fraksi 50-38 mm dan 38-19 mm 5. Agregat kasar yang terdiri dari tiga atau empat fraksi hasil pemecahan batu dengan mesin, yang kalau dicampur dalam perbandingan tertentu dapat memenuhi persyaratan gradasi yang baik. 98 6. Agregat kasar yang mengandung banyak bagian butir yang halus menembus ayakan 4,75 mm, Tidak selalu diperoleh agregat alam yang susunan besar butirnya baik dan siap untuk dipakai dalam pembuatan beton. Mungkin saja pasir yang kasar perlu di gabungkan dengan pasir yang halus dalam perbandingan tertentu agar dapat dipenuhi persyaratan yang dikehendaki, Demikian pula halnya dengan agregat kasar dan agregat halus digabungkan dalam perabandingan tertentu.

C. PENGUJIAN ANALISIS AYAK PASIR 1. TUJUAN