Strategi Pengembangan Perikanan Layang

3. Jumlah unit penangkapan bagan perahu yang optimal adalah sebanyak 50 unit. Hal ini ditunjukkan oleh variabel keputusan X3 sebesar 50 Berdasarkan hasil analisis perhitungan ini menunjukkan bahwa alat tangkap purse seine yang layak dioptimalkan dengan jumlah 61 unit, ini berarti harus ada penambahan jumlah armada penangkapan sebanyak 31 unit karena berdasarkan data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Selayar saat ini purse seine sebanyak 30 unit tetapi penambahan jumlah unit peningkatan ini tetap harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak memberikan dampak yang buruk terhadap pengelolaan sumberdaya ikan layang di perairan Selayar. Hal ini juga menunjukkan bahwa akan terjadi peningkatan jumlah unit penangkapan ikan layang yang telah direkomendasikan oleh Sultan 2004 yaitu sebesar 15 unit. Sedangkan untuk jumlah alat tangkap jaring insang hanyut dewasa ini yang ada di Kabupaten Selayar adalah 600 unit maka dilakukan pembatasan sebesar 300 unit dan alat tangkap bagan perahu yang ada dewasa ini sebesar 100 unit dialokasikan menjadi 50 unit hal ini dilakukan untuk melakukan transfer teknologi secara bertahap alat penangkapan ikan dari alat yang ada ke alat penangkapan ikan yang baru selain itu juga untuk pengalokasian ke usaha budidaya perikanan yang ada seperti usaha tambak dan rumput laut yang juga mulai berkembang.

6.3 Strategi Pengembangan Perikanan Layang

Hasil analisis SWOT pada Tabel 22 dan Tabel 23 digunakan sebagai arahan dan kebijakan dalam program pengembangan perikanan layang di Kabupaten Selayar . Urutan kebijakan berdasarkan hasil SWOT adalah sebagai berikut : 1. Optimalisasi usaha perikanan layang Potensi sumberdaya perikanan yang cukup tinggi didukung dengan sumberdaya nelayan yang tinggi serta visi Pemda untuk mewujudkan Selayar sebagai kabupaten maritim dimana didukung oleh letak geografis kepulauan Selayar yang strategis sehingga penerapan teknologi yang tepat guna dalam usaha optimilasasi usaha perikanan layang. Optimalisasi sumberdaya perikanan layang dalam hal ini digunakan sebagai solusi terbaik dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan di perairan Selayar sehingga diperoleh berbagai manfaat secara optimal. Menurut Gaspersz 1996, optimasi adalah suatu proses pencarian hasil yang terbaik. Karena optimisasi mencakup usaha untuk menemukan cara terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan, cara terbaik dalam memecahkan persoalan, maka aplikasinya dapat meluas ke berbagai haluan Haluan 1985. Optimasi dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan di perairan Selayar harus mendapat dukungan melalui kebijakan pemerintah daerah, agar semua pelaku dalam bidang perikanan memiliki persepsi yang sama. 2. Pengunaan unit penangkapan ikan layang yang hemat bahan bakar minyak Bahan bakar minyak BBM merupakan jenis sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui yang cadangannya di alam terbatas. Dengan semakin menipisnya cadangan minyak dunia sedangkan kebutuhan bahan bakar semakin meningkat, maka aktivitas penangkapan ikan diharapkan dapat menggunakan bahan bakar seminim mungkin. Hal ini dilakukan untuk menjamin kelangsungan usaha penangkapan ikan yang ada pada kondisi sekarang ini sangat tergantung pada pasokan minyak bumi sebagai bahan bakar dalam operasi penangkapan ikan. Usaha pengembangan perikanan dengan potensi sumberdaya ikan layang yang cukup tinggi tetapi dengan meningkatnya harga bahan bakar minyak yang dapat menyebabkan biaya operasional dalam usaha penangkapan meningkat maka solusi utama adalah meminimumkan penggunaan bahan bakar minyak tetapi tetap memberikan hasil yang optimal dengan cara dilakukan penentuan daerah penangkapan ikan layang yang tepat sehingga meminimumkan biaya operasional nelayan dalam penentuan daerah fishing ground sehingga nelayan ke laut bukan mencari ikan melainkan langsung menangkap ikan. 3. Penyediaan modal usaha dengan bunga rendah Peningkatan kesejahteraan melalui dukungan permodalan adalah syarat mutlak bagi para pelaku-pelaku bisinis perikanan baik bagi usaha skala kecil, menegah dan besar termasuk koperasi. Modal yang diperlukan sangat diharapkan berasal dari kredit perbankan yang diberikan kepada perusahaan swasta, BUMN, koperasi ataupun individu pengusaha, dimana selama ini terdapat keenganan dari pihak perbankan karena masalah kelayakan usahateknis melainkan kesalahan manajemen Abubakar 1999. Salah satu perbankan yang sangat dekat dengan masyarakat Selayar sampai-sampai di desa-desa terpencil adalah Bank Rakyat Indonesia BRI sehingga diharapkan dapat memberikan bantuan modal usaha kepada masyarakat nelayan. BRI sampai saat ini menurut Rudjito 2002 sampai saat ini masih memegang peranan penting sebagai bagian dari lokomotif penggerakan perekonomian di daerah dengan menjalankan tiga peran tradisional bank sebagai intermediasi, optimalisasi pendapatan pemilik dana berlebih dan optimalisasi pembiayaan usaha. Agar semua peran BRI dapat tercapai maka secara bertahap melakukan beberapa langkah-langkah yaitu : membangun jaringan informasi on line, penetapan fokus bisnis pada usaha ritel dan agribisnis, dan pengembangan program kemitraan serta regionalisasi kebijakan bisnis. 4. Peningkatan peranan stakeholders dan masyarakat dalam pengawasan pengoperasian alat tangkap Pengembangan suatu perikanan tangkap sangat diperlukan peranan pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Nelayan ada yang menggunakan racun untuk melakukan penangkapan ikan yang dapat menyebabkan kerusakan terhadap sumberdaya yang ada sehingga untuk mencegah hal tersebut pemerintah setempat bekerjasama dengan masyarakat untuk melakukan kegiatan pengawasan di perairan Selayar. Salah satu program Dinas Perikanan dan Kelautan Selayar adalah dengan membentuk Kelompok Masyarakat Pengawas POKMASWAS melalui pemberdayaan masyarakat untuk mengawasi dan memantau seluruh aktivitas masyarakat pesisir. Melalui pendekatan dan kegiatan ini, masyarakat diharapkan memahami dan mengetahui potensi sumber daya hayati laut yang harus dilestarikan sehingga usaha pemanfaatan sumberdaya yang ada tetapi berkelanjutan. Selain itu di Kabupaten Selayar untuk menanggulangi illegal fishing, pemerintah setempat melakukan koordinasi antar instansi yaitu adanya kerjasama antara Dinas Kelautan dan Perikanan Selayar dan pihak Kepolisian serta Kejaksaan yang mendukung pengawasan yang dilaksanakan. Salah satu upaya yang dilaksanakan adalah mendirikan pos-pos penjagaan yang melibatkan unsur pemerintah daerah dan aparat kepolisian serta masyarakat. 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan